Halaman

Januari 18, 2011

Azzam yang Menyeluruh

"Sesungguhnya, ‘azam yang kami harapkan muncul dari kalian adalah azam yang menyeluruh; ‘azam dalam ilmu dan amal, ‘azam dalam dakwah dan jihad, ‘azam dalam iman dan yakin, ‘azam dalam sabar dan ridla, ‘azam dalah hisbah dan menyerukan kebenaran, serta ‘azam dalam memperbaiki diri dan memberi petunjuk kepada semua makhluk". (Dr Najih Ibrahim dalam buku Kepada Aktivis Muslim)

Tetap Konsisten dalam Kebenaran

Bismillahir rohmaanir rohiim ..

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

Alhaqqu mirrobbika falaa takumminal mumtariin.
(kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu).

Al quran adalah sebuah kitab kebenaran. Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam melalui risalah kenabiannya, diutus mendakwahkan kebenaran itu kepada manusia seluruhnya. Sepeninggal Rasul, para ulama mewarisi risalah itu. Namun, dalam realitas dakwah selalu saja terdapat orang-orang yang sulit diajak menerima kebenaran. Bahkan, tidak jarang yang kemudian melakukan perlawanan.

Dalam sunnatullah, dialektika antara kebenaran dan kebatilan akan selalu terjadi di panggung sejarah kehidupan manusia. Pasang surut perseteruan keduanya adalah hal lumrah. Terhadap kenyataan ini, manusia diberi dua pilihan: tunduk atau membangkang, iman atau kafir, syukur atau kufur. Setiap jalan memiliki konsekuensinya sendiri.

''Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.'' (QS Al-Insan [76]: 3).

Firman Allah lainnya, ''Dan katakanlah, 'Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barang siapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin kafir biarlah ia kafir.' Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka.'' (QS Alkahfi [18]: 29).

Jadi, setiap Mukmin harus punya ketegasan sikap, tidak boleh ragu, dan bermuka dua. Keraguan berpotensi memunculkan kemunafikan, suatu sikap menduakan kebenaran yang amat ditentang agama. ''Amat besar dosanya di sisi Allah bahwa kamu mengatakan sesuatu yang kamu sendiri tidak mengerjakannya.'' (QS As-Shaff [61]: 3).

Secara psikologis pun kemunafikan membuat orang tidak tenteram, karena sikapnya itu akan selalu bertentangan dengan kata hati nuraninya sendiri (QS Albaqarah [2]: 8-20).

Ada pepatah mengatakan: kamu bisa membohongi orang lain selamanya, tetapi tidak pada diri sendiri. Jadi, orang munafik itu sebetulnya hatinya selalu tertekan...

Namun demikian, tidak bisa dimungkiri pula bahwa perubahan zaman seringkali mengaburkan nilai-nilai kebenaran. Pada saat yang sama etos furqan, yaitu etos membedakan antara kebenaran dan kebatilan, menjadi melemah. Allah menegaskan dalam firman-Nya, ''Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu. Sebab itu, jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.'' (QS Albaqarah [2]: 147).

Seorang Mukmin harus teguh dan konsisten mengimani kebenaran Islam. Dengan kata lain, ia harus senantiasa memegang kebenaran itu, melakukannya, dan mendakwahkannya kepada seluruh manusia,
betapa pun risikonya. Rasul berpesan, ''Katakanlah, 'Aku beriman kepada Allah', kemudian istikamahlah dengan (perkataanmu) itu. (HR Ahmad).

Wallahu 'alam Bishawab ..Semoga bermanfaat ..Amiin Ya Rabb

Subhanaka Allahuma wa bihmdika asyhadu ala ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik....

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh ...

