Halaman

Februari 05, 2011

Hati Yang Lembut

Hati lembut, seolah-olah ia bagaikan tanah yang subur, mudah di olah untuk bercocok tanam. Kelembutannya menjadikan tanaman hidup subur, akar umbi mudah menjalar kemana mana :)

Hati yang lembut adalah lapak yang baik untuk menerima segala ajaran dan peringatan dari Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, menyambut baik semua nasihat. Malah hati yang lembut juga adalah jambangan yang subur bagi iman, bagi tertegaknya sifat-sifat taqwa yang membawa kebahagiaan hidup di dunia dan lebih-lebih lagi di akhirat.

Hati yang keras itu biasanya dikaitkan dengan pengaruh syaitan atau iblis, kerana iblis itu dijadikan daripada api, api itu memberi kesan buruk terhadap hati. Apabila hati sudah keras, menyebabkan sukar untuk mendengar dan membenarkan firman Tuhan, sulit untuk menerima nasihat Rasul.

Orang-orang yang beriman itu dikehendaki agar berusaha untuk mencari sesuatu yang dapat melembutkan hati, menjauhkan dari perkara yang bisa mempengaruhi hati dari nasihat Allah dan rasul-Nya.

Kehidupan di dunia terlalu banyak perkara yang bisa mempengaruhi hati sehingga bisa melalaikannya dari mengingati Allah, dunia adalah di antara anasir yang boleh mempengaruhi hati. Yang dimaksudkan dengan dunia ialah setiap perkara yang tidak membawa kebaikan kepada manusia di akhirat, inilah dunia yang dipandang tidak berharga oleh Rasulullah s.a.w.

Dunia bukanlah terhenti kepada persoalan benda, karena ada ketika urusan akhirat akan terganti menjadi dunia. Sebagai contoh, ibadah solat adalah suatu kefardhuan dari Allah, walau bagaimanapun apabila solat itu didirikan karena mau menunjukkan kepada manusia [ ria ]maka solat yang demikian itu tidak mendatangkan kebajikan untuk kehidupan diakhirat, bahkan Allah menjanjikan neraka kepada orang yang karena urusan akhiratnya sudah terganti menjadi dunia.

Rasulullah s.a.w merasa heran dengan sikap sebagian manusia yang sering menngaku ‘ini harta aku, ini milik aku’, mereka bangga dengan dunia dan harta yang di’aku’ nya itu.
Sedangkan harta itu menurut Rasulullah s.a.w hanya terbagi menjadi tiga.

Pertama, harta yang fana atau punah, yaitu harta yang dimakan.
Harta itu setelah masuk ke dalam perut manusia akhirnya ia akan dikeluarkan menjadi najis, setelah itu tidak ada seorangpun yang berbangga dengan najis itu, malah tidak ada yang mau mengakui sebagai miliknya lagi.

Kedua, harta yang akan buruk, seperti pakaian, kendaraan dan sebagainya. Semua harta tersebut akan melalui proses keusangan, dan setelah ia buruk tidak ada siapa yang menghendakinya lagi. Pakaian buruk mungkin akan jadi lap kaki, jika kendaraan buruk akan menjadi besi karat dan terbuang.

Ketiganya ialah harta yang diberikan kepada manusia, sama ada dalam bentuk nafkah atau sedekah dan hadiah, harta itu adalah harta simpanan bagi seseorang. Walaupun pada zahirnya harta tersebut sudah berganti hak milik karena diberikan kepada orang lain, namun pada hakikatnya harta tersebut adalah merupakan saham atau tabungan bagi seseorang di sisi Allah Subhanahu wa Taala yang berupa ganjaran pahala.

Harta yang ketiga itulah sebenar-benar harta yang menjadi milik seseorang di sisi Allah Taala, selain dari itu hanyalah dunia yang akan binasa atau menjadi usang dan tidak berguna lagi. :)

Cara Menahan Amarah

Dengan tulisan ini saya kembali menulis tentang amarah, karena saya sering melihat orang-orang saat ini sering kali gampang terpancing oleh emosi karena hal-hal yang kecil.

Tetapi saat ini saya coba membahas bagaimana cara menahan amarah menurut ajaran Islam. Saya sempat membaca beberapa hadist menahan amarah, rasulullah berwasiat "jangan menjadi pemarah" .

Dalam hal tersebut mengandung kemungkinan arti melakukan menahan dengan sekuat tenaga menyebabkan terjadi kemarahan, sehingga kita terhindar dari efek-efek negatif dari marah dan sifat mudah marah.

Dalam hal lain, Rasulullah memberikan nasihat tentang cara-cara menghilangkan dan cara menghindarkan efek yang tidak diinginkan dari marah dengan beberapa cara sebagai berikut.

Pertama ketika kita marah kita dianjurkan membcaa ta'awuz. Al imam AL Bukhari dan Al imam Muslim rahimakumullah meriwayatkan hadist dari sulaiman bin surod Radliyallahu'anhu : " Ada dua orang tercela di sisi nabi dan kamu sedang duduk di samping beliau. Salah satu dari keduanya mencela lawannya dengan penuh kemarahan sampai memerah wajahnya. Maka nabi bersabda " Sesungguhnya aku akan ajarkan suatu kalimat yang kalau diucapkan akan menghilang apa yang ada padanya, yaitu dia mengucapkan `Audzubillahi minasy Sayithani rajim` maka mereka berkata kepada yang marah tadi.

Cara kedua yang diajarkan oleh nabi, apabila dengan Ta'awudz kemarahan belum hilang maka kita disyariatkan dengan duduk, tidak boleh berdiri.

Al Imam, Ahmad dan Abu Dawud meriwayatkan hadist dari Abu Dzar bahwa nabi bersabda "Apabila salah seorang diantara kalian marah dalam keadaan berdiri duduklah, jika belum hilang maka berbaringlah" hal ini mungkin menurut pandangan saya, jika kita dalam posisi berdiri kemungkinan melakukan hal negative lebih besar, dan penguasaan diri jika kita berdiri. Maka akan lebih baik jika mengikuti nasihat nabi untuk duduk ataupun berbaring jika kita dalam keadaan marah. Insya Allah akan dapat menghilangkan amarah kita.

