Halaman

Februari 20, 2011

SELEMBAR BULU MATA (disalin dr catatan catatan islami)

Diceritakan di Hari Pembalasan kelak, ada seorang hamba Allah sedang diadili. Ia dituduh bersalah, mensia-siakan umurnya di dunia untuk berbuat maksiat. Tetapi ia berkeras membantah.

"Tidak. Demi langit dan bumi sungguh tidak benar. Saya tidak melakukan semua itu."

"Tetapi saksi-saksi mengatakan engkau betul-betul telah menjerumuskan dirimu sendiri ke dalam dosa," jawab malaikat.

Orang itu menoleh ke kiri dan ke kanan, lalu ke segenap penjuru. Tetapi anehnya, ia tidak menjumpai seorang saksi pun yang sedang berdiri. Di situ hanya ada dia sendirian. Makanya ia pun menyanggah,

"Manakah saksi-saksi yang kau maksudkan? Disini tidak ada siapa kecuali aku dan suaramu."

"Inilah saksi-saksi itu," ujar malaikat.

Tiba-tiba mata angkat bicara, "Saya yang memandangi."

Disusuli oleh telinga, "Saya yang mendengarkan. "

Hidung pun tidak ketinggalan, "Saya yang mencium."

Bibir mengaku, "Saya yang merayu."

Lidah menambah, "Saya yang mengisap."

Tangan meneruskan, "Saya yang meraba dan meramas."

Kaki menyusul, "Saya yang dipakai lari ketika ketahuan."

"Nah kalau kubiarkan, seluruh anggota tubuhmu akan memberikan kesaksian tentang perbuatan aibmu itu", ucap malaikat.

Orang tersebut tidak dapat membuka sanggahannya lagi. Ia putus asa dan amat berduka, sebab sebentar lagi bakal dimasukkan ke dalam jahanam. Padahal rasa-rasanya ia telah terbebas dari tuduhan dosa itu. Tatkala ia sedang dilanda kesedihan itu, sekonyong-konyong terdengar suara yg amat lembut dari selembar bulu matanya:

"Saya pun ingin juga mengangkat sumpah sebagai saksi."

"Silakan", kata malaikat.

"Terus terang saja, menjelang ajalnya, pada suatu tengah malam yg lengang, aku pernah dibasahinya dengan air mata ketika ia sedang menangis menyesali perbuatan buruknya. Bukankah nabinya pernah berjanji, bahawa apabila ada seorang hamba kemudian bertaubat, walaupun selembar bulu matanya saja yang terbasahi air matanya, namun sudah diharamkan dirinya dari ancaman api neraka? Maka saya, selembar bulu matanya, berani tampil sebagai saksi bahawa ia telah melakukan taubat sampai membasahi saya dengan air mata penyesalan."

Dengan kesaksian selembar bulu mata itu, orang tersebut di bebaskan dari neraka dan dihantarkan ke syurga. Sampai terdengar suara bergaung kepada para penghuni syurga:

"Lihatlah, Hamba Tuhan ini masuk syurga karena pertolongan selembar bulu mata."


Semoga yang pendek ini bermanfaat bagi kita...Amin

Ukhti, Don't Give Up!

Jika hati sudah meleleh

Pikiran buntu tak temukan jalan

Maka tubuh pun seolah remuk tak berbentuk

******

Pernah ngga ngerasain pikiran mumet banget? Berasa di pundak ini memikul berkilo-kilo beban penderitaan. Penyebabnya macem-macem. Nilai jeblok, kehilangan sahabat sampai kisah diputusin kekasih hati. Di akhir tahun ajaran atau semester, korban ‘frustasi’ banyak menimpa kita-kita loh. Pas nilai ujian diumumkan dan ternyata tak sesuai harapan, ya ampyuuunnn…. Cilaka dua belas! Dunia serasa mau runtuh. Ada yang nangis-nangis, teriak-teriak sampai kejang-kejang. Kegagalan itu menyakitkan, kawan!

Hemmm…. Iyah, kegagalan memang menyakitkan. Sesak dan nusuk banget. Segala bentuk yang tidak kita suka, yang bikin puyeng dan berasa malu-maluin sering kita hindari. Salah satunya kegagalan.

Ngomong-ngomong soal kegagalan, Alga jadi inget sama satu tokoh dunia, Abraham Lincoln. Selama bertahun-tahun dia harus berjuang untuk mengikuti puluhan kampanye pemilihan dan bangkit dari kegagalan. Tahun 1831, Lincoln mendera kebangkrutan bisnis. Setahun berikutnya, ia coba ikut pemilu. Ehh… gagal. Belum kapok juga, tahun 1834, Lincoln kembali mengadu nasib dalam pemilu. Tahu hasilnya? Gagal maneng, sodara-sodara! Huahaha…. Kegagalan demi kegagalan terus menuai dirinya di tahun-tahun berikutnya. Bukan hanya kalah pemilu, bahkan pada 1836 dia mengalami penyakit nervous breakdown akibat rasa sedih mendalam pasca kematian kekasih tercinta. Apakah Lincoln menyerah? Weits, pantang menyerah. Barulah pada tahun 1860 ia akhirnya berhasil menduduki jabatan sebagai Presiden Amerika Serikat.

Rasulullah SAW, sebagai teladan yang agung juga sosok yang sabar dalam segala dera. Dalam dakwahnya, berkali-kali rasul ditolak oleh para pemuka kabilah. Semua mencemooh dan termakan dengan hasutan para penghasut. Bahkan ketika rasul datang ke bani thaif untuk meminta nusroh (pertolongan), pemuka bani thaif malah menyuruh orang-orang bodoh dan anak-anak untuk melempari rasul layaknya orang gila yang masuk ke kampung orang. Masyaallah, tega bener tuh orang-orang. Meski sudah diperlakukan dengan sadis, ngga pernah rasul berputus asa. Orang-orang jahil tersebut malah didoakan supaya cepat sadar dan rasul bangkit dengan strategi berikutnya, walau hati rasul sempat sedih mendapat penolakan yang sedemikian rupa. Begitulah orang-orang besar. Mereka hidup dengan jiwa yang besar, tidak keok ditimpa ‘kegagalan’.

Sebenarnya kegagalan itu tidak perlu ditakuti. Angkatlah ia menjadi teman, sebab tidak ada orang yang bisa mengelak sepenuhnya dari kegagalan. Lalu, seperti apakah mengangkat kegagalan sebagai teman? (Baca teroossss ya…)

****


FAILURE QUOTIENT FOR UKHTI FILLAH


Failure Questient ? Apaan tuh? Failure Questient alias kecerdasan kegagalan adalah kemampuan seseorang dalam mengelola rasa takut, ketidaknyamanan, depresi akibat kegagalan yang menimpanya sehingga berubah menjadi energi positif yang membangkitkan. Kegagalan yang biasanya menjadi momok bagi banyak orang, secara ‘simsalabim’ bisa diubah menjadi semangat dengan menghadirkan failure questient dalam diri kita. Tangis berubah menjadi senyum. Energi negatif diubah menjadi energi positif (Duehh… berasa lagi belajar fisika nih, hehe). Woi, walaupun kita ini cewe-cewe yang identik dengan sisi melankolis…. tapi bukan berarti boleh cengeng. Apalagi berujung pada putus asa. Wehh… alamat sesat, sist!

Mereka menjawab,’Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa’. Ibrahim berkata,’Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmad Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat’ (TQS. Al-Hijr: 55-56)

Hii… syerem euy. Kalo udah kena virus ‘putus asa’, dunia berasa gelap. Harapan-harapan bisa pupus. Wuss.. Lihat aja kasus bunuh diri yang menimpa kalangan remaja. Biasanya karena hilangnya harapan dan berharap pada mimpi kosong. Syaithan menggembosi kita untuk kalut dan ragu menghadapi hari esok. Maka mulailah kita berburuk sangka pada segala sesuatu. Nah, yang paling parah, kita berburuk sangka pada Allah ta’ala. Rasul SAW pernah bersabda sebelum wafatnya:

”tidak boleh mati salah seorang diantara kalian kecuali dalam keadaan berprasangka baik kepada Allah” (HR. Muslim)

Dalam hadist qudsi juga disebutkan: ”Aku tergantung prasangka hamba-Ku kepada-Ku, apabila ia berprasangka baik kepada-Ku, maka kebaikan baginya. Dan bila berprasangka buruk kepada-Ku, maka keburukan baginya”(HR. Ahmad)

Ukhti yang ana sayangi, Masa sih kita buruk sangka pada Allah yang sudah demikian baik ? Semua udah DIA beri. Kehidupan, usia, rizqi dan buanyaaakk lagi. Nafas gratis, paru-paru gratis, ginjal gratis, coba kalo bayar?? Hehehe. Ayooo…. Jangan menyerah! Kita pasti bisa! Allah bersama kita, yup!

Februari 16, 2011

wahai saudaraku…….. ingatlah

Saudaraku fillah,

Lihatlah detik kian berlalu, hari-hari berganti siang dan malam ,matahari terus bersinar tiada bosan dan bumi pun berputar pada porosnya tiada henti, bulan dan bintang tak jemu menghiasi keindahan malam hari, semua itu berjalan atas ketentuan dari ilahi dan akan terus berjalan sampai batas waktu yang ditentukan-Nya.


Saudaraku filllah,

Beranjak dari kehidupan ini, manusia lahir dan tumbuh berkembang, hidup kemudian mati sesuai kodrat Allah yang Maha Kuasa, yang kemudian menjadi catatan sejarah yang kadangpun manusia tiada belajar dari sejarah itu. Berapa banyak manusia yang menutup lembaran kehidupannya dengan sia-sia dan tiada guna di akhirat, berapa banyak pula kisah-kisah yang disodorkan kepada kita melalui kalam-Nya yang mulia, terkadang pun kita sebagai manusia lengah akan hal itu pula.

Kita sebagai khairu ummatin yang dilahirkan ke atas bumi, sebagai ummatun wahidah, sebagai penyeru ‘amar ma’ruf nahi munkar dan sebagai mukmin yang mengharap keridhaan-Nya agar bisa memperoleh jannatunna’im, harus menyadari akan makna, hakikat, ibrah dari kehidupan yang singkat ini. Mukmin yang sejati, merasai hidup ini adalah perjuangan, penuh halangan dan rintangan, tetapi ia selalu tabah menghadapinya, ujian yang ia rasai hanyalah ia anggap nikmat dari-Nya bukan azab.


Saudaraku……………

Kadangkala kita lengah akan hidup yang kita jalani, kadangkala tak berada di jalan yang lurus, sifat-sifat syaithani telah merusaki niatan kita, melemahkan azzam dan membelokkannya dari jalan yang lurus. Rasa iri, riya, dengki dan hasad telah menutupi hati kita dari kebersihannya untuk berjuang di jalan-Nya.

Semakin kotor hati kita, semakin pula kusam dan pekat hati kita, kegelapan yang ada menyertai. Dan cahaya ilahi pun sirna oleh kehitamannya. Nur itu yang menunjukki dan membimbing kita ke jalan lurus, sirna oleh kotornya hati kita.

Jika dahulu cahya itu menerangi kalbu kita, sehingga kita selalu tersenyum tatkala bertemu wajah dengan saudara seiman, tetapi lihatlah sekarang, cahaya yang sirna telah membuat hati kita hasad, bertemu saudarapun hanya cibiran

wajah yang terlihat.


Saudaraku fillah,

Jika cahaya itu juga menerangi kalbu kita, sehingga senantiasa kita rajin melaksanakan qiyamullail dan terasa nikmat tatkala kita bermunajah di malam yang sepi, sirnanya nur di hati membuat kita enggan melaksanakannya lagi

bahkan kita merasa berat. Kita merasa sudah melaksanakan kewajiban 5 waktu, walaupun telat, sunnah tak perlu kita lakukan lagi. Masya Allah.

Kotornya hati telah membuat malas untuk beribadah, untuk tilawah, untuk shaum sunnah yang selalu di anjurkan junjungan kita, Rasullah s.a.w. Do’a iftitah (pembuka) di dalam sholat kita, inna sholati wannusuki wa mahyaya

wamamaati lillahi rabbil ‘alamin (…sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah tuhan semesta alam..) tak pernah terealisasi dalam hidup kita. Kita sering melanggar, melawan bahkan lupa mengingati-Nya.

Tapi kita tak mau disebut orang yang durhaka, munafik kepadaNya, lalu kita ini apa ? menyatakan janji tapi tak pernah menepati ?


Saudaraku……..,

Sirnanya cahaya di hati itu pula telah membuat kita sering melawan dan membangkang

kepada ibu, ayah kita. Mereka yang selama ini mendidik dan membimbing kita menjadi anak yang berguna, kini melawan. Kuasa apa kita ini, mereka kini semakin tiada berdaya dan lemah menghadapi perlakuan kita yang tiada benar di hadapan mereka. Ibu kita sering menangis, ayah kita semakin murung. Mereka sering bertanya dalam hati, anak yang telah dikandung selama -+ 9 bulan, kini tiada guna, anak yang telah disusui selama -+ 2 tahun kini membuang habis kasih sayang yang selama ini telah diberikannya.