KEPADA AKTIVIS MUSLIM

DIEN ITU NASEHAT

Demikianlah Rasulullah Shalallohu'alaihi wasallam berpesan untuk kita, dan inilah yang melatarbelakangi tulisan kami dalam lembaran-lembaran berikut. Kami menulis ini bukan karena tidak ada pekerjaan, dan bukan pula karena ada yang mau membacanya. Kami menulis karena kami merasa ada nasehat yang harus kami sampaikan kepada ikhwah, para aktivis, sebagai satu bentuk partisipasi kami dalam ‘perjalanan’ yang diberkati ini. Perjalanan untuk menegakkan dien dan meninggikan panji-panjinya.

Kami, sebagaimana dikatakan oleh sahabat yang mulia, ‘Abdullah bin Rawahah Radhiallohu'anhu, “Kita tidak memerangi manusia dengan bilangan, kekuatan, dan jumlah kita. Kita hanya memerangi mereka karena dien ini. Dien yang Allah memuliakan kita dengannya.”

Oleh karena itu, lazim bagi kita untuk berpegang teguh kepada dien ini melebihi seorang muqatil (tenaga tempur) yang memegang erat senjatanya di tengah kecamuk pertempuran. Sebab muqatil, kapan pun ia mengendorkan pegangannya, sirnalah harapannya untuk mendapatkan kemenangan, bahkan sirna pulalah segala asanya untuk tetap hidup. Demikian pula halnya dengan ‘ahluddiin’, kapan pun mereka lengah di dalam diennya -meski sesaat- semua citanya untuk menggapai kemenangan akan lenyap.

Sesungguhnya Allah hanya menolong orang-orang yang taat, ikhlas, berpegang teguh, dan bertawakkal kepada-Nya. Allah berfirman

وَلَيَنصُرَنَّ اللهُ مَن يَنصُرُهُ

Dan sesungguhnya Allah, benar-benar akan menolong orang-orang yang menolong (dien)-Nya. (al-Hajj : 40)

Maka barang siapa tidak ‘menolong’ Rabb-nya, Dia pun tidak akan menolongnya. Barangsiapa bermaksiat kepada-Nya, Dia akan meninggalkannya, membiarkannya bersama musuh-musuhnya.
‘Umar al-Faruq Radhiallohu'anhu pernah berkata, “Kala kita tidak mampu mengalahkan musuh dengan ketaatan kita niscaya mereka akan mengalahkan kita dengan kekuatan mereka.”

Ternyata ‘Umar Radhiallohu'anhu lebih mengkhawatirkan dosa-dosa pasukannya daripada kekuatan musuhnya. Inilah bukti kesempurnaan pemahaman dan kebrilianan akal beliau.

Betapa kita ~di saat merasakan suasana ini~ ingin agar suasana ini senantiasa hadir di hati dan akal kita, tidak meninggalkan kita selama-lamanya.

Betapa kita ingin mengerti ~dengan ilmu yakin~ bahwa Allah telah menjamin kemenangan dien-Nya dan akan selalu menjaganya .. Maka barangsiapa selalu bersama Islam ke mana pun ia berputar, hati dan anggota badannya senantiasa taat kepada Allah, pastilah Allah akan menolongnya .. Barangsiapa menyimpang dari jalan yang lurus, pertolongan pun akan menjauh darinya.

Allah Mahatahu lagi Maha Bijaksana.. Allah Mahatahu. Artinya tidak ada sesuatu pun dari urusan kita yang tersembunyi bagi-Nya. Dia Mahatahu akan batin dan niat kita seperti halnya Dia Mahatahu akan lahir dan amal kita. Dia Maha Bijaksana. Artinya Dia akan selalu menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Dia tidak akan memberikan anugerah berupa penjagaan dan pertolongan kepada siapa yang tidak berhak mendapatkannya.. Dan orang yang tidak berhak atas anugerah ini, sungguh tiada bagian untuknya selain keterpurukan.. Na’udzu billah, kita memohon perlindungan kepada Allah dari kehinaan di hadapan-Nya.