Ketiga, ketika kita marah kita diminta untuk diam tidak berbiara ketika marah merupakan obat yang mujarab untuk mengjilangkan penyakit kemarahan, karena banyak bicara dalam keaadn marah tidak bisa terkontrol sehingga terjatuh pada pembicaran yang kurang baik atau pun tercela, dalam hadist disebutkan "Apabila diantara kalian marah ma adiamlah" Nabi mengucapan tiga kali (HR Ahmad)

Cara keempat adalah dengan cara berwudhu ataupun mandi, sesungguhnya marah itu adalah dari setan, dan setan itu tercipta dari api mka api bisa diredam dengan air, demikian juga sifat marah bisa diredam dengan berwudhu. Rasulullah bersabda " sesungguhnya marah itu dari syaithan itu diciptakan dari api, dan api itu diredam dengan air maka diantara kalian marah berwudlu-lah (HR Ahmad)

Jadi sekali lagi saya hanya mencoba mengingatkan sahabat-sahabatku sekalian bahwa amarah tidak lah mempunyai bermanfaat, apalagi bila kita sampai tidak bisa mengontrol diri, yang kemungkinan hal terburuklah yang akan terjadi dan akan berujung dengan penyesalan. Dengan ini saya mengajak sahabat-sahabat untuk dapaat lebih sabar dan tidak mudah marah.

Dalam segi medis juga marah kurang bermanfaat, dan akan banyak menyebabkan penyakit, mungkin serangan jantung, hipertensi, stroke, dan penyakit lainya. Mari kita ciptakan lingkungan yang bersahabat, damai, penuh cinta dan kasih. Dengan demikian kehidupan kita akan menjadi lebih baik. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk sahabat-sahabat semua dan untuk diri saya sendiri yang terkadang masih tidak bisa menahan rasa amarah yang ada.

"‘Mari kita kendalikan amarah, jangan sampai rasa amarah yang mengendalikan kita"



" Lebih baik memafkan dan menyelesaikan setiap permasalah, dari pada harus marah. Karena dengan amarah tidak akan menyelesaikan masalah hanya akan menimbulkan permasalahan baru"

10 Kebiasaan Yang Dapat Membunuh Otak

1. Tidak mau sarapan
Mereka yang tidak mengkonsumsi sarapan pagi memiliki kadar gula darah yang rendah, yang akibatnya suplai nutrisi ke otak menjadi kurang.

2. Kebanyakan makan
Terlalu banyak makan, apalagi yang kadar lemaknya tinggi, dapat berakibat mengerasnya pembuluh darah otak karena penimbunan lemak pada dinding dalam pembuluh darah. Akibatnya kemampuan kerja otak akan menurun.

3. MEROKOK
Zat dalam rokok yang terhisap akan mengakibatkan penyusutan otak secara cepat, serta dapat mengakibatkan penyakit Alzheimer.

4. Terlalu banyak mengkonsumsi gula
Konsumsi gula yang terlalu banyak akan menyebabkan terganggunya penyerapan protein dan nutrisi, sehingga terjadi ketidakseimbangan gizi yang akan mengganggu perkembangan otak

5. Polusi udara
Otak adalah konsumen oksigen terbesar dalam tubuh manusia. Menghirup udara yang berpolusi menurunkan suplai oksigen ke otak sehingga dapat menurunkan efisiensi otak.

6. Kurang tidur
Otak memerlukan tidur sebagai saat beristirahat dan memulihkan kemampuannya. Kekurangan tidur dalam jangka waktu lama akan mempercepat kerusakan sel-sel otak.

7. Menutup kepala ketika sedang tidur
Kebiasaan tidur dengan menutup kepala meningkatkan konsentrasi zat karbondioksida dan menurunkan konsentrasi oksigen yang dapat menimbulkan efek kerusakan pada otak.

8. Berpikir terlalu keras ketika sedang sakit
Bekerja terlalu keras atau memaksakan untuk menggunakan pikirankita saat sedang sakit dapat menyebabkan berkurangnya efektifitas otak serta dapat merusak otak.

9. Kurangnya stimulasi otak
Berpikir adalah cara yang paling tepat untuk melatih otak kita. Kurangnya stimulasi pada otak dapat menyebabkan mengkerutnya otak kita.

10. Jarang bicara
Komunikasi diperlukan sebagai salah satu sarana memacu kemampuan kerja otak. Berkomunikasi secara intelektual dapat memicu efisiensi otak. Jarangnya berkomunikasi akan menyebabkan kemampuan intelektual otak jadi kurang terlatih.

Kebaikan Itu Ada Pada Tiga Hal

Diriwayatkan dari Rasulullah Saw bahwa beliau bersabda: "Kebaikan itu ada pada tiga hal. Sehingga apabila ketiganya ini ada pada seseorang, maka sempurnalah imannya: Orang yang apabila ia senang, maka kesenangannya itu tidak memasukkannya ke dalam kebatilan; orang yang apabila ia marah, maka kemarahannya itu tidak mengeluarkannya dari kebenaran; dan orang yang apabila ia mampu-membalas kejahatan (dendam), maka ia memaafkannya."

Seseorang menyampaikan sebuah perkataan kepada Umar bin Abdul Aziz. Kemudian Umar berkata: "Anda ingin setan menghancurkan aku karena kebesaran kekuasaan. Aku hari ini sedang mendapatkan dari Anda apa yang akan Anda dapatkannya dari aku besok. Pergilah, semoga Allah merahmati Anda."

(Kitab Adab ad-Din wa ad-Dunya, Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi asy-Syafi'iy)

Tanda Kebinasaan

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,

Di antara tanda kebinasaan seorang, tatkala ilmunya bertambah, bertambah pula kesombongan dan keangkuhannya; tiap kali amalnya bertambah, bertambahlah ‘ujub (bangga diri) dalam dirinya, semakin meremehkan orang lain, dan justru memandang baik dirinya; tatkala umurnya bertambah, ketamakannya terhadap dunia justru semakin bertambah; tiap kali hartanya bertambah, bertambah pula sifat kikir yang dimiliki; setiap kali kedudukan dan martabatnya bertambah, bertambah pula keangkuhan dan kecongkakannya.