Wahai saudaraku,

sirnanya cahaya telah membuat dan menjadikan kita seperti itu.


Saudaraku fillah,

Hari ini, marilah kita bertaubat, kembali kepada-Nya dan memohon ampun atas segala dosa dan kekotoran hati kita, mohon maaflah kepada ayah dan ibu kita, nyatakan kita cinta dan sayang mereka. Semoga kita menjadi hamba-Nya yang berserah diri.

Semoga jannatunna’im, haruman Raihan dan manisnya telaga salsabila kelak akan kita peroleh. amin. Hadiyanallah wa iyyakum ajmain. Afwan.

"Pernahkah kita memikirkannya ?"

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka". (QS. Ali Imran 3:190-191)

Assalaamu'alaikum warahmatullaah wabarakaatuh

Coba perhatikan dirimu, wahai sahabatku ! Rupa wajahmu, mata indahmu, senyum manismu, Subhanallah.. Adakah insan yang sama sepertimu di belahan dunia ini ? Baik rupa, sifat maupun wataknya ? Tidak ada, bukan ?! Yach..tidak ada seorangpun yang sama sepertimu, walau dirimu kembar sekalipun ! Dari sekian banyak manusia, dari sekian triliun jiwa Pernahkah engkau temui ada yang sama satu dengan lainnya ? Tidak ada bukan ?! Apa yang terlintas di pikiranmu ? Allah !

Yach..Maha Besar Allah.. Betapa Maha Kaya_Nya Dia.. Tak seorangpun yang patut dipuji selain Diri_Nya..! Tidak ada sedikitpun yang pantas kita sombongkan atas diri kita, Begitupun terhadap makhluk-makhluk_Nya. Subhanallah..walhamdulillah..walaa ilaa hailallah..wallaahu akbar..!

Kita ini dulu hanyalah dari setetes air mani yang hina, menjadi segumpal darah, kemudian menjadi segumpal daging, tulang, kemudian dibalut dengan kulit, sehingga jadilah kita, manusia, makhluk yang amat sempurna penciptaan_Nya. Betapa kita harus bersyukur, bukan ? Apa yang terucap di bibirmu ? Allah !

Diri kita hanyalah satu dari sekian banyak makhluk yang Ia ciptakan, sahabatku.. Keciiil, tiada artinyanya sama sekali dibandingkan dengan penciptaan langit dan bumi ini ! Pernahkah kita memikirkannya ?

Allah menundukkan matahari dan bulan untuk kita, Matahari bersinar, bulan bercahaya.. Tidak mungkin bagi matahari mengejar bulan, dan malam mendahului siang Masing-masing beredar menurut garis edarnya. Pernahkah kita memikirkannya ?..

Allah menghamparkan bumi dan meletakkan gunung-gunung yang kokoh, dan menumbuhkan tumbuhan darinya segala macam jenis tanaman yang indah dipandang mata. Pernahkah kita memikirkannya?

Allah menurunkan air dari langit yang banyak manfaatnya, lalu menumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-bijian yang sebagian ada yang kita makan. Pernahkah kita memikirkannya ?

Allah memberi kita minum dari apa yang berada dalam perut binatang ternak berupa susu yang bersih antara tahi dan darah, yang enak ditelan bagi orang-orang yang meminumnya. Pernahkah kita memikirkannya ?

Allah menundukkan langit dan dunia ini untuk kita, Langit sebagai atap, Bumi tempat menetap Pernahkah kita memikirkannya ? Semuanya patuh pada apa yang diperintahkan Allah kapadanya untuk melayani kita. Pernahkah kita memikirkannya ?

Pernahkah terpikir jika semua itu tidak ditundukkan Allah untuk kita, alamat dunia ini akan hancur ? Dapatkah kita bayangkan apa yang akan terjadi ? Pernahkah terpikir oleh kita, jika Allah lelah ataupun lengah sesaat, maka seluruh yang ada di jagat raya ini akan binasa ?!

Adakah orang yang mengetahui dengan tidak mengetahui ?
Adakah sama yang buta dengan yang melihat ?

Fenomena alam ini menunjukkan betapa Kuasa_Nya Allah akan segala sesuatu. Kelak suatu saat nanti langit itu akan pecah berderai. Kelak suatu hari nanti bumi itu akan terbelah-belah mengeluarkan apa yang dikandungnya. Tidak takutkah kita ?, Tidak tergetarkah Qalbu dan jiwa kita ? Tidak bertambahkan keimanan, kecintaan serta kerinduan kita pada_Nya ?

Tanpa kita sadari, silih bergantinya siang dan malam dari detik menit kehidupan ini menyadarkan kita. Baru saja kita lahir menjadi seorang bayi mungil, tahu-tahu sudah sebesar ini. Baru saja kita merasa tentram berdekatan dengan orang-orang yang kita sayang, tahu-tahu mereka telah pergi meninggalkan kita. Baru saja kita tertidur dan terjaga, kemudian ? Kita dapati tubuh ini sudah tua, tenaga sudah mulai berkurang, rambut sudah mulai beruban, mata sudah mulai rabun..dan..??? Siap-siap untuk pulang, kembali kepada siapa Yang Menciptakan kita. Tidakkah kita merindukan_Nya? Pernahkah kita memikirkannya ?..

Pada suatu hari diwaktu shubuh, Setelah mengumandangkan azan di Masjid Madinah, lama Bilal menanti kehadiran Rasulullah keluar dari peraduannya untuk shalat berjamaah, namun Rasul belum juga muncul. Karena itu, pergilah Bilal menemuinya, antara perasaan cemas kalau-kalau Rasul yang amat dicintainya jatuh sakit.

Sesudah minta izin kepada Siti Aisyah, Bilal segera menuju ke kamar tidur Rasulullah. Ketika sampai dimuka pintu, Bilal melihat ke dalam, kamar yang sederhana tanpa ada kasur tebal seperti kasur kita di sini, tidak ada bantal bersulam yang indah melainkan hanya seonggok rumput kering di sudut, itulah kekayaan Rasul kita, sebagai Pemimpin Dunia yang telah menggerakkan revolusi yang paling berhasil dalam sejarah kemanusiaan selama dunia berkembang.

Didapatinya Nabi kita Saw sedang duduk di atas sajadah menghadap Qiblat, menangis tersedu-sedu. Bertanya Bilal, "Ya Nabiyallah, apakah gerangan yang menyebabkan dikau menangis? Padahal kalau ada juapun kesalahanmu, baik dahulu ataupun nanti, akan diampuni oleh Allah".

Kemudian Rasulullah menjawab, "Wahai Bilal, tengah malam telah datang Jibril membawa wahyu kepadaku dari Allah Swt, demikian bunyinya." : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imran 3:190-191)

Sengsara hai Bilal! Ujar Nabi selanjutnya, bagi orang yang membaca akan ayat ini lalu tidak difikirkannya. Apa maksud Rasulullah Saw tersebut, wahai sahabatku ? Firman Allah dalam QS. Ali Imran 3 : 190-191 di atas dan ungkapan Nabi tersebut mengandung makna yang dalam bagi kita untuk senantiasa merenung dan memikirkan Fenomena alam yang ada di sekeliling kita.

Jiwa yang suci bersih dapatlah mendengar dan melihat indahnya alam ini. Disana terdapat tiga sifat Tuhan, yaitu Jamal (indah), Jalal (agung), dan Kamal (sempurna). Semua yang ada ini adalah dinding pembatas kita dengan Dia. Tetapi bilamana kita berusaha menembusnya (dengan sekuat jiwa) insya Allah, dengan penglihatan ruhani yang bersih, niscahya terbukalah hijab itu. Hanya mata yang lahir ini saja yang melihat batas itu, melihat berbagai fenomena alam Gunung menjulang tinggi, deburan ombak, awan berarak, kembang bermekaran. Adapun mata ruhani mulailah menembus dinding itu. Bukan dinding lagi yang kelihatan, tetapi pencipta dari semuanya itu, "Allah".

"Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka".

Billaahi taufiq walhidayah
Wassalaamu'alaikum warahmatullaah wabarakaatuh

Larangan Mencari Kesalahan Orang Lain

Di dalam Sunan Tirmidzi terdapat riwayat yang menceritakan hadits dari jalan Ibnu ‘Umar, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam naik mimbar dan menyeru dengan suara yang lantang: “Wahai segenap manusia yang masih beriman dengan lisannya namun iman itu belum meresap ke dalam hatinya, janganlah kalian menyakiti kaum muslimin. Dan janganlah melecehkan mereka. Dan janganlah mencari-cari kesalahan-kesalahan mereka. Karena sesungguhnya barang siapa yang sengaja mencari-cari kejelekan saudaranya sesama muslim maka Allah akan mengorek-ngorek kesalahan-kesalahannya. Dan barang siapa yang dikorek-korek kesalahannya oleh Allah maka pasti dihinakan, meskipun dia berada di dalam bilik rumahnya.” (Hadits ini tercantum dalam Shahihul Musnad, 1/508)

♥♥we must Love and Respect to our Parents♥♥

الله اكبر الله اكبر الله اكبر

لا اله الا الله محمد رسول الله

بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيم

In the name of ALLAH, the Beneficent, the Merciful.

Dengan nama ALLAH Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang

ARABIC :
وَٱخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ ٱلذُّلِّ مِنَ ٱلرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ٱرْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيرًۭا
(Quran Surah الاسراء, Surah 17, Ayath 24)

ARAPÇA - LATİN HARFLİ
Vahfıd lehüma cenahaz zülli miner rahmeti ve kur rabbirhamhüma kema rabbeyanı sağıyra
(Quran Surah Al Israa, Surah 17, Ayath 24)

ENGLISH :
And, out of kindness, lower to them the wing of humility, and Say: "My Lord! Bestow on them Your Mercy even as they cherished me in childhood."
(Holy Quran Surah Al Israa, Surah 17, Verse 24)

INDONESIA :
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil"."
(Quran Surat Al Israa, Surat ke 17, Ayat ke 24)
MAHA BENAR ALLAH DENGAN SEGALA FIRMANNYA


Ibu dan Ayah lewat berbakti padamu lah jalan menuju surga RABBku

Alhamdulilllah wa shalaatu wa salaamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala alihi wa shohbihi ajma’in.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

« رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ». قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا ثُمَّ لَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ »

"Sungguh terhina, sungguh terhina, sungguh terhina." Ada yang bertanya, "Siapa, wahai Rasulullah?" Beliau bersabda, ”(Sungguh hina) seorang yang mendapati kedua orang tuanya yang masih hidup atau salah satu dari keduanya ketika mereka telah tua, namun justru ia tidak masuk surga."(HR. Muslim)

May ALLAH give our parents long life, kindness and happiness in their life forever InshaALLAH,amen.


ALL GLORY BE TO ALLAH ALONE
ALMIGHTY ALLAH SWT IS VERY KIND
ALLAH MOST MERCIFUL AND ALLAH MOST POWERFUL
May ALLAH Give long life and good healthy to us
May ALLAH Give happiness and kindness of our life
May ALLAH Loves and Guide us on right path in islam in the way of ALLAH
May ALLAH forgive our sins and unite us in jannah firdaus next InshaALLAH,amen
(。◕‿◕。)

Tiga Golongan Yang Tidak Dilihat Allah

Dalam hadits yang shahih, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‹‹ Tiga golongan yang Allah tidak akan berbicara dengannya kelak pada Hari Kiamat, tidak membersihkan mereka, dan tidak melihat kepada mereka, serta bagi mereka adzab yang pedih : seorang tua yang berzina, penguasa yang pendusta, orang miskin yang sombong. ›› (HR. Muslim 136)

Kajian Ilmiah dan Bedah Buku: CINTA & BENCI karena ALLAH

Hadirilah ... Kajian Ilmiah dan Bedah Buku:
CINTA & BENCI karena ALLAH
karya Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali

Pemateri : Ust. KURNAEDI, Lc
Waktu : Sabtu, 16 Rabi'ul Awwal 1432 H / 19 Februari 2011 M
Jam : 09.00 - Selesai
Tempat : Masjid Ukhuwah Islamiyah Indonesia Kampus UI Depok