Nafsu terus memberontak, setan terus menggoda, dunia terus berhias, dan hawa sering sekali memenangkan pertempuran.
Mereka semua telah hadir. Mereka ingin menghalangi antara seorang hamba dengan kemenangan dan kejayaannya di dunia dan di akhirat.
Mereka berempat benar-benar musuh utama kita. Jika kita mampu menguasainya (nafsu, setan, dunia, dan hawa) niscaya akan lebih mudah bagi kita untuk menguasai musuh-musuh kita dari kalangan manusia..

Sebaliknya, jika kita dikuasai oleh keempatnya, sungguh antara kita dan musuh-musuh kita tiada lagi bedanya, sama-sama bermaksiat kepada Allah .. sementara mereka masih memiliki sesuatu yang lain; kekuatan yang lebih daripada yang kita miliki.. dan jika sudah demikian, kita akan kalah menghadapi mereka.
Kalimat-kalimat yang kami tulis di sini merupakan nasehat untuk membantu di dalam usaha mengalahkan nafsu, setan, dunia, dan hawa..

Wahai saudaraku, yang kami inginkan hanyalah menunjukkan yang baik ... untuk menutup satu celah yang kami lihat... atau menambahkan yang kurang... atau menunjukkan yang makruf.
Peran kami adalah ... berkata-kata dan memberi nasehat.
Celah tidak akan pernah tertutup, kekurangan tidak akan pernah hilang, dan yang makruf tidak akan pernah terwujud… kecuali dengan amal.

Di sinilah peranmu wahai saudaraku, peran kita semua.
Tentu saja, kata-kata bukan sekedar untuk diucapkan, tetapi ia untuk dipahami ... dan diamalkan.

وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللهُُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهُ وَالْمُؤْمِنُوْنَ وَسَتُرَدُّوْنَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat perkerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberikan-Nya kepada kamu apa yang kamu kerjakan”. (at-Taubah : 105)

bersambung..

Keutamaan Mempererat Hubungan Silaturahmi

Assalamualaikum,

Allah Swt Berfirman : "Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) namaNya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu." (QS An Nisaa' 4:1).

Di dalam ayat tersebut diatas Allah memerintahkan kepada kita untuk
bertaqwa kepada-Nya dan Allah juga memerintahkan kita agar menjaga/memelihara hubungan silaturahmi karena Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kita dimanapun kita berada. Beberapa keutamaan menjaga & memelihara hubungan Silaturahmi adalah sebagai berikut :
1. Silaturahmi merupakan sebagian dari konsekuensi iman dan
tanda-tandanyaDari Abu Hurairah ra oa berkata, Rasulullah saw
bersabda : "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka
hendaklah ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah
dan hari akhir maha hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi". (HR.Bukhori dan Muslim).

2. Silaturahmi adalah penyebab bertambah umur dan luas rizqi Dari Abu Hurairah r.a ia berkata : Aku mendengar Rasulullah saw
bersabda: "Barangsiapa yang senang diluaskan rizqinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi" (HR. Bukhori dan Muslim).

3. Akan selalu berhubungan dengan Allah swt. Dari Aisyah
r.hum berkata, Rosulullah saw bersabda, "Silaturahmi itu tergantung di
`Arsy (Singgasana Allah) seraya berkata: "Barangsiapa yang menyambungku maka Allah akan menyambung hubungan dengannya, dan barangsiapa yang memutuskanku maka Allah akan memutuskan hubungan dengannya" (HR. Bukhari dan Muslim).

4. Silaturahmi merupakan salah satu penyebab utama masuk
surga dan jauh dari nerakaDari Abu Ayyub al-Anshari ra, sesungguhnya seorang laki-laki berkata: Ya Rasulullah, ceritakanlah kepadaku amalan yang memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkan aku dari neraka. Maka Nabi saw bersabda : "Engkau menyembah Allah swt dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyambung tali
silaturahmi" (HR. Bukhari dan Muslim).