Anugrah yang ternyata musibah, dan musibah yang ternyata anugrah

Sering kita berpikir kenapa kita ibadah susah payah, tapi kenyataannya hidup kita susah, hidup dengan kemiskinan, bahkan cari kerjapun susah.
Dan coba lihat mereka yang hidup dengan kemaksiatan, hidup dengan kekayaan yang berlimpah cari kerja langsung dapat.
Tuhan tidak adil, katanya pengasih dan penyayang, kenapa kami yang ahli ibadah harus hidup dengan tidak keadilan, menderita dan tertindas.
Mungkin itulah sebuah pikiran yang terlintas dalam hidup kita, mengapa kita yang selalu menjalankan perintahNya seolah2 dipersulit dan mengapa orang2 yang menentangNya malah diberi anugrah dengan kekayaan yang berlimpah.
Ketahuilah wahai saudaraku sesungguhnya Allah sangat mencintai kita hamba-Nya, karena bisa jadi jika kita diberi kekayaan yang berlimpah kita akan lupa padaNya, atau dengan hidup yang serba apa adanya kita malah justru bisa beribadah padaNya dengan tenang dan khusyuk.
Untuk menjawab semua ini kita bisa ambil pelajaran tentang kisah karun, yang mana pada waktu miskin dia sangat rajin beribadah, dan disaat dia kaya ia ingkar.
Dan dikisah yang lain menyebutkan pada suatu hari disaat nabi Musa sedang berjalan dipadang pasir, ia melihat seorang pemuda yang membenamkan diri didalam pasir, maka beliau berkata kepada orang itu "apa gerangan yang terjadi padamu? Kenapa kamu membenamkan diri didalam pasir!" orang itupun menjawab: "ya nabi Allah, aku adalah ahli ibadah, tiap malam ku tak pernah lepas dari sholat malamku dan disetiap harinyapun ku tak pernah lepas dari mengingat dan beribadah padaNya, tapi kenapa hidupku seperti ini, hidup dengan kemalangan, mungkin kau berpikir kenapa aku membenamkan diri didalam pasir ini, yang pertama ku tak punya pakaian sehingga kubenamkan tubuh ini agar auratku tak terlihat, dan kedua sesungguhnya perutku ini belum terisi semenjak beberapa hari yang lalu sehinggaku membenamkan tubuh ini untuk menahan rasa lapar ini, ku telah berdoa kepada Allah agar diberi kekayaan agar ku bisa beribadah dengan tenang dan khusyuk tapi tak pernah dikabulkan, sudikah sekiranya kau mau memohon kepada Allah agar ku diberi kekayaan". Melihat orang itu akhirnya nabi Musa merasa iba dan berdoa kepada Allah agar orang itu diberi kekayaan.
Tak lama kemudian Allah mengabulkan doa nabi Musa dan orang itu akhirnya menjadi kaya, yang awalnya masih rajin beribadah berangsur2 absen karena sibuk dengan kekayaannya, dan juga ada urusan mendadak sehingga ia lalai dan meninggalkan ibadah, tak cuma hanya itu iapun mulai berangsur2 menjadi sombong dan menganggap hina orang lain, dan dengan kekayaannya juga ia belanjakan tuk bermabuk2an bermain wanita, bahkan dia tidak segan2 menculik wanita itu jika menolak dengannya, yang dulunya ahli ibadah kinh telah berubah menjadi ahli maksiat, yang pada puncaknya masyarakat sudah mulai gerah hingga iapun diadili/disidang ditengah pengadilan kota, banyak orang2 yang berbondong2 melihat, maka tak kala nabi Musa lewat maka dia penasaran dengan keramaian itu dan alangkah terkejutnya beliau melihat orang itu adalah orang yang telah diselamatkannya waktu digurun pasir dulu, maka iapun bertanya kepada gerombolan orang2 yang ramai menontonnya. "ada apa gerangan yang terjadi" maka salah satu orang itu berkata, "dia dulunya adalah ahli ibadah namun setelah dia kaya ia menjadi sombong, suka mabuk2an dan parahnya lagi dia telah menculik putri kami yang ia senangi." mendengar semua itu akhirnya nabi Musa pun pergi meninggalkan orang itu.
Mungkin dari kisah diatas dapat kita merenungkan dan mengambil hikmahnya, yang mana disaat orang itu susah ia adalah ahli ibadah dan disaat ia kaya malah menjadi ahli maksiat.
Terkadang kita berpikir kalau kemiskinan itu adalah musibah, sekali lagi itu adalah salah selama dengan kemiskinan kita bisa dekat dengan Allah itulah yang disebut dengan "anugrah" hanya saja dia bungkus dengan kesusahan.
Dan kadang kita berpikir kekayaan itu adalah anugrah, sekali lagi itu adalah salah, jika dengan kekayaan yang kita miliki justru membuat kita lalai atau ingkar maka itu adalah "musibah" yang hanya saja dibungkus dengan kenikmatan.
Mari kita renungkan kembali kondisi kita, sesungguhnya Allah tidak akan menguji kita diluar kemampuan kita, dan disaat Allah menguji kita yakinlah sesungguhnya Allah sayang dengan kita.
Semoga bermanfaat dan bisa mengambil hikmahnya.

Cangkir yang Cantik

Sepasang kakek dan nenek pergi belanja di sebuah toko suvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik. "Lihat cangkir itu," kata si nenek kepada suaminya. "Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat," ujar si kakek.

Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara "Terima kasih untuk perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang pengrajin dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar.

Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop ! Stop ! Aku berteriak, Tetapi orang itu berkata "belum !" lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang. Stop! Stop ! teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian. Panas ! Panas ! Teriakku dengan keras. Stop ! Cukup ! Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata "belum !"

Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir, selesailah penderitaanku. Oh ternyata belum. Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop ! Stop ! Aku berteriak.

Wanita itu berkata "belum !" Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya! Tolong ! Hentikan penyiksaan ini ! Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku.Ia terus membakarku. Setelah puas "menyiksaku" kini aku dibiarkan dingin.

Setelah benar-benar dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya, karena di hadapanku berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku.

***

Teman, seperti inilah Allah membentuk kita. Pada saat Allah membentuk kita, tidaklah menyenangkan, sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata. Tetapi inilah satu-satunya cara bagi Allah untuk mengubah kita supaya menjadi cantik dan memancarkan kemuliaan Allah.

Apabila Anda sedang menghadapi ujian hidup, jangan kecil hati, karena Allah sedang membentuk Anda. Bentukan -bentukan ini memang menyakitkan tetapi setelah semua proses itu selesai.Anda akan melihat betapa cantiknya Allah membentuk Anda.

Pemberian Terbaik

Suatu ketika, hiduplah seorang petani bersama keluarganya. Mereka menetap di sebuah kerajaan yang besar, dengan raja yang adil dan bijaksana. Beruntunglah siapa saja yang tinggal disana. Tanahnya subur, keadaannya pun aman dan sentosa. Semuanya hidup berdampingan, tanpa pernah mengenal perang ataupun bencana.