Contact Person :
* 0852-8555-0505
* 0899-8378-444

Februari 08, 2011

~Dan Engkau Pula Menjadi Fitnah Bagiku, ya Akhi~

“. . .Pernahkah terbayang oleh kalian wahai ikhwan ketika para akhwat menangis menyesali diri karena merasa tak bisa menjaga dirinya yang membuat kalian memberikan simpati diluar batas?. . .”
 Bismillah..
 Ijinkan saya sedikit menguraikan lagi tentang lelaki, insya Allah bukan dalam rangka persaingan antar gender, tetapi bagaimana agar kita bisa saling memahami bahwa menjaga hati dan diri harus dilakukan oleh kedua jenis makhluk ini tanpa kecuali.
 Jika selama ini wanita selalu menjadi objek pandangan atas kehati-hatian bagi kaum adam, itu tidak menjadi masalah. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam pun banyak memperingatkan kaum adam untuk hati-hati terhadap fitnah dunia terbesar yaitu wanita, namun banyak pula hadist Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam dalam memuliakan peran wanita (tentunya untuk wanita muslimah yang ta’at kepada Allah dan RasulNya).
 Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda, ” Tidaklah aku tinggalkan fitnah yang lebih besar bagi kaum lelaki melebihi fitnah wanita” (HR Bukhari dan Muslim).
 “Sesungguhnya dunia itu manis dan lezat, dan sesungguhnya Allah menitipkannya padamu, kemudian melihat bagaimana kamu menggunakannya. Maka hati-hatilah terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah pertama yang menimpa bani Israel disebabkan wanita”(HR Muslim). Setiap titik sudut tubuhnya adalah aurat dan mengandung energy magnetik yang mampu menarik dan membuat hati siapapun berdesir hingga tak berdaya. Wajar jika dalam Islam, wanita begitu diperintahkan oleh Allah agar hati-hati menjaga diri sedemikian rupa, berbeda dengan laki-laki.
 Hmm..rasanya berbicara tentang wanita jelas tidak akan ada habisnya, dan tulisan-tulisan tentang wanita pun sudah banyak berjejer dimana-mana. Tetapi jika bicara masalah hati, rasanya juga tidak akan cukup jika hanya menjadikan wanita sebagai pelaku utama jatuhnya iman bagi kaum lelaki. Kenapa? Karena sebenarnya tanpa disadari, kaum adam pun mampu menjadi fitnah dan godaan bagi kaum wanita dalam menjalankan keta’atan kepada Allah.
 Beberapa tahun lalu, heboh diberitakan tentang maraknya kasus pemurtadan yang dilakukan oleh para misionaris nasrani terhadap sejumlah muslimah di daerah Jawa. Para misionaris lelaki ini memang sengaja di pilih yang rupawan, cerdas dan juga kaya dalam rangka memikat hati para wanita muslimah yang kebanyakan tidak paham akan hukum agama. Teknik yang dilakukan misionaris ini adalah dengan cara memacari wanita muslimah tersebut, lalu dengan sengaja menghamili mereka sehingga akan ada keharusan ikatan pernikahan. Mau tidak mau, para wanita muslimah ini harus mau mengikuti syarat dari para misionaris itu agar tidak menanggung malu karena aib yang sudah dilakukan.
Namun, selain dengan cara itu, ada juga yang pura-pura menjadi muallaf, lalu setelah terjadi pernikahan dan hingga memiliki anak, para misionaris ini kembali murtad dan mengajak istrinya yang muslimah agar mau mengikuti agamanya. Karena jika tidak maka si suami akan mengancam cerai dan mengambil hak asuh anak mereka.
 Ini hanya salah satu dari betapa kaum lelaki juga bisa menjadi fitnah bagi kaum wanita, tetapi memang dalam kondisi adanya misi pemurtadan. Ada juga godaan dari kaum lelaki bagi kaum wanita secara tersirat.
 Bagi para ikhwan, tiada godaan paling berat kecuali godaan wanita. Namun, pernahkah terbayangkan oleh kalian wahai para ikhwan, bahwa kalian juga berpotensi menjadi sebab rapuhnya keteguhan hati bagi para akhwat? Menjadi sebab lemahnya iman bagi kaum wanita?

Dalam alqur’an, Allah sungguh maha adil dengan memerintahkan baik ikhwan maupun akhwat agar saling menjaga pandangan dan menjaga kesucian hati. Itu berarti bukan hanya kaum wanita yang menjadi sumber utama jatuhnya iman seorang lelaki.
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat" QS. An Nuur 30
 “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya” QS. An nuur 31
 Bagaimana caranya seorang ikhwan bisa menjadi sebab godaan bagi akhwat?
 Sedikit menjadikan fesbuk sebagai latar tempat, ketika ada akhwat yang sedang menulis status atau tulisan, kemudian dibaca dan dikomentari oleh ikhwan dengan bahasa yang “menggugah” perasaan, bukankah itu juga adalah celah fitnah dari kaum ikhwan pada akhwat? Pujian yang berlebihan hingga mampu menembus dinding hati seorang akhwat bukankah menjadi ujian tersendiri bagi akhwat tersebut? Betapa seorang akhwat yang memahami bahwa dirinya harus menjaga hati akan sangat memikirkan sekali bagaimana agar dia tidak menjadi sumber fitnah dan godaan bagi ikhwan. Bisakah kalian bayangkan wahai para ikhwan, betapa seorang akhwat itu harus berjuang keras bahkan hingga tak bisa tidur dan makan enak ketika ada seorang ikhwan yang memberikan sinyal perasaan padanya tidak dalam sebuah koridor syariat? Pernahkah terbayang oleh kalian wahai ikhwan ketika para akhwat menangis menyesali diri karena merasa tak bisa menjaga dirinya yang membuat kalian memberikan simpati diluar batas?
Pun dengan dunia nyata, ketika ada akhwat yang terlihat luar biasa, maka godaan baginya bukan hanya soal keikhlasan dalam melakukan potensi yang dimiliki, tetapi juga dari godaan laki-laki yang mengaguminya.
 Bahkan wajah kalian wahai para ikhwan yang terpajang di jejaring sosial pun mampu menjadi fitnah bagi kaum wanita. Siapa yang bilang bahwa memajang foto ikhwan akan aman-aman saja? Mungkin dampaknya tidak secara langsung terlihat, tapi sekali lagi jika bicara masalah hati, maka hal-hal seperti ini sangatlah sensitif. Bagi akhwat yang tidak kuat keteguhan hatinya, maka hal diatas dapat membuat rapuhnya kekuatan iman dalam dirinya. Akibatnya adalah futur hati yang berkepanjangan dan akhirnya…sirnalah kesucian hatinya.
 Oleh karena itu ya ikhwah, kembali kita menyadari harus ada keseimbangan dalam hal menjaga hati dan diri. Wanita tak semuanya menjadi fitnah lelaki, karena masih banyak wanita muslimah yang mampu menjaga keta’atan kepada Allah. Begitu pula dengan lelaki, mereka pun punya kesempatan menjadi fitnah dan godaan bagi kaum wanita. Maka rasanya tidak penting jika kita harus men-judge salah satu pihak sebagai pelaku utama, karena yang terpenting adalah bagaimana masing-masing kita berusaha menjaga keteguhan dan kesucian hati dengan tidak membuka celah dan kesempatan bagi syaitan untuk menjerumuskan kita.
 Wallahua’lam bish shawab

***

copas dari fb "Ukhti Sebutir Pasir" di http://www.facebook.com/note.php?note_id=425204865744. . .

catatan editor:
 * ya ikhwah, dengan anugerah Allah pada kami,  laki-laki pun mampu menyihir kaum hawa sehingga benar-benar terpesona. .
 pada diri laki-laki, pula, ada titik kekaguman yang sensitif dan mampu dengan mudah ditangkap wanita..
 itulah yang membuatnya segera terbang menuju dunia hayal penuh harap.. .
 itulah yang membuatnya terjun dalam kubang lamunan hingga ia terpercik godaan syaitan. .
 itulah yang membuatnya begitu rindu dengan sosok yang mungkin hanya sekali berjumpa. .
 itulah pula yng mmbuat telaga air matanya bergelombang lalu riuh hingga terbulir bening bak kristal menyusuri pipi. .
 itulah yang membuatnya. . .
 itulah yang membuatnya. . .
ah, tak usahlah kulanjutkan. .

Februari 07, 2011

Perbedaan Mukmin, Kafir & Munafik

Imam Hasan al-Bashri berkata, “Orang mukmin bersangka baik kepada Rabb-nya (Allah Ta’ala) maka dia pun memperbaiki amal perbuatannya, sedangkan orang orang kafir dan munafik bersangka buruk kepada Allah maka mereka pun memperburuk amal perbuatan mereka.” [Dinukil oleh imam Ibnu Katsir dalam tafsir beliau (4/121)].

Pribadi Muslim

Bismillahir rohmaanir rohiim..

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakauh..

Dalam sebuah majelis, Rasulullah Sallallhu 'alaihi Wasallam pernah ditanya para sahabat. ''Ya Rasulullah, apa ciri-ciri pribadi Muslim?'' Rasulullah menjawab, ''Ciri-ciri Muslim itu, apabila dia melihat kamu, maka dia mendekat kepadamu, kemudian dia menyegerakan salam. Lalu kau lihat tampak pada wajahnya selalu tersenyum. Lalu, dia akan lebih awal menjulurkan tangannya untuk bersalaman. Kalau kau dekat dengan dia, kau mencium wanginya. Kalau kau bicara dengan dia perhatikan baik-baik, pasti dia mengajakmu selamat dunia akhirat. Mau berbicara tentang apa saja, pada akhirnya mengajak kamu selamat di akhirat. Kalau berurusan dengannya, dia permudah. Itulah ciri-ciri pribadi Muslim.'' (Muttafaq 'Alaih).

Betapa sederhananya pribadi seorang Muslim yang digambarkan Rasulullah Sallallhu 'alaihi Wasallam di atas. Gambaran tadi kelihatannya sangat ringan, namun dalam praktiknya berat dilakukan.
Intinya, seseorang baru bisa dikatakan Muslim kalau orang lain merasanya aman dari tangan, lisan, dan perbuatannya. Pribadi Muslim selalu dekat dengan Allah.

Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(QS.Al Baqarah:32)

Orang kalau sudah mendekat kepada Allah, maka akan sayang dengan makhluk Allah. Orang kalau sudah sujud, dia berdoa dengan rasa takut, dengan berharap amat sangat, dampaknya dia akan senang berbuat kebaikan.

Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS.Huud:112)

Seorang Muslim itu laksana cahaya. Kalau dia sudah bercahaya, pasti menerangi kanan-kirinya karena dia mengakses nur Allah. Seorang Muslim menerangi bukan hanya hatinya, tapi pikirannya, pendengarannya, tingkah lakunya, pakaiannya, rezekinya, rumahnya, kamarnya, tamannya. Di manapun dia berada membawa cahaya, dan cahaya itu tidak bisa dikalahkan dengan kegelapan.

Seorang pribadi Muslim meyakini adanya hari akhirat, dia menjadikan, dunia ini untuk akhiratnya. Hidupnya untuk Yang Mahahidup. Bukan hidup untuk hidup, yang pada akhirnya berlomba-lomba untuk menjadikan semuanya komoditas. Sehingga, mengejar popularitas, jabatan, dan kekayaan.

Seorang pribadi Muslim tahu, waktu yang diberikan Allah ini sempit untuk di dunia. Makanya seorang Muslim ingin membuat kenangan yang panjang. Wa ammaa bini'mati robbika fahaddits
(Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya [dengan bersyukur). (QS Adh Dhuhaa [93]: 11)
Wallahu a'lam Bishawab

Wallahi Taufiq Wal Hidayah ..Semoga bermanfaat ..Amiin Ya Rabb

Subhanaka Allahuma wa bihmdika asyhadu ala ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik....

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh .

Katakan Engkau Cinta

Assalamualaikum

Segala puji tiada lelahnya dan tiada kenikmatan yang melebihi memuji kesempurnaan Allah swt, yang menciptakan manusia dengan Cinta, kasih dan sayangNya, yang mencintai manusia yang saling mencinta karenaNya, yang memuliakan dan mencintai manusia yang senantiasa taat akan perintahNya dan yang menghinakan manusia yang ingkar kepadaNya.

Shalawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada junjungan kita Baginda Rasulullah saw dan ahli keluarga beliau serta para sahabat r.anhum. Rasulullah sebagai penutup risalah kenabiaan, Nabi yang kita cinta walaupun belum pernah kita melihatnya tapi senantiasa kita rasakan kehadirannya dan merindukan perjumpaan dengannya.

Cinta Allah kepada manusia tidak terukur melalui akal fikiran manusia, Allah memberikan udara yang kita hirup setiap saat, tangan untuk bisa makan, kaki untuk berjalan

Akhy wa Ukhti fillah yang ana cinta karena Allah, Allah kuasa memberikan nafas kehidupan bagi seorang manusia melalui perantara Kasih Sayang ikhwa dan akhwat yang terikrar sebuah janji kepada Allah untuk saling mencintai, menghormati, menjaga satu sama lain hingga akhir hayat salah seorang dari mereka.

Hingga Rasulullah menyatakan "Belum sempurna keimanan kalian hingga kalian saling mencintai" (HR Bukhari).

Allah menciptakan seorang akhwat melalui salah satu bagian dari seorang ikhwa. Seperti yang dikisahkan, bahkan ketika Nabi Adam manusia yang pertama kali diciptakan oleh Allah dan menempati surga yang penuh kenikmatanpun merasa kesepian tanpa pasangan yang menemaninya.