5. Silaturahim merupakan amalan
yang paling dicintai oleh Allah swt.Dari seorang laki-laki dari Khos'amm
berkata : saya mendatangi Rasulullah saw sedangkan beliau sedang bersama salah seorang sahabatnya, aku berkata : kamu mengaku bahwa engkau adalah Rasulullah? Rasulullah saw menjawab : "iya", aku bertanya : amalan apa yang paling dicintai Allah swt. Beliau menjawab ; "Beriman kepada Allah swt ",aku bertnya lagi, kemudian apa lagi ? beliau menjawab : "kemudian menyambung silaturahmi". (HR. Abu Ya'la dengan sanan Jayyid).

6.Sesungguhnya ganjaran silaturahmi lebih besar dari pada memerdekakan budak Dari Ummul mukminin Maimunah binti al-Harits radhiyallahu 'anha,bahwasanya dia memerdekakan budak yang dimilikinya dan tidak memberi kabar kepada Nabi saw sebelumnya, maka tatkala pada hari yang menjadi gilirannya, ia berkata: Apakah engkau merasa wahai Rasulullah bahwa sesungguhnya aku
telah memerdekakan budak (perempuan) milikku? Beliau bertanya: "Apakah sudah engkau lakukan?" Dia menjawab: Ya. Beliau bersabda: "Adapun jika engkau memberikannya kepada paman-pamanmu niscaya lebih besar pahalanya untukmu." (HR. Bukhori dan Muslim)7. Di antara besarnya ganjaran silaturahmi, sesungguhnya sedekah terhadap keluarga sendiri tidak seperti sedekah terhadap orang lainDari Salman bin 'Amir ra, dari Nabi saw beliau bersabda: "Sedekah terhadap orang miskin adalah sedekah dan terhadap keluarga sendiri mendapat dua pahala: sedekah dan silaturahmi." (HR.Tirmidzi)Demikian pula dengan hadits Zainab ats-Tsaqafiyah, istri Abdullah bin Mas'ud ra, ketika ia pergi dan bertanya kepada Nabi saw: Apakah boleh dia bersedekah kepada suaminya dan anak-anak yatim yang ada dalam asuhannya? Maka Nabi saw bersabda: "Untuknya dua pahala, pahala
kekeluargaan dan pahala sedekah." (HR Bukhari dan Muslim).

♥ Nasihat Salafus Shalih akan Pentingnya Ilmu ♥

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Berikut ini beberapa atsar yang berisi nasehat dan keterangan akan pentingnya ilmu dan mempelajarinya.

Pertama: Dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Ilmu itu lebih baik daripada harta, ilmu akan menjagamu sedangkan kamulah yang akan menjaga harta. Ilmu itu hakim (yang memutuskan berbagai perkara) sedangkan harta adalah yang dihakimi. Telah mati para penyimpan harta dan tersisalah para pemilik ilmu, walaupun diri-diri mereka telah tiada akan tetapi pribadi-pribadi mereka tetap ada pada hati-hati manusia.” (Adabud Dunyaa wad Diin, karya Al-Imam Abul Hasan Al-Mawardiy, hal.48)

Kedua: Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu bahwasanya beliau apabila melihat para pemuda giat mencari ilmu, beliau berkata: “Selamat datang wahai sumber-sumber hikmah dan para penerang kegelapan. Walaupun kalian telah usang pakaiannya akan tetapi hati-hati kalian tetap baru. Kalian tinggal di rumah-rumah (untuk mempelajari ilmu), kalian adalah kebanggaan setiap kabilah.” (Jaami’ Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlih, karya Al-Imam Ibnu ‘Abdil Barr, 1/52)
Yakni bahwasanya sifat mereka secara umum adalah sibuk dengan mencari ilmu dan tinggal di rumah dalam rangka untuk mudzaakarah (mengulang pelajaran yang telah didapatkan) dan mempelajarinya. Semuanya ini menyibukkan mereka dari memperhatikan berbagai macam pakaian dan kemewahan dunia secara umum demikian juga hal-hal yang tidak bermanfaat atau yang kurang manfaatnya dan hanya membuang waktu belaka seperti berputar-putar di jalan-jalan (mengadakan perjalanan yang kurang bermanfaat atau sekedar jalan-jalan tanpa tujuan yang jelas) sebagaimana yang biasa dilakukan oleh selain mereka dari kalangan para pemuda.