Setiap pagi, sang petani selalu pergi ke sawah. Tak lupa ia membawa bajak dan kerbau peliharaannya. Walaupun sudah tua, namun bajak dan kerbau itu selalu setia menemaninya bekerja. Sisi-sisi kayu dan garu bajak itu tampak mengelupas, begitupun kerbau yang sering tampak letih jika bekerja terlalu lama. "Inilah hartaku yang paling berharga", demikian gumam petani itu dalam hati, sembari melayangkan pandangannya ke arah bajak dan kerbaunya.

Tak seperti biasa, tiba-tiba ada serombongan pasukan yang datang menghampiri petani itu. Tampak pemimpin pasukan yang maju, lalu berkata, "Berikan bajak dan kerbaumu kepada kami. "Ini perintah Raja!". Suara itu terdengar begitu keras, mengagetkan petani itu yang tampak masih kebingungan.

Petani itu lalu menjawab, "Untuk apa, sang Raja menginginkan bajak dan kerbauku? "Ini adalah hartaku yang paling berharga, bagaimana aku bisa bekerja tanpa itu semua. Petani itu tampak menghiba, memohon agar diberikan kesempatan untuk tetap bekerja. "Tolonglah, kasihani anak dan istriku...berilah kesempatan sampai besok. Aku akan membicarakan dengan keluargaku..."

Namun, pemimpi pasukan berkata lagi, "Kami hanya menjalankan perintah dari Baginda. Terserah, apakah kau mau menjalankannya atau tidak. Namun, ingatlah, kekuasaannya sangat kuat. "Petani semacam kau tak akan mampu melawan perintahnya." Akhirnya, pasukan itu berbalik arah, dan kembali ke arah istana.

Di malam hari, petani pun menceritakan kejadian itu dengan keluarganya. Mereka tampak bingung dengan keadaan ini. Hati bertanya-tanya, "Apakah baginda sudah mulai kehilangan kebijaksanaannya? Kenapa baginda tampak tak melindungi rakyatnya dengan mengambil bajak dan kerbau kita? Gundah, dan resah melingkupi keluarga itu. Namun, akhirnya, mereka hanya bisa pasrah dan memilih untuk menyerahkan kedua benda itu kepada raja.

Keesokan pagi, sang petani tampak pasrah. Bersama dengan bajak dan kerbaunya, ia melangkah menuju arah istana. Petani itu ingin memberikan langsung hartanya yang paling berharga itu kepada Raja. Tibalah ia di halaman Istana, dan langsung di terima Raja. "Baginda, hamba hanya bisa pasrah. Walaupun hamba merasa sayang dengan harta itu, namun hamba ingin membaktikan diri kepada Baginda. Duli Paduka, terimalah pemberian ini...."

Baginda Raja tersenyum. Sambil menepuk kedua tangannya, ia tampak memanggil pengawal. "Pengawal, buka selubung itu!! Tiba-tiba,terkuaklah selubung di dekat taman. Ternyata, disana ada sebuah bajak yang baru dan kerbau yang gemuk. Kayu-kayu bajak itu tampak kokoh, dengan urat-urat kayu yang mengkilap. Begitupun kerbau, hewan itu begitu gemuk, dengan kedua kaki yang tegap.

Sang Petani tampak kebingungan. Baginda mulai berbicara, "Sesungguhnya, aku telah mengenal dirimu sejak lama. Dan aku tahu kau adalah petani yang rajin dan baik. Namun, aku ingin mengujimu dengan hal ini. Ternyata, kau memang benar-benar hamba yang baik. Engkau rela memberikan hartamu yang paling berharga untukku. Maka, terimalah hadiah dariku. Engkau layak menerimanya...."

Petani itu pun bersyukur dan ia pun kembali pulang dengan hadiah yang sangat besar, buah kebaikan dan baktinya pada sang Raja.

***

Teman, bisa jadi, tak banyak orang yang bisa berlaku seperti petani tadi. Hanya sedikit orang yang mau memberikan harta yang terbaik yang dimilikinya kepada yang lain. Namun, petani tersebut adalah satu dari orang-orang yang sedikit itu. Dan ia, memberikan sedikit pelajaran buat kita.

Sesungguhnya, Allah sering meminta kita memberikan terbaik yang kita punya untuk-Nya. Allah, sering memerintahkan kita untuk mau menyampaikan yang paling berharga, hanya ditujukan pada-Nya. Bukan, bukan karena Allah butuh semua itu, dan juga bukan karena Allah kekurangan. Namun karena sesungguhnya Allah Maha Kaya, dan Allah sedang menguji setiap hamba-Nya.

Allah sedang menguji, apakah hamba-Nya adalah bagian dari orang-orang yang beriman dan mau bersyukur. Allah sedang menguji, apakah ada dari hamba-hamba-Nya yang mau menafkahkan harta di jalan-Nya. Dan Allah, pasti akan memberikan balasan atas upaya itu dengan pemberian yang tak akan kita bayangkan. Imbalan dan pahala yang akan kita terima, sesungguhya akan mampu membuat kita paham, bahwa Allah memang Maha Pemberi Kemuliaan.

Dan teman, mari kita berikan yang terbaik yang kita punya kepada-Nya. Marilah kita tujukan waktu, kerja dan usaha kita yang terbaik hanya kepada-Nya. Karena sesungguhnya memang, kita tak akan pernah menyadari balasan apa yang akan kita terima atas semua itu.

Allah selalu punya banyak cara-cara rahasia untuk memberikan kemuliaan bagi hamba-Nya. Dan Dia akan selalu memberikan pengganti yang lebih baik untuk semua yang ikhlas kita berikan pada-Nya

NASEHAT QUR'ANI

Bagi mereka yg mencari Mawaddah (kasih), Sakinah (ketentraman) dan Rahmah (sayang)dalam Keluarga.

Bismillahirrahmaanirahiim

Dengan kerendahan hati mari kita simak pesan2 Al-qur'an tentang tujuan hidup yang sebenarnya
Nasehat ini untuk semuanya ...........
Untuk mereka yang sudah memiliki arah.........
Untuk mereka yang belum memiliki arah.........
dan untuk mereka yang tidak memiliki arah.
nasehat ini untuk semuanya.......
Semua yang menginginkan kebaikan.

Saudaraku.............
Nikah itu ibadah.......
Nikah itu suci...........ingat itu......
Memang nikah itu bisa karena harta, bisa karena kecantikan, bisa karena keturunan dan bisa karena agama.
Jangan engkau jadikan harta, keturunan maupun kecantikan
sebagai alasan............
karena semua itu akan menyebabkan celaka.
Jadikan agama sebagai alasan........
Engkau akan mendapatkan kebahagiaan.