Maka Allah yang Maha Mengetahui hambaNya, menciptakan Hawa dengan media tulang rusuk kiri Adam, hingga jika kita teliti tulang rusuk pria sebelah kiri berjumlah 17 sedangkan yang kanan berjumlah 18.

Allah mengambil tulang rusuk Adam untuk menciptakan Hawa tanpa rasa sakit sama sekali, oleh karenanya seorang pria yang benar-benar cinta akan pasangannya karena Allah, tidak akan menyakiti pasangan mereka, baik itu berupa lisan maupun fisik. Andaikata proses pencabutan tulang itu menyakitkan, niscaya seorang laki-laki tidak akan bersifat lembut dan sayang terhadap wanita.

Tidak ada manusia yang sempurna oleh karenanya Rasulullah menyatakan, "Janganlah seorang mukmin membenci seorang mukminah, kalau ia tak suka terhadap salah satu perangainya, tentu ia akan menyukai perangai yang lainnya.” [HR. Imam Muslim (4/178, 179)]

Rasulullah adalah teladan bagi kita untuk semua hal, bahkan dalam perbuatan romantis sekalipun, Rasulullah adalah panutan bagi kita.

Walaupun dalam rumah yang sederhana beratapkan pelepah kurma, Rasulullah menyatakan "Baiti Jannati" rumahku adalah surgaku.

Rasulullah pun senantiasa bercanda bersama istrinya, bahkan untuk menegur istrinya pun Rasulullah melakukan trik agar istri yang beliau cintai tidak merasa tersinggung.

Dikisahkan ketika Suatu hari Aisyah r.anhu sedang dalam perjalanan bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika ia masih muda belia. katanya ia masih muda, belum gemuk dan masih gagah lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, "Majulah" (kepada para sahabat waktu itu yang ikut bersama mereka) Mereka pun maju.

Kemudian beliau berseru kepada saya (Aisyah), "Mari, saya akan mengalahkan engkau" Saya berjalan cepat dan berhasil mengalahkan beliau.

Suatu ketika dalam perjalanan bersama beliau juga, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada para sahabatnya, "Majulah kalian semua." Lalu beliau berseru kepada saya, "Kini aku yang akan mengalahkan engkau." -waktu itu saya sudak gemuk- dan saya juga telah lupa dengan perlombaaan yang pernah kami lakukan.

Maka saya katakan, "Bagaimana saya harus berlomba dengan baginda, sedangkan keadaaan saya seperti ini?" "Kau harus melakukannya" jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam pertandingan tersebut saya berhasil lebih dahulu dibandingkan dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Namun kemudian pada akhirnya, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam berhasil mengejar saya dan berhasil mengalahkan saya. Lalu beliau tertawa senang seraya bersabda, "Dengan kemenanganku ini kedudukan kita seri."

Menurut ulama kita, begitulah salah satu cara Rasulullah bercanda, juga salah satu cara beliau menegur berat badan Aisyah istrinya.

Juga diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiallahu anha, beliau berkata :” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membawa segelas minuman, lalu saya minum, padahal saya dalam keadaan haid. Kemudian beliau minum juga dan meletakkannya pada bekas mulut saya. Saya pernah makan daging yang ada tulangnya, kemudian beliau makan daging itu dan mulutnya pada bekas mulut saya.” [HR Imam Muslim, (1/168-169), Imam Ahmad (6/62), dan selain keduanya]

Saudaraku seiman, semoga dengan membaca artikel ini kita senantiasa menjaga hubungan kita terhadap sesama manusia untuk saling mencintai, terutama bagi mereka yang telah berkeluarga, cintailah pasangan hidup antum, karena mereka adalah partner antum, seseorang yang menjadi sandaran antum (setelah Allah) ketika antum ingin berkeluh kesah, seseorang yang senantiasa ada untuk antum, yang menjaga kehormatan antum, yang menjadi Madrasah/sekolah pertama anak-anak antum, janganlah kita sekali-kali menyakitinya.

“Orang-orang mukmin itu ibarat satu jasad, apabila satu anggota badan sakit, maka seluruh jasad turut merasakan sakit dengan demam dan tidak dapat tidur.” (HR. Muslim)

Dan bagi saudaraku yang belum menikah, maka menikahlah untuk menyempurnakan iman antum kepada Allah.

"Siapa saja yang memberi karena Allah, menolak karena Allah, mencintai karena Allah, membenci karena Allah, dan menikah karena Allah, maka berarti ia telah sempurna imannya". (HR. AL Hakim).

“Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku pada hari ini? Aku akan menaungi mereka dalam naungan-Ku pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Ku.” (HR. Muslim; Shahih)

Janganlah kita terjebak akan teori orang kafir menyikapi permasalahan "Pacaran", tapi jika antum sudah mempunyai pasangan yang antum cintai, maka kabarkanlah kepadanya kalau engkau mencintainya semata-mata karena Allah.

"Jika seseorang mencintai saudaranya karena Allah, maka kabarkanlah bahwa ia mencintainya". (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

“Saudara” yang dimaksud dalam hadits tersebut bukan hanya saudara kandung atau akibat adanya kesamaan nasab/ keturunan darah, tetapi “saudara” dalam artian yang lebih luas lagi.

Dalam Bahasa Arab, saudara kandung disebut dengan Asy-Asyaqiiq. Sering kita jumpa seseorang menyebut temannya yang juga beragama Islam sebagai “Ukhti fillah” (saudara wanita ku di jalan Allah). Berarti, kebaikan yang kita berikan tersebut berlaku bagi seluruh kaum muslimin, karena sesungguhnya kaum muslim itu bersaudara.

Saudaraku seiman, Saya tidak pernah bermaksud menulis artikel ini untuk mendapat pujian apalagi berkeinginan untuk mengajari saudara-saudaraku seiman yang berada dalam Group ini, karena saya yakin pengetahuan saya sangat dangkal dibandingkan saudara-saudaraku yang ada di halaman ini.

Menulis artikel ini saya hanya memohon semoga Allah menyampaikan pesanku kepada "tulang rusuk"ku yang menjadi pasangan hidupku, ingin kusampaikan "Sesungguhnya aku sudah lama menantikanmu dan sudah sangat rindu kepadamu".

Mohon maaf jika terdapat kekurangan pada artikel ini karena ada benarnya datangnya dari Allah dan adapun kesalahan yang terdapat pada artikel ini datangnya dari kebodohan dan kekurangan dari ilmu saya pribadi.

..Subhanallah wabihamdi AsyaduAllahilaha Illallah Anta Astagfiruka wa'atubu Ilaik Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..

Kenapa Harus Menikah ?

Berikut beberapa alasan mengapa harus menikah, semoga bisa memotivasi kaum muslimin untuk memeriahkan dunia dengan nikah.

1. Melengkapi agamanya

“Barang siapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi. (HR. Thabrani dan Hakim).

2. Menjaga kehormatan diri

“Wahai para pemuda! Barang siapa diantara kalian berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih mudah menundukkan pandangan dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barang siapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa, karena puasa itu dapat membentengi dirinya. (HSR. Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasaiy, Darimi, Ibnu Jarud dan Baihaqi).

3. Senda guraunya suami-istri bukanlah perbuatan sia-sia

“Segala sesuatu yang di dalamnya tidak mengandung dzikrullah merupakan perbuatan sia-sia, senda gurau, dan permainan, kecuali empat (perkara), yaitu senda gurau suami dengan istrinya, melatih kuda, berlatih memanah, dan mengajarkan renang.” (Buku Adab Az Zifaf Al Albani hal 245; Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah no. 309).

4. Bersetubuh dengan istri termasuk sedekah

Pernah ada beberapa shahabat Nabi SAW berkata kepada beliau,

“Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah memborong pahala. Mereka bisa shalat sebagaimana kami shalat; mereka bisa berpuasa sebagaimana kami berpuasa; bahkan mereka bisa bersedekah dengan kelebihan harta mereka.”

Beliau bersabda,

“Bukankah Allah telah memberikan kepada kalian sesuatu yang bisa kalian sedekahkan? Pada tiap-tiap ucapan tasbih terdapat sedekah; (pada tiap-tiap ucapan takbir terdapat sedekah; pada tiap-tiap ucapan tahlil terdapat sedekah; pada tiap-tiap ucapan tahmid terdapat sedekah); memerintahkan perbuatan baik adalah sedekah; mencegah perbuatan munkar adalah sedekah; dan kalian bersetubuh dengan istri pun sedekah.”

Mereka bertanya,

“Wahai Rasulullah, kok bisa salah seorang dari kami melampiaskan syahwatnya akan mendapatkan pahala?”

Beliau menjawab,

“Bagaimana menurut kalian bila nafsu syahwatnya itu dia salurkan pada tempat yang haram, apakah dia akan mendapatkan dosa dengan sebab perbuatannya itu?”

Mereka menjawab, “Ya, tentu.”

Beliau bersabda,

“Demikian pula bila dia salurkan syahwatnya itu pada tempat yang halal, dia pun akan mendapatkan pahala.”
(Beliau kemudian menyebutkan beberapa hal lagi yang beliau padankan masing-masingnya dengan sebuah sedekah, lalu beliau bersabda, “Semua itu bisa digantikan cukup dengan shalat dua raka’at Dhuha.”) (Buku Adab Az Zifaf Al Albani hal 125).

5. Adanya saling nasehat-menasehati

6. Bisa mendakwahi orang yang dicintai

7. Pahala memberi contoh yang baik

“Siapa saja yang pertama memberi contoh perilaku yang baik dalam Islam, maka ia mendapatkan pahala kebaikannya dan mendapatkan pahala orang-orang yang meniru perbuatannya itu tanpa dikurangi sedikit pun. Dan barang siapa yang pertama memberi contoh perilaku jelek dalam Islam, maka ia mendapatkan dosa kejahatan itu dan mendapatkan dosa orang yang meniru perbuatannya tanpa dikurangi sedikit pun.” (HR. Muslim, Buku Riyadush Shalihin Bab Orang yang pertama kali melakukan kebaikan atau kejahatan.)

Bagaimana menurut Anda bila ada seorang kepala keluarga yang memberi contoh perbuatan yang baik bagi keluarganya dan ditiru oleh istri dan anak-anaknya? Demikian juga sebaliknya bila seorang kepala keluarga memberi contoh yang jelek bagi keluarganya?

8. Seorang suami memberikan nafkah, makan, minum, dan pakaian kepada istrinya dan keluarganya akan terhitung sedekah yang paling utama. Dan akan diganti oleh Allah, ini janji Allah.

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: Rasulullah SAW, bersabda: “Satu dinar yang kamu nafkahkan di jalan Allah, satu dinar yang kamu nafkahkan untuk memerdekakan budak, satu dinar yang kamu berikan kepada orang miskin dan satu dinar yang kamu nafkahkan kepada keluargamu, maka yang paling besar pahalanya yaitu satu dinar yang kamu nafkahkan kepada keluargamu.” (HR Muslim, Buku Riyadush Shalihin Bab Memberi nafkah terhadap keluarga).

Dari Abu Abdullah (Abu Abdurrahman) Tsauban bin Bujdud., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Dinar yang paling utama adalah dinar yang dinafkahkan seseorang kepada keluarganya, dinar yang dinafkahkan untuk kendaraan di jalan Allah, dan dinar yang dinafkahkan untuk membantu teman seperjuangan di jalan Allah.” (HR. Muslim, Buku Riyadush Shalihin Bab Memberi nafkah terhadap keluarga).

Seorang suami lebih utama menafkahkan hartanya kepada keluarganya daripada kepada yang lain karena beberapa alasan, diantaranya adalah nafkahnya kepada keluarganya adalah kewajiban dia, dan nafkah itu akan menimbulkan kecintaan kepadanya.

Muawiyah bin Haidah RA., pernah bertanya kepada Rasulullah SAW: ‘Wahai Rasulullah, apa hak istri terhadap salah seorang di antara kami?” Beliau menjawab dengan bersabda, “Berilah makan bila kamu makan dan berilah pakaian bila kamu berpakaian. Janganlah kamu menjelekkan wajahnya, janganlah kamu memukulnya, dan janganlah kamu memisahkannya kecuali di dalam rumah. Bagaimana kamu akan berbuat begitu terhadapnya, sementara sebagian dari kamu telah bergaul dengan mereka, kecuali kalau hal itu telah dihalalkan terhadap mereka.” (Adab Az Zifaf Syaikh Albani hal 249).

Dari Sa’ad bin Abi Waqqash RA., dalam hadits yang panjang yang kami tulis pada bab niat, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda kepadanya: “Sesungguhnya apa saja yang kamu nafkahkan dengan maksud kamu mencari keridhaan Allah, niscaya kamu akan diberi pahala sampai apa saja yang kamu sediakan untuk istrimu.” (HR. Bukhari dan Muslim, Buku Riyadush Shalihin Bab Memberi nafkah terhadap keluarga)

Dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash ra., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Seseorang cukup dianggap berdosa apabila ia menyianyiaka orang yang harus diberi belanja.” (HR. Bukhari dan Muslim, Buku Riyadush Shalihin Bab Memberi nafkah terhadap keluarga).