Ketiga: Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: “Pelajarilah oleh kalian ilmu, karena sesungguhnya mempelajarinya karena Allah adalah khasy-yah; mencarinya adalah ibadah; mempelajarinya dan mengulangnya adalah tasbiih; membahasnya adalah jihad; mengajarkannya kepada yang tidak mengetahuinya adalah shadaqah; memberikannya kepada keluarganya adalah pendekatan diri kepada Allah; karena ilmu itu menjelaskan perkara yang halal dan yang haram; menara jalan-jalannya ahlul jannah, dan ilmu itu sebagai penenang di saat was-was dan bimbang; yang menemani di saat berada di tempat yang asing; dan yang akan mengajak bicara di saat sendirian; sebagai dalil yang akan menunjuki kita di saat senang dengan bersyukur dan di saat tertimpa musibah dengan sabar; senjata untuk melawan musuh; dan yang akan menghiasainya di tengah-tengah sahabat-sahabatnya.
Dengan ilmu tersebut Allah akan mengangkat kaum-kaum lalu menjadikan mereka berada dalam kebaikan, sehingga mereka menjadi panutan dan para imam; jejak-jejak mereka akan diikuti; perbuatan-perbuatan mereka akan dicontoh serta semua pendapat akan kembali kepada pendapat mereka. Para malaikat merasa senang berada di perkumpulan mereka; dan akan mengusap mereka dengan sayap-sayapnya; setiap makhluk yang basah dan yang kering akan memintakan ampun untuk mereka, demikian juga ikan yang di laut sampai ikan yang terkecilnya, dan binatang buas yang di daratan dan binatang ternaknya (semuanya memintakan ampun kepada Allah untuk mereka). Karena sesungguhnya ilmu adalah yang akan menghidupkan hati dari kebodohan dan yang akan menerangi pandangan dari berbagai kegelapan. Dengan ilmu seorang hamba akan mencapai kedudukan-kedudukan yang terbaik dan derajat-derajat yang tinggi baik di dunia maupun di akhirat.
Memikirkan ilmu menyamai puasa; mempelajarinya menyamai shalat malam; dengan ilmu akan tersambunglah tali shilaturrahmi, dan akan diketahui perkara yang halal sehingga terhindar dari perkara yang haram. Ilmu adalah pemimpinnya amal sedangkan amal itu adalah pengikutnya, ilmu itu hanya akan diberikan kepada orang-orang yang berbahagia; sedangkan orang-orang yang celaka akan terhalang darinya.” (Ibid. 1/55)

Keempat: Dari ‘Umar Ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Sesungguhnya seseorang keluar dari rumahnya dalam keadaan dia mempunyai dosa-dosa seperti gunung Tihamah, akan tetapi apabila dia mendengar ilmu (yaitu mempelajari ilmu dengan menghadiri majelis ilmu), kemudian dia menjadi takut, kembali kepada Rabbnya dan bertaubat, maka dia pulang ke rumahnya dalam keadaan tidak mempunyai dosa. Oleh karena itu, janganlah kalian meninggalkan majelisnya para ulama.” (Miftaah Daaris Sa’aadah, karya Al-Imam Ibnul Qayyim, 1/77)
Dan beliau juga berkata: “Wahai manusia, wajib atas kalian untuk berilmu (mempelajari dan mengamalkannya), karena sesungguhnya Allah Ta’ala mempunyai selendang yang Dia cintai. Maka barangsiapa yang mempelajari satu bab dari ilmu, Allah akan selendangkan dia dengan selendang-Nya. Apabila dia terjatuh pada suatu dosa hendaklah meminta ampun kepada-Nya, supaya Dia tidak melepaskan selendang-Nya tersebut sampai dia meninggal.” (Ibid. 1/121)