Saudaraku..........
Tidak dipungkiri bahwa keluarga terbentuk karena cinta........
Namun......jika cinta engkau jadikan sebagai landasan, maka keluargamu
akan rapuh, akan mudah hancur.
Jadikanlah " ALLAH " sebagai landasan......
Niscaya engkau akan selamat
Tidak saja dunia, tapi juga akherat.......
Jadikanlah ridho Allah sebagai tujuan......
Niscaya mawaddah, sakinah dan rahmah akan tercapai.

Saudaraku...........
Jangan engkau menginginkan menjadi raja dalam "istanamu"......
disambut istri ketika datang dan dilayani segala kebutuhan.......
Jika ini kau lakukan " istanamu " tidak akan langgeng.....
Lihatlah manusia ter-agung Muhammad saw....
tidak marah ketika harus tidur di depan pintu, beralaskan sorban, karena sang istri tercinta tidak mendengar kedatangannya.
Tetap tersenyum meski tidak mendapatkan makanan tersaji dihadapannya
ketika lapar........
Menjahit bajunya yang robek........

Saudaraku.........
Jangan engkau menginginkan menjadi ratu dalam " istanamu "........
Disayang, dimanja dan dilayani suami......
Terpenuhi apa yang menjadi keinginanmu........
Jika itu engkau lakukan " istanamu " akan menjadi neraka bagimu

Saudaraku............
Jangan engkau terlalu cinta kepada istrimu.........
Jangan engkau terlalu menuruti istrimu......

Jika itu engaku lakukan akan celaka....
Engaku tidak akan dapat melihat yang hitam dan yang putih,
tidak akan dapat melihat yang benar dan yang salah.....
Lihatlah bagaimana Allah menegur " Nabi "-mu
tatakala mengharamkan apa yang Allah halalkan hanya karena menuruti kemauan sang istri.
Tegaslah terhadap istrimu.................
Dengan cintamu, ajaklah dia taat kepada Allah.......
Jangan biarkan dia dengan kehendaknya........
Lihatlah bagaimana istri Nuh dan Luth...........
Di bawah bimbingan manusia pilihan, justru mereka menjadi penentang.....
Istrimu bisa menjadi musuhmu...........
Didiklah istrimu........
Jadikanlah dia sebagai Hajar, wanita utama yang loyal terhadap tugas suami, Ibrahim.Jadikan dia sebagai Maryam, wanita utama yang bisa menjaga kehormatannya......
Jadikan dia sebagai Khadijah, wanita utama yang bisa mendampingi sang suami Muhammad saw menerima tugas risalah.....
Istrimu adalah tanggung jawabmu....
Jangan kau larang mereka taat kepada Allah.....
Biarkan mereka menjadi wanita shalihah....
Biarkan mereka menjadi Hajar atau Maryam........
Jangan kau belenggu mereka dengan egomu...

Saudaraku.......
Jika engkau menjadi istri.........
Jangan engkau paksa suamimu menurutimu......
Jangan engkau paksa suamimu melanggar Allah......
siapkan dirimu untuk menjadi Hajar, yang setia terhadap tugas suami.....
Siapkan dirimu untuk menjadi Maryam, yang bisa menjaga kehormatannya....
Siapkan dirimu untuk menjadi Khadijah, yang bisa mendampingi suami
menjalankan missi.
Jangan kau usik suamimu dengan rengekanmu....
Jangan kau usik suamimu dengan tangismu....
Jika itu kau lakukan.....
Kecintaannya terhadapmu akan memaksanya menjadi
pendurhaka................jangan..........

Saudarau........
Jika engku menjadi Bapak......
Jadilah bapak yang bijak seperti Lukmanul Hakim
Jadilah bapak yang tegas seperti Ibrahim
Jadilah bapak yang kasih seperti Muhammad saw
Ajaklah anak-anakmu mengenal Allah..........
Ajaklah mereka taat kepada Allah.......
Jadikan dia sebagai Yusuf yang berbakti.......
Jadikan dia sebagai Ismail yang taat.......
Jangan engkau jadikan mereka sebagai Kan'an yang durhaka.

Mohonlah kepada Allah..........
Mintalah kepada Allah, agar mereka menjadi anak yang shalih.....
Anak yang bisa membawa kebahagiaan.

Saudaraku........
Jika engkau menjadi ibu....
Jadilah engaku ibu yang bijak, ibu yang teduh....
Bimbinglah anak-anakmu dengan air susumu....
Jadikanlah mereka mujahid.........
Jadikanlah mereka tentara-tentara Allah.....
Jangan biarkan mereka bermanja-manja.....
Jangan biarkan mereka bermalas-malas..........
Siapkan mereka untuk menjadi hamba yang shalih....
Hamba yang siap menegakkan Risalah Islam.

AMIN.

Wassalam.
di akhiri dengan alhamdulillah..............

Sayyidul Istighfar (Istighfar yang Paling Utama)

Bismillaah,

Sayyidul Istighfar (Istighfar yang Paling Utama)

اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ

“Ya Allah, Engkau adalah Rabbku. Tiada Ilah yang haq melainkan Engkau. Engkau telah menciptakanku, aku adalah hamba-Mu, aku di atas perjanjian-Mu sesuai kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan amalanku. Aku mengakui nikmat-nikmat-Mu yang Engkau anugerahkan kepadaku, aku mengakui dosa-dosaku. Ampunilah aku karena sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa-dosaku melainkan Engkau.”

“Barangsiapa membacanya di waktu siang dalam keadaan meyakini maknanya kemudian ia meninggal pada hari itu sebelum petang maka ia termasuk penduduk surga. Dan barangsiapa membacanya di waktu malam dalam keadaan meyakini maknanya kemudian ia meninggal sebelum masuk waktu subuh maka ia termasuk penduduk surga.”
(HR. Al-Bukhari dari sahabat Syaddad ibnu Aus radhiyallahu ‘anhu)

Ujian Dari Allah Akan Membersihkan Dosa

Dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in- dari ayahnya, ia berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً

“Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

« الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »

“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.”[HR. Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4024, Ad Darimi no. 2783, Ahmad (1/185). Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 3402 mengatakan bahwa hadits ini shahih.]