Dan akan diganti oleh Allah, ini janji Allah

“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan maka Allah akan menggantinya.” (Saba’: 39).

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: Nabi SAW bersabda: “Setiap pagi ada dua malaikat yang datang kepada seseorang, yang satu berdoa: “Ya Allah, berikanlah ganti kepada orang yang menafkahkan hartanya.” Dan yang lain berdoa: “Ya Allah, binasakanlah harta orang yang kikir.” (HR. Bukhari dan Muslim, Buku Riyadush Shalihin Bab Memberi nafkah terhadap keluarga).

9. Seorang pria yang menikahi janda yang mempunyai anak, berarti ikut memelihara anak yatim

Janji Allah berupa pertolongan-Nya bagi mereka yang menikah.

1. Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (Pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (An Nur: 32)

2. "Ada tiga golongan manusia yang berhak Allah tolong mereka, yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya." (HR. Ahmad 2: 251, Nasaiy, Tirmidzi, Ibnu Majah hadits no. 2518, dan Hakim 2: 160)


Prev: Buku : Ikhtishar Mushthalahul Hadits

Lyric Rapuh

Artist : Opick
Lirik Lagu : Opick - Rapuh

Opick - Rapuh

detik waktu terus berjalan
berhias gelap dan terang
suka dan duka tangis dan tawa
tergores bagai lukisan

seribu mimpi berjuta sepi
hadir bagai teman sejati
di antara lelahnya jiwa
dalam resah dan air mata
kupersembahkan kepadaMu
yang terindah dalam hidup

meski ku rapuh dalam langkah
kadang tak setia kepadaMu
namun cinta dalam jiwa
hanyalah padaMu

maafkanlah bila hati
tak sempurna mencintaiMu
dalam dadaku harap hanya
diriMu yang bertahta

detik waktu terus berlalu
semua berakhir padaMu

♥ Mencintai dan Membenci Karena Allah ♥

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Azza Wajalla, yang telah menganugerakan rasa cinta dan benci dihati para makhluk-Nya. Dan hanya Dia pulalah yang berhak mengatur kepada siapakah kita harus mencintai dan kepada siapa pula kita

Cinta yang paling tinggi dan paling wajib serta yang paling bermanfaat mutlak adalah cinta kepada Allah Ta’ala semata, diiringi terbentuknya jiwa oleh sikap hanya menuhankan Allah Ta’ala saja. Karena yang namanya Tuhan adalah sesuatu yang hati manusia condong kepadaNya dengan penuh rasa cinta dengan meng-agungkan dan membesarkanNya, tunduk dan pasrah secara total serta menghamba kepadaNya. Allah Ta’ala wajib dicintai karena DzatNya sendiri, sedangkan yang selain Allah dicintai hanya sebagai konsekuensi dari rasa cinta kepada Allah Subhana Wa Ta’ala.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda :

“Tali iman yang paling kuat adalah mencintai karena Allah dan membenci karena Allah.” (HR. At-Tirmidzi).

“Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan tidak memberi karena Allah, maka sungguh telah sempurna Imannya.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi).

Dari dua hadits di atas kita bisa mengetahui bahwa kita harus memberikan kecintaan dan kesetiaan kita hanya kepada Allah semata. Kita harus mencintai terhadap sesuatu yang dicintai Allah, membenci terhadap segala yang dibenci Allah, ridla kepada apa yang diridlai Allah, tidak ridla kepada yang tidak diridlai Allah, memerintahkan kepada apa yang diperintahkan Allah, mencegah segala yang dicegah Allah, memberi kepada orang yang Allah cintai untuk memberikan dan tidak memberikan kepada orang yang Allah tidak suka jika ia diberi.

Dalam pengertian menurut syariat, dimaksud dengan al-hubbu fillah (mencintai karena Allah) adalah mencurahkan kasih sayang dan kecintaan kepada orang –orang yang beriman dan taat kepada Allah ta’ala karena keimanan dan ketaatan yang mereka lakukan.Sedangkan yang dimaksud dengan al-bughdu fillah (benci karena Allah) adalah mencurahkan ketidaksukaan dan kebencian kepada orang-orang yang mempersekutukanNya dan kepada orang-orang yang keluar dari ketaatan kepadaNya dikarenakan mereka telah melakukan perbuatan yang mendatangkan kemarahan dan kebencian Allah, meskipun mereka itu adalah
orang-orang yang dekat hubungan dengan kita, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

“Kamu tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling kasih sayang dengan orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang orang itu bapak-bapak, anak-anak sauadara-saudara ataupun saudara keluarga mereka.” (QS. Al-Mujadalah:22)

Jadi, para sahabat, tabi’in, serta pengikut mereka di seluruh penjuru dunia adalah orang-orang yang lebih berhak untuk kita cintai (meskipun kita tidak punya hubungan apa-apa dengan mereka), dari pada orang-orang yang dekat dengan kita seperti tetangga kita, orang tua kita, anak-anak kita sendiri, saudara-saudara kita, ataupun saudara kita yang lain, apabila mereka itu membenci, memusuhi dan menentang Allah dan RasulNya dan tidak melakukan ketaatan kepada Allah dan RasulNya maka kita tidak berhak untuk mencintai melebihi orang-orang yang berjalan di atas al-haq dan orang yang selalu taat kepada Allah dan rasulNya. Demikian juga kecintaan dan kebencian yang tidak disyari’atkan adalah yang tidak berpedoman pada kitabullah dan sunnah Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam. Dan hal ini bermacam-macam jenisnya di antaranya adalah: kecintaan dan kebencian yang dimotifasi oleh harta kekayaan, derajat dan kedudukan, suku bangsa, kecantikan, kefakiran, kekeluargaan dan lain-lain, tanpa memperdulikan norma-norma agama yang telah digariskan oleh Allah Ta’ala

Ada beberapa faktor yang dapat mengkokohkan kecintaan dijalan Allah, antara lain:

1]. Memberitahukan kepada orang yang dicintai bahwa kita mencintai karena Allah Subhana Wa Ta’ala.

Diriwayatkan dari Abu Dzar Radhiallaahu anhu, bahwa ia mendengar Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
“Apabila ada seorang dari kalian mencintai temannya hendaklah dia datangi rumahnya dan mengkhabarinya bahwa ia mencintainya (seorang teman tadi) kerena Allah Ta’ala.” (HR. Ibnul Mubarok dalam kitab Az-Zuhdu, hal 712 dengan sanad shahih)

2]. Saling memberi hadiah.

Rasulullah Saw bersabda dalam riwayat Abu Hurairah Radhiallaahu anhu:
“Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Al-Bukhari dalam kitab Adabul Mufrod, hal 120 dan Baihaqi 6/169 dengan sanad hasan)

3]. Saling mengunjungi.

Rasulullah bersabda dalam riwayat Abu Hurairah Radhiallaahu anhu:
“Wahai Abu Hurairah! berkunjunglah engkau dengan baik tidak terlalu sering dan terlalu jarang, niscaya akan bertambah sesuatu dengan kecintaan.” (HR.Thabrani dan Baihaqi dengan sanad yang shahih)

4]. Saling menyebarkan salam.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda :
“Tidaklah kalian masuk Surga sehingga kalian beriman, tidakkah kalian beriman sehingga kalian saling mencintai, Maukah kamu aku tunjukkan tentang sesuatu yang apabila kalian melakukan-nya akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim 2/35).

5]. Meninggalkan dosa-dosa.

Dalam hal ini Rasulullah bersabda:
“Tidaklah dua orang yang saling mencintai karena Allah atau karena Islam kemudian berpisah kecuali salah satu dari ke duanya telah melakukan dosa.” (HR. Bukhari)

6]. Meninggalkan perbuatan ghibah.

Allah Subhana Wa Ta'ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah sebagian kamu menggunjingkan (ghibah) sebagian yang lain,sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentunya kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat:12)

Kewajiban saling mencintai dijalan Allah bukanlah suatu perintah yang tidak membawa hasil apa-apa. Tetapi Allah memerintahkan sesuatu itu pasti ada buahnya dan hasilnya. Buah dan hasil dari saling mencintai di jalan Allah di antaranya adalah:

* Mendapatkan kecintaan Allah.
* Mendapatkan Kemuliaan dari Allah.
* Mendapatkan naungan Allah di hari kiamat, pada saat tidak ada naungan kecuali naungan Allah.
* Merasakan manisnya Iman.
* Meraih kesempurnaan Iman.
* Masuk Syurga.

Ada sebuah bait:

♥ Cintailah Dia Hanya Karena Allah ♥

Mencintai seseorang atau suatu kadang bisa membuat kita lupa makna hakikat dari apa yang kita cintai, siapa yang pernah menciptakannya, menjadikannya hadir di dunia ini, membuatnya ada tampil seperti sekarang ini.

Adalah Allah yang telah menjadikannya Tampan dan Manis, Imut-imut dan Lugu, Penuh Kharisma dan Wibawa, inilah yang bisa meruntuhkan dinding-dinding keangkuhan kita pada makhluk yang namanya laki-laki.

Tapi ketahuilah kita tak akan pernah rugi kalau mencintainya karena Allah, karena sampai kapanpun, apapun cuma Allah yang kelak akan membukakan hatinya untuk kita, menyayangi kita, dan peduli tentang kita.

Maka dari itu, cintai dia karena Allah. Maka kita Tidak akan kecewa sampai kapanpun...^__^

Semoga Allah menjadikan kita sebagai orang-orang yang tunduk patuh hanya kepada Allah. Semoga kecintaan dan kebencian kita selalu sesuai dengan apa yang telah disyariatkan oleh Allah dan RasulNya. Apalagi yang kita harapkan kecuali mendapatkan kecintaan dari Allah, mendapatkan kemuliaan dari Allah, mendapatkan naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya.

Dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda: Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah di bawah naungan-Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu Pemimpin yang adil; Pemuda yang senantiasa beribadah kepada Allah semasa hidupnya; Seseorang yang hatinya senantiasa terpaut dengan Masjid; Dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul dan berpisah kerena Allah; Seorang lelaki yang diajak oleh seorang perempuan yang cantik dan berkedudukan untuk berzina tetapi dia berkata, “Aku takut kepada Allah!”; Seorang yang memberi sedekah tetapi dia merahasiakannya seolah-olah tangan kanannya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kirinya; dan seseorang yang mengingat Allah di waktu sunyi sehingga bercucuran air matanya. (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan selalu meraih manisnya Iman, mendapatkan kesempurnaan Iman dan masuk ke dalam Syurga-Nya yang tinggi. Semoga Allah selalu memberkahi dan merahmati kita. Aamiin...

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Orang yang paling Kuat

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Orang yang paling kuat bukanlah orang yang tidak dapat dikalahkan oleh orang lain. Tetapi orang yang paling kuat adalah orang yang dapat menguasai dirinya ketika ia sedang marah." -HR. Muslim

Indahnya Kasih Sayang

Mahasuci Allah, zat yang mengaruniakan kasih sayang kepada makhluk-makhluk-Nya. Tidaklah kasih sayang melekat pada diri seseorang, kecuali akan memperindah orang tersebut, dan tidaklah kasih sayang akan terlepas dari diri seseorang, kecuali akan memperburuk dan menghinakan orang tersebut.

Betapa tidak? Jikalau kemampuan kita menyayangi orang lain tercabut, maka itulah biang dari segala bencana, karena kasih sayang Allah Azza wa Jalla ternyata hanya akan diberikan kepada orang-orang yang masih hidup kasih sayang di qolbunya.

Karenanya, tidak bisa tidak, kita harus berjuang dengan sekuat tenaga agar hati nurani kita hidup. Tidak berlebihan jikalau kita mengasahnya dengan merasakan keterharuan dari kisah-kisah orang yang rela meluangkan waktu untuk memperhatikan orang lain. Kita dengar bagaimana ada orang yang rela membacakan buku, koran, atau juga surat kepada orang-orang tuna netra, sehingga mereka bisa belajar, bisa dapat informasi, dan bisa mendapatkan ilmu yang lebih luas.

Rasulullah SAW dalam hal ini bersabda, “Allah SWT mempunyai seratua rahmat (kasih sayang), dan menurunkan satu rahmat (dari seratus rahmat) kepada jin, manusia, dan hewan melata. Dengan rahmat itu mereka saling berbelas kasihan dan berkasih sayang, dan dengannya pula binatang-binatang buas menyayangi anak-anaknya. Dan (Allah SWT) menangguhkan 99 bagian rahmat itu sebagai kasih sayang-Nya pada hari kiamat nanti.” (HR. Muslim)

Dari hadits ini nampaklah, bahwa walau hanya satu rahmat-Nya yang diturunkan ke bumi, namun dampaknya bagi seluruh makhluk sungguh luar biasa dahsyatnya. Kasih sayang dapat diibaratkan sebuah mata air yang bergejolak keinginannya untuk melepaskan beribu-ribu kubik air bening yang membuncah dari dalamnya tanpa pernah habis. Kepada air yang telah mengalir untuk selanjutnya menderas mengikuti alur sungai menuju laut, mata air sama sekali tidak pernah mengharapkan ia kembali.