Kelima: Berkata Abud Darda` radhiyallahu ‘anhu: “Sungguh aku mempelajari satu masalah dari ilmu lebih aku cintai daripada shalat malam.” (Ibid. 1/122)
Bukan berarti kita meninggalkan shalat malam, akan tetapi ini menunjukkan bahwa mempelajari ilmu itu sangat besar keutamaannya dan manfaatnya bagi ummat.

Keenam: Dari Al-Hasan Al-Bashriy rahimahullaah, beliau berkata: “Sungguh aku mempelajari satu bab dari ilmu lalu aku mengajarkannya kepada seorang muslim di jalan Allah (yaitu mempelajari dan mengajarkannya karena Allah semata) lebih aku cintai daripada aku mempunyai dunia seluruhnya.” (Al-Majmuu’ Syarh Al-Muhadzdzab, karya Al-Imam An-Nawawiy, 1/21)

Ketujuh: Dari Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullaah, beliau berkata: “Tidak ada sesuatupun yang lebih utama setelah kewajiban-kewajiban daripada menuntut ilmu.” (Ibid. 1/21)

Adapun bait-bait sya’ir yang menjelaskan tentang permasalahan ilmu dan kedudukannya itu sangat banyak dan tidak bisa dihitung, dan di sini hanya akan disebutkan dua di antaranya:
“Tidak ada kebanggaan kecuali bagi ahlul ilmi (orang-orang yang berilmu) karena sesungguhnya mereka berada di atas petunjuk bagi orang yang meminta dalil-dalilnya dan derajat setiap orang itu sesuai dengan kebaikannya (dalam masalah ilmu) sedangkan orang-orang yang bodoh adalah musuh bagi ahlul ilmi.”

Dan sya’irnya Al-Imam Asy-Syafi’i:

تَعَلَّمْ فَلَيْسَ الْمَرْءُ يُوْلَدُ عَالِمًا وَلَيْسَ أَخُوْ عِلْمٍ كَمَنْ هُوَ جَاهِلُ
وَإِنَّ كَبِيْرَ الْقَوْمِ لاَ عِلْمَ عِنْدَهُ صَغِيْرٌ إِذَا الْتَفَّتْ عَلَيْهِ الْجَحَافِلُ
وَإِنَّ صَغِيْرَ الْقَوْمِ إِنْ كَانَ عَالِمًا كَبِيْرٌ إِذَا رُدَّتْ إِلَيْهِ الْمَحَافِلُ

“Belajarlah karena tidak ada seorangpun yang dilahirkan dalam keadaan berilmu, dan tidaklah orang yang berilmu seperti orang yang bodoh. Sesungguhnya suatu kaum yang besar tetapi tidak memiliki ilmu maka sebenarnya kaum itu adalah kecil apabila terluput darinya keagungan (ilmu). Dan sesungguhnya kaum yang kecil jika memiliki ilmu maka pada hakikatnya mereka adalah kaum yang besar apabila perkumpulan mereka selalu dengan ilmu.”

Disadur dari kitab Aadaabu Thaalibil ‘Ilmi hal.18-22, Wallaahul Muwaffiq, Wallaahu A’lam.

10 Makanan Hilangkan Stres

10 Makanan Hilangkan Stres
Sabtu, 8 Januari 2011 - 15:01 wib
Lastri Marselina - Okezone

SAAT pekerjaan, dan tekanan hidup terasa hilang kendali, akan sangat mudah bagi Anda untuk mengonsumsi junk food, serta menjalani pola makanan tidak sehat lainnya. Tapi, tahukah Anda tindakan itu sebenarnya salah?

ketika dalam kondisi stres, tubuh sebenarnya membutuhkan vitamin dan mineral lebih banyak untuk tetap bekerja secara optimal.