Sebelum anda mengeluh

Sebelum mengeluh betapa beratnya pekerjaan sampai membuat stress,
pikirkanlah mengenai para pengangguran yg tak punya kerja
dan sangat menginginkan bisa bekerja seperti anda.

sebelum mengeluh mengenai penghasilan yg kurang
pikirkanlah mengenai orang2 yg terpaksa mengemis di pinggir jalan
demi sesuap nasi

sebelum mengeluh, betapa kecil dan tak nyaman nya rumah kita
pikirkanlah betapa banyak orang yg tak punya tempat berteduh
sekalipun

sebelum mengeluh, betapa repotnya mengurus anak,
pikirkanlah betapa banyak keluarga yg begitu berharap dikarunia anak

sebelum mengeluh , betapa banyak nya masalah kehidupan sehari hari,
pikirkanlah betapa banyak orang yg telah meninggalkan dunia yg fana
ini

Sebelum mengeluh , betapa banyak masalah dalam keluarga (
suami/istri )
pikirkanlah betapa banyak juga orang2 yg tak berkeluarga atau sudah
tak berkeluarga lagi

sebelum mengeluh mengenai pertengkaran dalam keluarga / dengan
pasangan anda,
pikirkanlah betapa ada orang susah menemukan pasangan hidup nya atau
tak punya pasangan lagi

sebelum berkata yg tidak baik pada orang lain,
pikirkanlah betapa ada orang yg tak bisa berbicara ( bisu )

sebelum menuduh / men jelek2 an orang lain
pikirkanlah betapa tak ada orang yang hidup tanpa kesalahan
dan kita sendiri pun tidak lah sempurna pula

sebelum mengeluh mengapa diri ini tak cantik / tampan seperti para
selebritis
pikirkanlah betapa banyak orang yg terlahir cacat / abnormal

sebelum mengeluh betapa orang lain lebih bahagia / beruntung
daripada kita ,
pikirkanlah betapa sebenarnya telah banyak pula kenikmatan yg telah
diberikan pada kita
kesehatan , waktu luang dan hidup , adalah karunia yg sering
dilupakan orang

sebelum mengeluh mengenai suatu hal
pikirkanlah betapa sebenarnya anda telah mendapatkan pula hal yg
berharga lain nya
dan betapa banyak orang lain yg tak seberuntung kita , dalam hal2
tertentu

namun demikianlah sifat manusia, tak pernah puas dan sering lupa
untuk bersyukur
betapa Tuhan Yang Maha Pengasih , sebenarnya telah banyak memberi
karunia pada kita semua

Indahnya Cinta Karena Allah - 2

Wujudkanlah Kecintaan Kepada Saudaramu Karena Allah swt

Mari kita bersama mengurai, apa contoh sederhana yang bisa kita lakukan sehari-hari sebagai bukti mencintai sesuatu bagi saudara kita yang juga kita cintai bagi diri kita…

Mengucapkan Salam dan Menjawab Salam Ketika Bertemu

“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Tidak maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian lakukan maka kalian akan saling mencintai: Sebarkanlah salam diantara kalian.” (HR. Muslim)

Pada hakekatnya ucapan salam merupakan do’a dari seseorang bagi orang lain. Di dalam lafadz salam “Assalaamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakaatuh” terdapat wujud kecintaan seorang muslim pada muslim yang lain. Yaitu keinginannya agar orang yang disapanya dengan salam, bisa memperoleh keselamatan, rahmat, dan barokah. Barokah artinya tetapnya suatu kebaikan dan bertambah banyaknya dia. Tentunya seseorang senang bila ada orang yang mendo’akan keselamatan, rahmat, dan barokah bagi dirinya. Semoga Allah mengabulkan do’a tersebut. Saudariku fillah, bayangkanlah! Betapa banyak kebahagiaan yang kita bagikan kepada saudara kita sesama muslim bila setiap bertemu dengan muslimah lain -baik yang kita kenal maupun tidak kita kenal- kita senantiasa menyapa mereka dengan salam. Bukankah kita pun ingin bila kita memperoleh banyak do’a yang demikian?! Namun, sangat baik jika seorang wanita muslimah tidak mengucapkan salam kepada laki-laki yang bukan mahromnya jika dia takut akan terjadi fitnah. Maka, bila di jalan kita bertemu dengan muslimah yang tidak kita kenal namun dia berkerudung dan kita yakin bahwa kerudung itu adalah ciri bahwa dia adalah seorang muslimah, ucapkanlah salam kepadanya. Semoga dengan hal sederhana ini, kita bisa menyebar kecintaan kepada sesama saudara muslimah. Insya Allah…

Bertutur Kata yang Menyenangkan dan Bermanfaat

Dalam sehari bisa kita hitung berapa banyak waktu yang kita habiskan untuk sekedar berkumpul-kumpul dan ngobrol dengan teman. Seringkali obrolan kita mengarah kepada ghibah/menggunjing/bergosip. Betapa meruginya kita. Seandainya, waktu ngobrol tersebut kita gunakan untuk membicarakan hal-hal yang setidaknya lebih bermanfaat, tentunya kita tidak akan menyesal. Misalnya, sembari makan siang bersama teman kita bercerita, “Tadi shubuh saya shalat berjamaah dengan teman kost. Saya yang jadi makmum. Teman saya yang jadi imam itu, membaca surat Al-Insan. Katanya sih itu sunnah. Memangnya apa sih sunnah itu?” Teman yang lain menjawab, “Sunnah yang dimaksud teman anti itu maksudnya ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Memang disunnahkan untuk membaca Surat Al-Insan di rakaat kedua shalat shubuh di hari Jum’at.” Lalu, teman yang bertanya tadi pun berkata, “Ooo… begitu, saya kok baru tahu ya…” Subhanallah! Sebuah makan siang yang berubah menjadi “majelis ilmu”, ladang pahala, dan ajang saling memberi nasehat dan kebaikan pada saudara sesama muslimah.

Mengajak Saudara Kita Untuk Bersama-Sama Menghadiri Majelis ‘Ilmu

Dari obrolan singkat di atas, bisa saja kemudian berlanjut, “Ngomong-ngomong, kamu tahu darimana kalau membaca surat Al-Insan di rakaat kedua shalat shubuh di hari Jum’at itu sunnah?” Temannya pun menjawab, “Saya tahu itu dari kajian.” Alhamdulillah bila ternyata temannya itu tertarik untuk mengikuti kajian, “Kalau saya ikut boleh nggak? Kayaknya menyenangkan juga ya ikut kajian.” Temannya pun berkata, “Alhamdulillah, insyaAllah kita bisa berangkat sama-sama. Nanti saya jemput anti di kost.”