Tidak ada salahnya agar muncul kepekaan kita menyayangi orang lain, kita menyayanginya dengan menyayangi kita dulu.

Jangan meremehkan makhluk ciptaan Allah, sebab tidaklah Allah menciptakan makhluk-Nya dengan sia-sia. Semua yang Allah ciptakan syarat dengan ilmu, hikmah, dan ladang amal. Semua yang bergerak, yang terlihat, yang terdengar, dan apa saja karunia dari Allah Azza wa Jalla adalah jalan bagi kita untuk bertafakur jikalau hati ini bisa merabanya dengan penuh kasih sayang.

Bagi orang yang tidak hidup kasih sayang di qolbunya, ketika datang orang yang akan meminjam uang, justru yang terlintas dalam pikirannya seolah-olah harta yang dimilikinya akan diambil oleh dia, bukannya memberi, malah dia ketakutan hartanya akan habis atau bahkan jatuh miskin.

Ingatlah bahwa hidupnya hati hanya bisa dibuktikan dengan apa yang bisa kita lakukan untuk orang lain dengan ikhlas. Apa artinya hidup kalau tidak punya mamfaat? Padahal hidup di dunia cuma sekali dan itupun hanya mampir sebentar saja. Insya Allah bagi yang telah tumbuh kasih sayang di qolbunya, Allah Azza wa Jalla, Zat yang Maha Melimpah Kasih Sayang-Nya akan mengaruniakan ringannya mencari nafkah dan ringan pula dalam menahkahkannya di jalan Allah, ringan dalam mencari ilmu dan ringan pula mengajarkannya kepada orang lain.

Cara lain yang dianjurkan Rasulullah SAW untuk menghidupkan hati nurani agar senantiasa diliputi nur kasih sayang dengan melakukan banyak silaturahmi kepada orang-orang yang dilanda kesulitan. Belajarlah terus untuk melihat orang yang kondisinya jauh di bawah kita, Insya Allah hati kita akan melembut karena senantiasa tercahayai pancaran sinar kasih sayang. Dan berhati-hatilah bagi orang yang bergaulnya hanya dengan orang-orang kaya, orang-orang terkenal, artis, atau orang-orang elit lainnya, karena yang muncul justru rasa minder dan perasaan kurang dan kurang akan dunia ini, Masya Allah.

Jangan Putus Asa Dalam Berdo’a

“Janganlah membuatmu putus asa dalam mengulang doa-doa, ketika Allah menunda ijabah doa itu“

Ibnu Athaillah as-Sakandari mengingatkan kepada kita semua agar kita tidak berputus asa dalam berdoa.Mengapa demikian? Karena nafsu manusia seringkali muncul ketika Allah menunda ijabah atau pengabulan doa-doa kita. Dalam kondisi demikian manusia seringkali berputus asa, dan merasa bahwa doanya tidak dikabulkan. Sikap putus asa itu disebabkan karena manusia merasa bahwa apa yang dijalankan melalui doanya itu, akan benar-benar memunculkan pengabulan dan Allah.Tanpa disadari bahwa ijabah itu adalah Hak Allah bukan hak hamba. Dalam situasi keputusasaan itulah hamba Allah cenderung mengabaikan munajatnya sehingga ia kehilangan hudlur (hadir) bersama Allah.

Dalam ulasannya terhadap wacana di atas, Syekh Zaruq menegaskan, bahwa tipikal manusia dalam konteks berdoa ini ada tiga hal:

Pertama, seseorang menuju kepada Tuhannya dengan kepasrahan total, sehingga ia meraih ridha-Nya. Hamba ini senantiasa bergantung dengan-Nya, baik doa itu dikabulkan seketika maupun ditunda. la tidak peduli apakah doa itu akan dikabulkan dalam waktu yang panjang atau lainnya.

Kedua, seseorang tegak di depan pintu-Nya dengan harapan penuh pada janji-Nya dan memandang aturan-Nya. Hamba ini masih kembali pada dirinya sendiri dengan pandangan yang teledor dan syarat-syarat yang tidak terpenuhi, sehingga mengarah pada keputusasaan dalam satu waktu, namun kadang-kadang penuh harapan optimis. Walaupun hasratnya sangat ringan, toh syariatnya menjadi besar dalam hatinya.

Ketiga, seseorang yang berdiri tegak di pintu Allah namun disertai dengan sejumlah cacat jiwa dan kealpaan, dengan hanya menginginkan keinginannya belaka tanpa mengikuti aturan dan hikmah. Orang ini sangat dekat dengan keputusasaan, kadang-kadang terjebak dalam keragu-raguan, kadang-kadang terlempar dijurang kebimbangan. Semoga Allah mengampuninya.

Syekh Abu Muhammad Abdul Aziz al-Mahdawi mengatakan, “Siapa pun yang tidak menyerahkan pilihannya dengan suka rela kepada Allah Ta’ala, maka orang tersebut terkena istidraj (sanjungan yang terhinakan). Orang tersebut termasuk golongan mereka yang disebut oleh Allah: “Penuhilah kebutuhannya, karena Aku benci mendengarkan keluhannya.” Tetapijika seseorang memasrahkan pada pilihan Allah, bukan pilihan dirinya, maka otomatis doanya telah terkabul, walaupun beium terwujud bentuknya. Sebab amal itu sangat tergantung pada saat akhirnya. “

Wacana di atas dilanjutkan:

“Allahlah yang menjamin ijabah doa itu menurut pilihan-Nya padamu, bukan menurut pilihan seleramu, kelak pada waktu yang dikehendaki-Nya, bukan menurut waktu yang engkau kehen-daki.”

Seluruh doa hamba pasti dijamin pengabulannya. Sebagaimana dalam firman Allah :
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkan bagimu. “

Allah menjamin pengabulan itu melalui janji-Nya. Janji itu jelas bersifat mutlak. Hanya saja dalam ayat tersebut Allah tidak menfirmankan dengan kata-kata, “menurut tuntutanmu, atau menurut waktu yang engkau kehendaki, atau menurut kehendakmu itu sendiri.”

Dalam hadits Rasutullah SAW bersabda: “Tak seorang pun pendoa, melainkan ia berada di antara salah satu dari tiga kelompok ini: Kadang ia dipercepat sesuai dengan permintaannya, atau ditunda (pengka-bulannya) demi pahalanya, atau ia dihindarkan dari keburukan yang menimpanya.” (HR. Imam Ahmad dan AI-Hakim).

Dalam hadits lain disebutkan, “Doa di antara kalian bakal di ijabahi, sepanjang kalian tidak tergesa-gesa, (sampai akhirnya) seseorang mengatakan, “Aku telah berdoa, tapi tidak diijabahi untukku. “ (HR. Bukhari-Muslim)

Dalam menafsiri suatu ayat “Telah benar-benar doa kalan berdua di ijabahi” maksudnva baru 40 tahun diijabahi doanya. Menurut Syekh Abul Hasan asy-Syadzili, perihal firman Allah: “Maka hendaknya kalian berdua istiqamah”, maksudnya adalah “tidak tergesa-gesa”. Sedangkan ayat, “Dan janganlah kalian mengikuti jalannya orang-orang yang tidak mengetahui”, maksudnya adalah orang-orang yang menginginkan agar disegerakan ijabah doanya. Bahwa ijabah doa itu diorientasikan pada pilihan Allah, baik dalam bentuk yang riil ataupun waktunya, semata karena tiga hal:

Pertama, karena kasih sayang dan pertolongan Allah pada hamba-Nya. Sebab Allah Maha Murah, Maha Asih dan Maha Mengetahui. Dzat Yang Maha Murah apabila dimohon oleh orang yang memuliakan-Nya, ia akan diberi sesuatu yang lebih utama menurut Kemahatahuan-Nya. Sementara seorang hamba itu pada dasarnya bodoh terhadap mana yang baik dan yang lebih bermashlahat. Terkadang seorang hamba itu mencintai sesuatu padahal sesuatu itu buruk baginya, dan terkadang ia membenci sesuatu padahal yang dibenci itu lebih baik baginya. Inilah yang seharusnya difahami pendoa.

Kedua, bahwa sikap tergantung pada pilihan Allah itu merupakan sikap yang bisa mengabadikan hukum-hukum ubudiyah, di samping lebih mengakolikan wilayah rububiyah. Sebab manakala suatu ijabah doa itu tergantung pada selera hamba dengan segala jaminannya, niscaya doa itu sendiri lebih mengatur Allah. Dan hal demikian suatu tindakan yang salah.

Ketiga, doa itu sendiri adalah ubudiyah. Rahasia doa adalah menunjukkan betapa seorang hamba itu serba kekurangan. Kalau saja ijabah doa itu menurut keinginan pendoanya secara mutlak, tentu bentuk serba kurang itu tidak benar. Dengan demikian pula, rahasia taklif (kewajiban ubudiyah) menjadi keliru, padahal arti dari doa adalah adanya rahasia taklij’itu sendiri. Oleh sebab itu, lbnu Athaillah as-Sakandari menyatakan pada wacana selanjutnya:

“Janganlah membuat dirimu ragu pada janji Allah atas tidak terwujudnya sesuatu yang dijanjikan Allah, walaupun waktunya benar-benar nyata.”

Maksudnya, kita tidak boleh ragu pada janji Allah. Terkadang Allah memperlihatkan kepada kita akan terjadinya sesuatu yang kita inginkan dan pada waktu yang ditentukan. Namun tiba-tiba tidak muncul buktinya. Kenyataan seperti itu jangan sampai membuat kita ragu-ragu kepada janji Allah itu sendiri. Allah mempunyai maksud tersendiri dibalik semua itu, yaitu melanggengkan rububiyah atas ubudiyah hamba-Nya. Syarat-syarat ijabah atasjanji-Nya, terkadang tidak terpenuhi oleh hamba-Nya. Karena itu Allah pun pernah menjanjikan pertolongan kepada Nabi-Nya Muhammad SAW dalam perang Uhud dan Ahzab serta memenangkan kota Mekkah. Tetapi Allah menutupi syarat-syarat meraih pertolongan itu, yaitu syarat adanya sikap “merasa hina” di hadapan Allah yang bisa menjadi limpahan pertolongan itu sendiri. Sebab Allah berfirnian dalam At-Taubah: “Allah benar-benar menolongmu pada Perang Badar, ketika kamu sekalian merasa hina “.

Kenapa demikian? Sebab sikap meragukan janji Allah itu bisa mengaburkan pandangan hati kita terhadap karunia Allah sendiri. As-Sakandari meneruskan:

“Agar sikap demikian tidak mengaburkan mata hatimu dan meredupkan cahaya rahasia batinmu”.

Bahwa disebut di sana padanya pengaburan mata hati dan peredupan cahaya rahasia batin, karena sikap skeptis terhadap Allah itu, akan menghilangkan tujuan utama dan keleluasaan pandangan pengetahuan dibalik janji Allah itu.

Ikhlas

Semoga Allah mengaruniakan kepada kita hati yang ikhlas. karena betapapun kita melakukan sesuatu hingga bersimbah peluh berkuah keringat, habis tenaga dan terkuras pikiran, kalau tidak ikhlas melakukannya, tidak akan ada nilainya di hadapan Allah. Bertempur melawan musuh, tapi kalau hanya ingin disebut sebagai pahlawan, ia tidak memiliki nilai apapun. Menafkahkan seluruh harta kalau hanya ingin disebut sebagai dermawan, ia pun tidak akan memiliki nilai apapun.

Mengumandangkan adzan setiap waktu shalat, tapi selama adzan bukan Allah yang dituju, hanya sekedar ingin memamerkan keindahan suara supaya menjadi juara adzan atau menggetarkan hati seseorang, maka itu hanya teriakan-teriakan yang tidak bernilai di hadapan Allah, tidak bernilai!

Ikhlas, terletak pada niat hati. Luar biasa sekali pentingnya niat ini, karena niat adalah pengikat amal. Orang-orang yang tidak pernah memperhatikan niat yang ada di dalam hatinya, siap-siaplah untuk membuang waktu, tenaga, dan harta dengan tiada arti. Keikhlasan seseorang benar-benar menjadi amat penting dan akan membuat hidup ini sangat mudah, indah, dan jauh lebih bermakna.

Apakah ikhlas itu? Orang yang ikhlas adalah orang yang tidak menyertakan kepentingan pribadi atau imbalan duniawi dari apa yang dapat ia lakukan. Konsentrasi orang yang ikhlas cuma satu, yaitu bagaimana agar apa yang dilakukannya diterima oleh Allah SWT. Jadi ketika sedang memasukan uang ke dalam kotak infaq, maka fokus pikiran kita tidak ke kiri dan ke kanan, tapi pikiran kita terfokus bagaimana agar uang yang dinafkahkan itu diterima di sisi Allah.