Berikut beberapa daftar makanan yang dapat mengurangi stres dan mampu menambah energi serta menjaga suhu tetap stabil, dilansir dari Health24.

1. Pisang

Kandungan potassium pada pisang, mampu mengurangi ketegangan.

2. Bayam dan brokoli

Kandungan vitaminnya yang kaya mampu mengisi kembali vitamin yang berkurang akibat stres.

3. Susu dan yoghurt

Tinggi kalsium dan vitamin B, yang akan membantu menguatkan tulang dan sangat penting untuk urat-urat syaraf tubuh. Baik juga untuk menstabilkan mood.

4. Ikan tuna dan ikan kembung

Kaya asam lemak omega-3 yang membantu menjaga kesehatan jantung dan mempertahankan kestabilan adrenalin, baik juga untuk ingatan.

5. Kacang

Kandungannya mampu menstabilkan mood dan menangkal radikal bebas dan penyakit jantung.

6. Blueberries

Antioksidannya mampu menangkal radikal bebas dan melindungi tubuh dari stres.

7. Ayam dan kalkun

Sumber asam amino tryptophan yang membantu menenangkan pikiran dan menenangkannya, dan membantu mereka berelaksasi dan tidur lebih baik. Kandungan protein juga menstabilkan gula darah dan mengurangi stres.

8. Jeruk

Kandungan vitamin C menjaga sistem imun tubuh untuk berfungsi baik saat stres. Vitamin C juga antioksidan yang sempurna.

9. Buah aprikot kering

Kaya akan magnesium, pembasmi alami stres dengan menyehatkan urat syaraf dan merelaksasi otot.

10. Biji-bijian

Kandungan vitamin B-Complex, mineral, protein dan serat ditemukan pada biji-bijian. Semua kandungan tersebut mampu mengurangi stres dan meningkatkan konsentrasi. Baik juga untuk mempertahankan kadar energi.

HIKMAT KEIMANAN KEPADA TAKDIR

Adapun hikmatnya keimanan kepada taqdir itu ialah supaya kekuatan dan kecakapan manusia itu dapat mencapai kepada pengertian untuk menyadari adanya peraturan dan ketentuan-ketentuan Tuhan. sebagaimana juga halnya keimanan kepada taqdir itu akan menghubungkan manusia pada Tuhan yang Maha Mengetahui yang Maujud ini. Demikianlah sehingga manusia itu akan mengangkat dirinya kepada sifat-sifat yang luhur dan mulia. Akhirnya ia akan menjadi seorang yang enggan diperintah, tabah menghadapi kesukaran, berani membela yang hak, berhati baja untuk merealisasikan hal-hal yang benar serta menetapi segala kewajiban yang dipikulkan kepadanya.

Segala sesuatu yang ada dalam alam semesta ini hanyalah berjalan sesuai dengan kebijaksanaan yang telah digariskan oleh Dzat yang Maha Tinggi. Oleh sebab itu, jikalau ia tertimpah oleh kemadlaratan, iapun tidak akan menyesal, tetapi sebaliknya jikalau ia dilimpahi pertolongan dan keuntungan, iapun tidak bergembira sehingga lupa daratan. Maka itulah seorang manusia yang lurus, terpuji dapat mencapai arah keluhuran dan ketinggian yang teratas sekali.

frman Allah Ta'ala:
,,Tidak ada suatu musibah (bencana) yang terjadi di bumi atau yang mengenai dirimu semua itu melainkan telah tercantum dalam kitab catatan sebelum Kami laksanakan terjadinya. Sesungguhnya hal yang demikian itu bagi Allah adalah suatu hal yang mudah sekali.
Perlunya ialah supaya kamu semua tidak berduka cita terhadap apa yang lepas dari tanganmu dan tidak pula bangga terhadap apa yang diberikan oleh Allah padamu. Allah tidak mencintai setiap orang yang sombong serta membanggakan diri sendiri." (QS. Hadid 22-23)