Saling Menasehati, Baik Dengan Ucapan Lisan Maupun Tulisan

Suatu saat ‘Umar radhiyallahu ‘anhu pernah bertanya tentang aibnya kepada shahabat yang lain. Shahabat itu pun menjawab bahwa dia pernah mendengar bahwa ‘Umar radhiyallahu ‘anhu memiliki bermacam-macam lauk di meja makannya. Lalu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu pun berkata yang maknanya ‘Seorang teman sejati bukanlah yang banyak memujimu, tetapi yang memperlihatkan kepadamu aib mu (agar orang yang dinasehati bisa memperbaiki aib tersebut. Yang perlu diingat, menasehati jangan dilakukan didepan orang banyak. Agar kita tidak tergolong ke dalam orang yang menyebar aib orang lain. Terdapat beberapa perincian dalam masalah ini -pen).’ Bentuk nasehat tersebut, bukan hanya secara lisan tetapi bisa juga melalui tulisan, baik surat, artikel, catatan saduran dari kitab-kitab ulama, dan lain-lain.

Saling Mengingatkan Tentang Kematian, Yaumil Hisab, At-Taghaabun (Hari Ditampakkannya Kesalahan-Kesalahan), Surga, dan Neraka

Sangat banyak orang yang baru ingin bertaubat bila nyawa telah nyaris terputus. Maka, diantara bentuk kecintaan seorang muslim kepada saudaranya adalah saling mengingatkan tentang kematian. Ketika saudaranya hendak berbuat kesalahan, ingatkanlah bahwa kita tidak pernah mengetahui kapan kita mati. Dan kita pasti tidak ingin bila kita mati dalam keadaan berbuat dosa kepada Allah Ta’ala.

saudara-saudariku fillah, berbaik sangkalah kepada saudari muslimah mu yang lain bila dia menasehati mu, memberimu tulisan-tulisan tentang ilmu agama, atau mengajakmu mengikuti kajian. Berbaik sangkalah bahwa dia sangat menginginkan kebaikan bagimu. Sebagaimana dia pun menginginkan yang demikian bagi dirinya. Karena, siapakah gerangan orang yang senang terjerumus pada kubangan kesalahan dan tidak ada yang mengulurkan tangan padanya untuk menariknya dari kubangan yang kotor itu? Tentunya kita akan bersedih bila kita terjatuh di lubang yang kotor dan orang-orang di sekeliling kita hanya melihat tanpa menolong kita…

Tidak ada ruginya bila kita banyak mengutamakan saudara kita. Selama kita berusaha ikhlash, balasan terbaik di sisi Allah Ta’ala menanti kita. Janganlah risau karena bisikan-bisikan yang mengajak kita untuk “ingin menang sendiri, ingin terkenal sendiri”. Wahai saudara-saudariku fillah, manusia akan mati! Semua makhluk Allah akan mati dan kembali kepada Allah!! Sedangkan Allah adalah Dzat Yang Maha Kekal. Maka, melakukan sesuatu untuk Dzat Yang Maha Kekal tentunya lebih utama dibandingkan melakukan sesuatu sekedar untuk dipuji manusia. Bukankah demikian?

Janji Allah Ta’Ala Pasti Benar !

Saudariku muslimah -semoga Allah senantiasa menjaga kita diatas kebenaran-, ketahuilah! Orang-orang yang saling mencintai karena Allah akan mendapatkan kemuliaan di Akhirat. Terdapat beberapa Hadits Qudsi tentang hal tersebut.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Allah berfirman pada Hari Kiamat, “Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku pada hari ini? Aku akan menaungi mereka dalam naungan-Ku pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Ku.” (HR. Muslim; Shahih)

Dari Abu Muslim al-Khaulani radhiyallahu ‘anhu dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan: “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan dari Rabb-nya, dengan sabdanya, ‘Orang-orang yang bercinta karena Allah berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya dalam naungan ‘Arsy pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya.’”

Abu Muslim radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Kemudian aku keluar hingga bertemu ‘Ubadah bin ash-Shamit, lalu aku menyebutkan kepadanya hadits Mu’adz bin Jabal. Maka ia mengatakan, ‘Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan dari Rabb-nya, yang berfirman, ‘Cinta-Ku berhak untuk orang-orang yang saling mencintai karena-Ku, cinta-Ku berhak untuk orang-orang yang saling tolong-menolong karena-Ku, dan cinta-Ku berhak untuk orang-orang yang saling berkunjung karena-Ku.’ Orang-orang yang bercinta karena Allah berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya dalam naungan ‘Arsy pada hari tiada naungan kecuali naungan-Nya.” (HR. Ahmad; Shahih dengan berbagai jalan periwayatannya)

Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, ia menuturkan, Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah berfirman, ‘Orang-orang yang bercinta karena keagungan-Ku, mereka mendapatkan mimbar-mimbar dari cahaya sehingga para nabi dan syuhada iri kepada mereka.” (HR. At-Tirmidzi; Shahih)

Alhamdulillahilladzi bini’matihi tatimmushshalihaat (artinya: “Segala puji bagi Allah, dengan nikmat-Nyalah segala kebaikan menjadi sempurna.” Do’a ini diucapkan Rasulullah saw bila beliau mendapatkan hal yang menyenangkan). Allah Ta’aala menyediakan bagi kita lahan pahala yang begitu banyak. Allah Ta’aala menyediakannya secara cuma-cuma bagi kita. Ternyata, begitu sederhana cara untuk mendapat pahala. Dan begitu mudahnya mengamalkan ajaran Islam bagi orang-orang yang meyakini bahwa esok dia akan bertemu dengan Allah Rabbul ‘alamin sembari melihat segala perbuatan baik maupun buruk yang telah dia lakukan selama hidup di dunia. Persiapkanlah bekal terbaik kita menuju Negeri Akhirat. Semoga Allah mengumpulkan kita dan orang-orang yang kita cintai karena Allah di Surga Firdaus Al-A’laa bersama para Nabi, syuhada’, shiddiqin, dan shalihin. Itulah akhir kehidupan yang paling indah…

ndahnya Cinta Karena Allah - 1

Indahnya Cinta Karena Allah
بسم الله الرحمن الرحيم

“Tidaklah seseorang diantara kalian dikatakan beriman, hingga dia mencintai sesuatu bagi saudaranya sebagaimana dia mencintai sesuatu bagi dirinya sendiri.”


Secara nalar pecinta dunia, bagaimana mungkin kita mengutamakan orang lain dibandingkan diri kita? Secara hawa nafsu manusia, bagaimana mungkin kita memberikan sesuatu yang kita cintai kepada saudara kita?

Pertanyaan tersebut dapat terjawab melalui penjelasan Ibnu Daqiiqil ‘Ied dalam syarah beliau terhadap hadits diatas (selengkapnya, lihat di Syarah Hadits Arba’in An-Nawawiyah).