Apapun yang dilakukan kalau konsentrasi kita hanya kepada Allah, itulah ikhlas. Seperti yang dikatakan Imam Ali bahwa orang yang ikhlas adalah orang yang memusatkan pikirannya agar setiap amalnya diterima oleh Allah. Seorang pembicara yang tulus tidak perlu merekayasa kata-kata agar penuh pesona, tapi ia akan mengupayakan setiap kata yang diucapkan benar-benar menjadi kata yang disukai oleh Allah. Bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Bisa dipertanggungjawabkan artinya. Selebihnya terserah Allah. Kalau ikhlas walaupun sederhana kata-kata kita, Allah-lah yang kuasa menghujamkannya kepada setiap qalbu.

Oleh karena itu, jangan terjebak oleh rekayasa-rekayasa. Allah sama sekali tidak membutuhkan rekayasa apapun dari manusia. Allah Mahatahu segala lintasan hati, Mahatahu segalanya! Makin bening, makin bersih, semuanya semata-mata karena Allah, maka kekuatan Allah yang akan menolong segalanya.

Buah apa yang didapat dari seorang hamba yang ikhlas itu? Seorang hamba yang ikhlas akan merasakan ketentraman jiwa, ketenangan batin. Betapa tidak? Karena ia tidak diperbudak oleh penantian untuk mendapatkan pujian, penghargaan, dan imbalan. Kita tahu bahwa penantian adalah suatu hal yang tidak menyenangkan. Begitu pula menunggu diberi pujian, juga menjadi sesuatu yang tidak nyaman. Lebih getir lagi kalau yang kita lakukan ternyata tidak dipuji, pasti kita akan kecewa.

Tapi bagi seorang hamba yang ikhlas, ia tidak akan pernah mengharapkan apapun dari siapapun, karena kenikmatan baginya bukan dari mendapatkan, tapi dari apa yang bisa dipersembahkan. Jadi kalau saudara mengepel lantai dan di dalam hati mengharap pujian, tidak usah heran jikalau nanti yang datang justru malah cibiran.

Tidak usah heran pula kalau kita tidak ikhlas akan banyak kecewa dalam hidup ini. Orang yang tidak ikhlas akan banyak tersinggung dan terkecewakan karena ia memang terlalu banyak berharap. Karenanya biasakanlah kalau sudah berbuat sesuatu, kita lupakan perbuatan itu. Kita titipkan saja di sisi Allah yang pasti aman. Jangan pula disebut-sebut, diingat-ingat, nanti malah berkurang pahalanya.

Lalu, dimanakah letak kekuatan hamba-hamba Allah yang ikhlas? Seorang hamba yang ikhlas akan memiliki kekuatan ruhiyah yang besar. Ia seakan-akan menjadi pancaran energi yang melimpah. Keikhlasan seorang hamba Allah dapat dilihat pula dari raut muka, tutur kata, serta gerak-gerik perilakunya. Kita akan merasa aman bergaul dengan orang yang ikhlas. Kita tidak curiga akan ditipu, kita tidak curiga akan dikecoh olehnya. Dia benar-benar bening dari berbuat rekayasa. Setiap tumpahan kata-kata dan perilakunya tidak ada yang tersembunyi. Semua itu ia lakukan tanpa mengharap apapun dari orang yang dihadapinya, yang ia harapakan hanyalah memberikan yang terbaik untuk siapapun.

Sungguh akan nikmat bila bergaul dengan seorang hamba yang ikhlas. Setiap kata-katanya tidak akan bagai pisau yang akan mengiris hati. Perilakunya pun tidak akan menyudutkan dan menyempitkan diri. Tidak usah heran jikalau orang ikhlas itu punya daya gugah dan daya ubah yang begitu dahsyat.

Dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, sebagai berikut :

Tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun menciptkana gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut. Kemudian mereka bertanya? “Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?”

Allah menjawab, “Ada, yaitu besi” (Kita mafhum bahwa gunung batu pun bisa menjadi rata ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh buldozer atau sejenisnya yang terbuat dari besi).

Para malaikat pun kembali bertanya, “Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada besi?”

Allah yang Mahasuci menjawab, “Ada, yaitu api” (Besi, bahkan baja bisa menjadi cair, lumer, dan mendidih setelah dibakar bara api).

Bertanya kembali para malaikat, “Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada api?”

Allah yang Mahaagung menjawab, “Ada, yaitu air” (Api membara sedahsyat apapun, niscaya akan padam jika disiram oleh air).

“Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?” Kembali bertanya para malaikta.

Allah yang Mahatinggi dan Mahasempurna menjawab, “Ada, yaitu angin” (Air di samudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung, dan menjelma menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tersimbah dan menghempas karang, atau mengombang-ambingkan kapal dan perahu yang tengah berlayar, tiada lain karena dahsyatnya kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang teramat dahsyat).

Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi, “Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?”

Allah yang Mahagagah dan Mahadahsyat kehebatan-Nya menjawab, “Ada, yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya.”

Artinya, orang yang paling hebat, paling kuat, dan paling dahsyat adalah orang yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang dilakukannya bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun keinginan untuk diketahui orang lain.

Inilah gambaran yang Allah berikan kepada kita bagaimana seorang hamba yang ternyata mempunyai kekuatan dahsyat adalah hamba yang bersedekah, tetapi tetap dalam kondisi ikhlas. Karena naluri dasar kita sebenarnya selalu rindu akan pujian, penghormatan, penghargaan, ucapan terima kasih, dan sebagainya. Kita pun selalu tergelitik untuk memamerkan segala apa yang ada pada diri kita ataupun segala apa yang bisa kita lakukan. Apalagi kalau yang ada pada diri kita atau yang tengah kita lakukan itu berupa kebaikan.

Nah, sahabat. Orang yang ikhlas adalah orang yang punya kekuatan, ia tidak akan kalah oleh aneka macam selera rendah, yaitu rindu pujian dan penghargaan. Allaahuakbar

KISAH RASULULLAH dengan PENGEMIS BUTA

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinyaselalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, "Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya".

Namun, setiap pagi Sayyidinaa Muhammad Rasulullah Shollallaahu 'alaihi wa sallam mendatanginya dengan membawakan makanan, dan tanpa berucap sepatah kata pun Rasulullah Shollallaahu 'alaihi wa sallam menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah Shollallaahu 'alaihi wa sallam.

Rasulullah Shollallaahu 'alaihi wa sallam melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat.

Setelah wafatnya Rasulullah Shollallaahu 'alaihi wa sallam tiada lagi orang yang membawaka makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. Suatu hari sahabat terdekat Rasulullah Shollallaahu 'alaihi wa sallam yakni Abubakar Rodliyallahu 'anhu berkunjung ke rumah putrinya Aisyah Rodliyallahu 'anha yang tidak lain tidak bukan merupakan isteri Rasulullah Shollallaahu 'alaihi wa sallam dan beliau bertanya kepada anaknya itu, "Putriku, adakah kebiasaan kekasihku yang belum aku kerjakan?".

Aisyah Rodliyallahu 'anha menjawab, "Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja".

"Apakah Itu?", tanya Abubakar Rodliyallahu 'Anhu

"Setiap pagi Rasulullah Shollallaahu 'alaihi wa sallam selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada disana ", kata Aisyah Rodliyallahu 'Anha.

Keesokan harinya Abubakar Rodliyallahu 'Anhu pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abubakar Rodliyallahu 'Anhu mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abubakar Rodliyallahu 'Anhu mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil menghardik, "Siapakah kamu ?". Abubakar Rodliyallahu 'Anhu menjawab, "Aku orang yang biasa."

"Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku", bantah si pengemis buta itu.

"Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut setelah itu ia berikan padaku", pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abubakar Rodliyallahu 'Anhu tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, "Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Beliau adalah Sayyidinaa Muhammad Rasulullah Shollallaahu 'alaihi wa sallam".

Seketika itu juga pengemis itu pun menangis mendengar penjelasan Abubakar Rodliyallahu 'Anhu tersebut, dan kemudian berkata, "Benarkah demikian?

Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.... "

Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abubakar Rodliyallahu 'Anhu saat itu juga dan sejak hari itu menjadi muslim.

Nah, wahai saudaraku, bisakah kita meneladani kemuliaan Akhlaq Rasulullah Shollallaahu 'alaihi wa sallam? Atau adakah setidaknya niatan untuk meneladani beliau? Beliau benar-benar pribadi yang ahsanul akhlaq, semulia-mulia Akhlaq". Alhamdulillaahirabbil'aalamiin

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Februari 05, 2011

Hati Yang Lembut

Hati lembut, seolah-olah ia bagaikan tanah yang subur, mudah di olah untuk bercocok tanam. Kelembutannya menjadikan tanaman hidup subur, akar umbi mudah menjalar kemana mana :)

Hati yang lembut adalah lapak yang baik untuk menerima segala ajaran dan peringatan dari Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, menyambut baik semua nasihat. Malah hati yang lembut juga adalah jambangan yang subur bagi iman, bagi tertegaknya sifat-sifat taqwa yang membawa kebahagiaan hidup di dunia dan lebih-lebih lagi di akhirat.

Hati yang keras itu biasanya dikaitkan dengan pengaruh syaitan atau iblis, kerana iblis itu dijadikan daripada api, api itu memberi kesan buruk terhadap hati. Apabila hati sudah keras, menyebabkan sukar untuk mendengar dan membenarkan firman Tuhan, sulit untuk menerima nasihat Rasul.

Orang-orang yang beriman itu dikehendaki agar berusaha untuk mencari sesuatu yang dapat melembutkan hati, menjauhkan dari perkara yang bisa mempengaruhi hati dari nasihat Allah dan rasul-Nya.

Kehidupan di dunia terlalu banyak perkara yang bisa mempengaruhi hati sehingga bisa melalaikannya dari mengingati Allah, dunia adalah di antara anasir yang boleh mempengaruhi hati. Yang dimaksudkan dengan dunia ialah setiap perkara yang tidak membawa kebaikan kepada manusia di akhirat, inilah dunia yang dipandang tidak berharga oleh Rasulullah s.a.w.

Dunia bukanlah terhenti kepada persoalan benda, karena ada ketika urusan akhirat akan terganti menjadi dunia. Sebagai contoh, ibadah solat adalah suatu kefardhuan dari Allah, walau bagaimanapun apabila solat itu didirikan karena mau menunjukkan kepada manusia [ ria ]maka solat yang demikian itu tidak mendatangkan kebajikan untuk kehidupan diakhirat, bahkan Allah menjanjikan neraka kepada orang yang karena urusan akhiratnya sudah terganti menjadi dunia.

Rasulullah s.a.w merasa heran dengan sikap sebagian manusia yang sering menngaku ‘ini harta aku, ini milik aku’, mereka bangga dengan dunia dan harta yang di’aku’ nya itu.
Sedangkan harta itu menurut Rasulullah s.a.w hanya terbagi menjadi tiga.

Pertama, harta yang fana atau punah, yaitu harta yang dimakan.
Harta itu setelah masuk ke dalam perut manusia akhirnya ia akan dikeluarkan menjadi najis, setelah itu tidak ada seorangpun yang berbangga dengan najis itu, malah tidak ada yang mau mengakui sebagai miliknya lagi.

Kedua, harta yang akan buruk, seperti pakaian, kendaraan dan sebagainya. Semua harta tersebut akan melalui proses keusangan, dan setelah ia buruk tidak ada siapa yang menghendakinya lagi. Pakaian buruk mungkin akan jadi lap kaki, jika kendaraan buruk akan menjadi besi karat dan terbuang.

Ketiganya ialah harta yang diberikan kepada manusia, sama ada dalam bentuk nafkah atau sedekah dan hadiah, harta itu adalah harta simpanan bagi seseorang. Walaupun pada zahirnya harta tersebut sudah berganti hak milik karena diberikan kepada orang lain, namun pada hakikatnya harta tersebut adalah merupakan saham atau tabungan bagi seseorang di sisi Allah Subhanahu wa Taala yang berupa ganjaran pahala.

Harta yang ketiga itulah sebenar-benar harta yang menjadi milik seseorang di sisi Allah Taala, selain dari itu hanyalah dunia yang akan binasa atau menjadi usang dan tidak berguna lagi. :)

Cara Menahan Amarah

Dengan tulisan ini saya kembali menulis tentang amarah, karena saya sering melihat orang-orang saat ini sering kali gampang terpancing oleh emosi karena hal-hal yang kecil.

Tetapi saat ini saya coba membahas bagaimana cara menahan amarah menurut ajaran Islam. Saya sempat membaca beberapa hadist menahan amarah, rasulullah berwasiat "jangan menjadi pemarah" .

Dalam hal tersebut mengandung kemungkinan arti melakukan menahan dengan sekuat tenaga menyebabkan terjadi kemarahan, sehingga kita terhindar dari efek-efek negatif dari marah dan sifat mudah marah.