Pada suatu hari Rasulullah saw. masuk kerumah Ali karramallahu wajhah sehabis sholat isya. Saat itu dilihat menantunya sudah masuk tidur dan terlampau awal, dan Beliau bersabda:
,, Alangkah baiknya kalau kamu bangun dari sebagian waktu malam (untuk sholat sunat)."
Ali ra. menjawa: ,,Ya Rasulullah, diri kita semua ini adalah dalam genggaman kekuatan Allah. Jikalau Tuhan menghendaki tentu ditariknya kembali."
mendengar jawaban itu Rasulullah saw. tampak marah Beliau saw, langsung keluar sambil memukul2 pahanya dan bersabda:,,Sungguh-sungguh manusia itu amat banyak sekali membantah."

Kisah dalam pemerintahan Umar ra. ada suatu pencurian, setelah pencuri itu tertangkap dan dibawa kehadapan Umar ra. lalu ditanya.
,,Mengapa engkau mencuri??."
pencuri itu menjawab: ,,Memang Allah sudah menakdirkan demikian ini atas diriku."
Umar ra sangat marah sekali lantas berkata:,,Pukul saja orang itu 30 kali dengan cemeti lalu potong tangannya."
lalu orang2 yg berada di situ bertanya:,,Mengapa hukumannya diberatkan seperti itu?."
Beliau menjawab:,, Tangannya di potong karena dia telah mencuri, wajib dipukul karena berdusta atas nama Allah."

Dengan bersendikan pengertian yang benar sebagaimana diatas, maka lawanlah kemiskinan dengan bekerja giat, kebodohan dilawan dengan menuntut ilmu, penyakit dengan pengobatan, kekufuran dengan kemaksiatan dilawan dengan jihad dan lebih dari itu, Beliau saw. selalu memohon perlindungan kepada Allah agar dijauhkan dari malapetaka kesedihan, kesusaha, kelemahan, kemalasan dll.

Peperangan-perangan yang dilakukan oleh Rasulullah saw. yang banyak mendapatkan kemenangan yang gilang gemilang itu tidak lain hanyalah salah satu kenyataan Iradah atau kehendak Allah Ta'ala yang tertinggi yang semuanya itu berjalan sesuai dengan kemauan dan takdir-Nya yg tercantum sejak jaman Azali.

Diriwayatkan oleh Jabir ra. dari Rasulullah saw. sabdanya:
,,Pada akhir Zaman nanti akan ada suatu golongan yang berbuat kemaksiatan, kemudian mereka berkata:,,Allah menakdirkan perbuatan itu kita lakukan."
Orang yang menentang pendapat mereka (yang salah) pada zaman itu adalah bagaikan orang yang menghunus pedangnya fi sabilillah."

itulah takdir yang seyogyanya kita maklumi perihal makna dan pengertiannya. Adapun segala sesuatu yang ada dibalik pengertian takdir yg semacam diatas, maka sama sekali kita tdk boleh mengadakan pembahasannya ataupun berselisih pendapat tentang perihal itu, sebab yang demikian itu adalah termasuk rahasia Allah Ta'ala yang pasti tidak dapat di capai oleh akal fikiran dan tidak pula dapat diselidiki oleh siapapun juga.

Pencegahan semacam ini hanyalah dilakukan terhadap sesuatu pertanyaan yang berhubungan langsung dengan ketentuan Allah Ta'ala dalam cara mengatur perihal kehidupan atau kematian, kelapangan rizki atau kesempitannya dan lain-lain lagi . Jadi bukan sekali-kali yang mengenai persoalan takdir itu sendiri.