Dalam hal lain, Rasulullah memberikan nasihat tentang cara-cara menghilangkan dan cara menghindarkan efek yang tidak diinginkan dari marah dengan beberapa cara sebagai berikut.

Pertama ketika kita marah kita dianjurkan membcaa ta'awuz. Al imam AL Bukhari dan Al imam Muslim rahimakumullah meriwayatkan hadist dari sulaiman bin surod Radliyallahu'anhu : " Ada dua orang tercela di sisi nabi dan kamu sedang duduk di samping beliau. Salah satu dari keduanya mencela lawannya dengan penuh kemarahan sampai memerah wajahnya. Maka nabi bersabda " Sesungguhnya aku akan ajarkan suatu kalimat yang kalau diucapkan akan menghilang apa yang ada padanya, yaitu dia mengucapkan `Audzubillahi minasy Sayithani rajim` maka mereka berkata kepada yang marah tadi.

Cara kedua yang diajarkan oleh nabi, apabila dengan Ta'awudz kemarahan belum hilang maka kita disyariatkan dengan duduk, tidak boleh berdiri.

Al Imam, Ahmad dan Abu Dawud meriwayatkan hadist dari Abu Dzar bahwa nabi bersabda "Apabila salah seorang diantara kalian marah dalam keadaan berdiri duduklah, jika belum hilang maka berbaringlah" hal ini mungkin menurut pandangan saya, jika kita dalam posisi berdiri kemungkinan melakukan hal negative lebih besar, dan penguasaan diri jika kita berdiri. Maka akan lebih baik jika mengikuti nasihat nabi untuk duduk ataupun berbaring jika kita dalam keadaan marah. Insya Allah akan dapat menghilangkan amarah kita.

Ketiga, ketika kita marah kita diminta untuk diam tidak berbiara ketika marah merupakan obat yang mujarab untuk mengjilangkan penyakit kemarahan, karena banyak bicara dalam keaadn marah tidak bisa terkontrol sehingga terjatuh pada pembicaran yang kurang baik atau pun tercela, dalam hadist disebutkan "Apabila diantara kalian marah ma adiamlah" Nabi mengucapan tiga kali (HR Ahmad)

Cara keempat adalah dengan cara berwudhu ataupun mandi, sesungguhnya marah itu adalah dari setan, dan setan itu tercipta dari api mka api bisa diredam dengan air, demikian juga sifat marah bisa diredam dengan berwudhu. Rasulullah bersabda " sesungguhnya marah itu dari syaithan itu diciptakan dari api, dan api itu diredam dengan air maka diantara kalian marah berwudlu-lah (HR Ahmad)

Jadi sekali lagi saya hanya mencoba mengingatkan sahabat-sahabatku sekalian bahwa amarah tidak lah mempunyai bermanfaat, apalagi bila kita sampai tidak bisa mengontrol diri, yang kemungkinan hal terburuklah yang akan terjadi dan akan berujung dengan penyesalan. Dengan ini saya mengajak sahabat-sahabat untuk dapaat lebih sabar dan tidak mudah marah.

Dalam segi medis juga marah kurang bermanfaat, dan akan banyak menyebabkan penyakit, mungkin serangan jantung, hipertensi, stroke, dan penyakit lainya. Mari kita ciptakan lingkungan yang bersahabat, damai, penuh cinta dan kasih. Dengan demikian kehidupan kita akan menjadi lebih baik. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk sahabat-sahabat semua dan untuk diri saya sendiri yang terkadang masih tidak bisa menahan rasa amarah yang ada.

"‘Mari kita kendalikan amarah, jangan sampai rasa amarah yang mengendalikan kita"



" Lebih baik memafkan dan menyelesaikan setiap permasalah, dari pada harus marah. Karena dengan amarah tidak akan menyelesaikan masalah hanya akan menimbulkan permasalahan baru"

10 Kebiasaan Yang Dapat Membunuh Otak

1. Tidak mau sarapan
Mereka yang tidak mengkonsumsi sarapan pagi memiliki kadar gula darah yang rendah, yang akibatnya suplai nutrisi ke otak menjadi kurang.

2. Kebanyakan makan
Terlalu banyak makan, apalagi yang kadar lemaknya tinggi, dapat berakibat mengerasnya pembuluh darah otak karena penimbunan lemak pada dinding dalam pembuluh darah. Akibatnya kemampuan kerja otak akan menurun.

3. MEROKOK
Zat dalam rokok yang terhisap akan mengakibatkan penyusutan otak secara cepat, serta dapat mengakibatkan penyakit Alzheimer.

4. Terlalu banyak mengkonsumsi gula
Konsumsi gula yang terlalu banyak akan menyebabkan terganggunya penyerapan protein dan nutrisi, sehingga terjadi ketidakseimbangan gizi yang akan mengganggu perkembangan otak

5. Polusi udara
Otak adalah konsumen oksigen terbesar dalam tubuh manusia. Menghirup udara yang berpolusi menurunkan suplai oksigen ke otak sehingga dapat menurunkan efisiensi otak.

6. Kurang tidur
Otak memerlukan tidur sebagai saat beristirahat dan memulihkan kemampuannya. Kekurangan tidur dalam jangka waktu lama akan mempercepat kerusakan sel-sel otak.

7. Menutup kepala ketika sedang tidur
Kebiasaan tidur dengan menutup kepala meningkatkan konsentrasi zat karbondioksida dan menurunkan konsentrasi oksigen yang dapat menimbulkan efek kerusakan pada otak.

8. Berpikir terlalu keras ketika sedang sakit
Bekerja terlalu keras atau memaksakan untuk menggunakan pikirankita saat sedang sakit dapat menyebabkan berkurangnya efektifitas otak serta dapat merusak otak.

9. Kurangnya stimulasi otak
Berpikir adalah cara yang paling tepat untuk melatih otak kita. Kurangnya stimulasi pada otak dapat menyebabkan mengkerutnya otak kita.

10. Jarang bicara
Komunikasi diperlukan sebagai salah satu sarana memacu kemampuan kerja otak. Berkomunikasi secara intelektual dapat memicu efisiensi otak. Jarangnya berkomunikasi akan menyebabkan kemampuan intelektual otak jadi kurang terlatih.

Kebaikan Itu Ada Pada Tiga Hal

Diriwayatkan dari Rasulullah Saw bahwa beliau bersabda: "Kebaikan itu ada pada tiga hal. Sehingga apabila ketiganya ini ada pada seseorang, maka sempurnalah imannya: Orang yang apabila ia senang, maka kesenangannya itu tidak memasukkannya ke dalam kebatilan; orang yang apabila ia marah, maka kemarahannya itu tidak mengeluarkannya dari kebenaran; dan orang yang apabila ia mampu-membalas kejahatan (dendam), maka ia memaafkannya."

Seseorang menyampaikan sebuah perkataan kepada Umar bin Abdul Aziz. Kemudian Umar berkata: "Anda ingin setan menghancurkan aku karena kebesaran kekuasaan. Aku hari ini sedang mendapatkan dari Anda apa yang akan Anda dapatkannya dari aku besok. Pergilah, semoga Allah merahmati Anda."

(Kitab Adab ad-Din wa ad-Dunya, Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi asy-Syafi'iy)

Tanda Kebinasaan

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,

Di antara tanda kebinasaan seorang, tatkala ilmunya bertambah, bertambah pula kesombongan dan keangkuhannya; tiap kali amalnya bertambah, bertambahlah ‘ujub (bangga diri) dalam dirinya, semakin meremehkan orang lain, dan justru memandang baik dirinya; tatkala umurnya bertambah, ketamakannya terhadap dunia justru semakin bertambah; tiap kali hartanya bertambah, bertambah pula sifat kikir yang dimiliki; setiap kali kedudukan dan martabatnya bertambah, bertambah pula keangkuhan dan kecongkakannya.

Anugrah yang ternyata musibah, dan musibah yang ternyata anugrah

Sering kita berpikir kenapa kita ibadah susah payah, tapi kenyataannya hidup kita susah, hidup dengan kemiskinan, bahkan cari kerjapun susah.
Dan coba lihat mereka yang hidup dengan kemaksiatan, hidup dengan kekayaan yang berlimpah cari kerja langsung dapat.
Tuhan tidak adil, katanya pengasih dan penyayang, kenapa kami yang ahli ibadah harus hidup dengan tidak keadilan, menderita dan tertindas.
Mungkin itulah sebuah pikiran yang terlintas dalam hidup kita, mengapa kita yang selalu menjalankan perintahNya seolah2 dipersulit dan mengapa orang2 yang menentangNya malah diberi anugrah dengan kekayaan yang berlimpah.
Ketahuilah wahai saudaraku sesungguhnya Allah sangat mencintai kita hamba-Nya, karena bisa jadi jika kita diberi kekayaan yang berlimpah kita akan lupa padaNya, atau dengan hidup yang serba apa adanya kita malah justru bisa beribadah padaNya dengan tenang dan khusyuk.
Untuk menjawab semua ini kita bisa ambil pelajaran tentang kisah karun, yang mana pada waktu miskin dia sangat rajin beribadah, dan disaat dia kaya ia ingkar.
Dan dikisah yang lain menyebutkan pada suatu hari disaat nabi Musa sedang berjalan dipadang pasir, ia melihat seorang pemuda yang membenamkan diri didalam pasir, maka beliau berkata kepada orang itu "apa gerangan yang terjadi padamu? Kenapa kamu membenamkan diri didalam pasir!" orang itupun menjawab: "ya nabi Allah, aku adalah ahli ibadah, tiap malam ku tak pernah lepas dari sholat malamku dan disetiap harinyapun ku tak pernah lepas dari mengingat dan beribadah padaNya, tapi kenapa hidupku seperti ini, hidup dengan kemalangan, mungkin kau berpikir kenapa aku membenamkan diri didalam pasir ini, yang pertama ku tak punya pakaian sehingga kubenamkan tubuh ini agar auratku tak terlihat, dan kedua sesungguhnya perutku ini belum terisi semenjak beberapa hari yang lalu sehinggaku membenamkan tubuh ini untuk menahan rasa lapar ini, ku telah berdoa kepada Allah agar diberi kekayaan agar ku bisa beribadah dengan tenang dan khusyuk tapi tak pernah dikabulkan, sudikah sekiranya kau mau memohon kepada Allah agar ku diberi kekayaan". Melihat orang itu akhirnya nabi Musa merasa iba dan berdoa kepada Allah agar orang itu diberi kekayaan.
Tak lama kemudian Allah mengabulkan doa nabi Musa dan orang itu akhirnya menjadi kaya, yang awalnya masih rajin beribadah berangsur2 absen karena sibuk dengan kekayaannya, dan juga ada urusan mendadak sehingga ia lalai dan meninggalkan ibadah, tak cuma hanya itu iapun mulai berangsur2 menjadi sombong dan menganggap hina orang lain, dan dengan kekayaannya juga ia belanjakan tuk bermabuk2an bermain wanita, bahkan dia tidak segan2 menculik wanita itu jika menolak dengannya, yang dulunya ahli ibadah kinh telah berubah menjadi ahli maksiat, yang pada puncaknya masyarakat sudah mulai gerah hingga iapun diadili/disidang ditengah pengadilan kota, banyak orang2 yang berbondong2 melihat, maka tak kala nabi Musa lewat maka dia penasaran dengan keramaian itu dan alangkah terkejutnya beliau melihat orang itu adalah orang yang telah diselamatkannya waktu digurun pasir dulu, maka iapun bertanya kepada gerombolan orang2 yang ramai menontonnya. "ada apa gerangan yang terjadi" maka salah satu orang itu berkata, "dia dulunya adalah ahli ibadah namun setelah dia kaya ia menjadi sombong, suka mabuk2an dan parahnya lagi dia telah menculik putri kami yang ia senangi." mendengar semua itu akhirnya nabi Musa pun pergi meninggalkan orang itu.
Mungkin dari kisah diatas dapat kita merenungkan dan mengambil hikmahnya, yang mana disaat orang itu susah ia adalah ahli ibadah dan disaat ia kaya malah menjadi ahli maksiat.
Terkadang kita berpikir kalau kemiskinan itu adalah musibah, sekali lagi itu adalah salah selama dengan kemiskinan kita bisa dekat dengan Allah itulah yang disebut dengan "anugrah" hanya saja dia bungkus dengan kesusahan.
Dan kadang kita berpikir kekayaan itu adalah anugrah, sekali lagi itu adalah salah, jika dengan kekayaan yang kita miliki justru membuat kita lalai atau ingkar maka itu adalah "musibah" yang hanya saja dibungkus dengan kenikmatan.
Mari kita renungkan kembali kondisi kita, sesungguhnya Allah tidak akan menguji kita diluar kemampuan kita, dan disaat Allah menguji kita yakinlah sesungguhnya Allah sayang dengan kita.
Semoga bermanfaat dan bisa mengambil hikmahnya.