(“Tidaklah seseorang beriman” maksudnya adalah -pen). Para ulama berkata, “yakni tidak beriman dengan keimanan yang sempurna, sebab jika tidak, keimanan secara asal tidak didapatkan seseorang kecuali dengan sifat ini.”

Maksud dari kata “sesuatu bagi saudaranya” adalah berupa ketaatan, dan sesuatu yang halal. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh An-Nasa’i.

“…hingga dia mencintai bagi saudaranya berupa kebaikan sebagaimana dia mencintai jika hal itu terjadi bagi dirinya.”

Syaikh Abu Amru Ibnu Shalah berkata, “Hal ini terkadang dianggap sebagai sesuatu yang sulit dan mustahil, padahal tidaklah demikian, karena makna hadits ini adalah tidak sempurna iman seseorang diantara kalian sehingga dia mencintai bagi keislaman saudaranya sebagaimana dia mencintai bagi dirinya. Menegakkan urusan ini tidak dapat direalisasikan dengan cara menyukai jika saudaranya mendapatkan apa yang dia dapatkan, sehingga dia tidak turut berdesakan dengan saudaranya dalam merasakan nikmat tersebut dan tidak mengurangi kenikmatan yang diperolehnya. Itu mudah dan dekat dengan hati yang selamat, sedangkan itu sulit terjadi pada hati yang rusak, semoga Allah Ta’ala memaafkan kita dan saudara-saudara kita seluruhnya.”

Abu Zinad berkata, “Sekilas hadits ini menunjukkan tuntutan persamaan (dalam memperlakukan dirinya dan saudaranya), namun pada hakekatnya ada tafdhil (kecenderungan untuk memperlakukan lebih), karena manusia ingin jika dia menjadi orang yang paling utama, maka jika dia menyukai saudaranya seperti dirinya sebagai konsekuensinya adalah dia akan menjadi orang yang kalah dalam hal keutamaannya. Bukankah anda melihat bahwa manusia menyukai agar haknya terpenuhi dan kezhaliman atas dirinya dibalas? Maka letak kesempurnaan imannya adalah ketika dia memiliki tanggungan atau ada hak saudaranya atas dirinya maka dia bersegera untuk mengembalikannya secara adil sekalipun dia merasa berat.”

Diantara ulama berkata tentang hadits ini, bahwa seorang mukmin satu dengan yang lain itu ibarat satu jiwa, maka sudah sepantasnya dia mencintai untuk saudaranya sebagaimana mencintai untuk dirinya karena keduanya laksana satu jiwa sebagaimana disebutkan dalam hadits yang lain:

“Orang-orang mukmin itu ibarat satu jasad, apabila satu anggota badan sakit, maka seluruh jasad turut merasakan sakit dengan demam dan tidak dapat tidur.” (HR. Muslim)

“Saudara” yang dimaksud dalam hadits tersebut bukan hanya saudara kandung atau akibat adanya kesamaan nasab/ keturunan darah, tetapi “saudara” dalam artian yang lebih luas lagi. Dalam Bahasa Arab, saudara kandung disebut dengan Asy-Asyaqiiq ( الشَّّقِيْقُ). Sering kita jumpa seseorang menyebut temannya yang juga beragama Islam sebagai “Ukhti fillah” (saudara wanita ku di jalan Allah). Berarti, kebaikan yang kita berikan tersebut berlaku bagi seluruh kaum muslimin, karena sesungguhnya kaum muslim itu bersaudara.

Jika ada yang bertanya, “Bagaimana mungkin kita menerapkan hal ini sekarang? Sekarang kan jaman susah. Mengurus diri sendiri saja sudah susah, bagaimana mungkin mau mengutamakan orang lain?”

Wahai saudariku -semoga Allah swt senantiasa menetapkan hati kita diatas keimanan-, jadilah seorang mukmin yang kuat! Sesungguhnya mukmin yang kuat lebih dicintai Allah swt . Seberat apapun kesulitan yang kita hadapi sekarang, ketahuilah bahwa kehidupan kaum muslimin saat awal dakwah Islam oleh Rasulullah saw jauh lebih sulit lagi. Namun kecintaan mereka terhadap Allah dan Rasul-Nya jauh melebihi kesedihan mereka pada kesulitan hidup yang hanya sementara di dunia. Dengarkanlah pujian Allah terhadap mereka dalam Surat Al-Hasyr:

“(Juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah swt dan keridhaan-Nya dan mereka berada dijalan Allah swt dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar(ash-shodiquun). Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 8-9)

Dalam ayat tersebut Allah swt memuji kaum Muhajirin yang berhijrah dari Makkah ke Madinah untuk memperoleh kebebasan dalam mewujudkan syahadat mereka ashyadu ala laa ilaha illallah wa ashyadu anna muhammadur rasulullah. Mereka meninggalkan kampung halaman yang mereka cintai dan harta yang telah mereka kumpulkan dengan jerih payah. Semua demi Allah! Maka, kaum muhajirin (orang yang berhijrah) itu pun mendapatkan pujian dari Allah Rabbul ‘alamin. Demikian pula kaum Anshar yang memang merupakan penduduk Madinah. Saudariku fillah, perhatikanlah dengan seksama bagaimana Allah mengajarkan kepada kita keutamaan orang-orang yang mengutamakan saudara mereka. Betapa mengagumkan sikap itsar (mengutamakan orang lain) mereka. Dalam surat Al-Hasyr tersebur, Allah swt memuji kaum Anshar sebagai Al-Muflihun (orang-orang yang beruntung di dunia dan di akhirat) karena kecintaan kaum Anshar terhadap kaum Muhajirin, dan mereka mengutamakan kaum Muhajirin atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka (kaum Anshar) sebenarnya juga sedang berada dalam kesulitan. Allah Ta’aala memuji orang-orang yang dipelihara Allah Ta’aala dari kekikiran dirinya sebagai orang-orang yang beruntung. Tidaklah yang demikian itu dilakukan oleh kaum Anshar melainkan karena keimanan mereka yang benar-benar tulus, yaitu keimanan kepada Dzat yang telah menciptakan manusia dari tanah liat kemudian menyempurnakan bentuk tubuhnya dan Dia lah Dzat yang memberikan rezeki kepada siapapun yang dikehendaki oleh-Nya serta menghalangi rezeki kepada siapapun yang Dia kehendaki.

Tapi, ingatlah wahai saudara-saudariku fillah, jangan sampai kita tergelincir oleh tipu daya syaithon ketika mereka membisikkan ke dada kita “utamakanlah saudaramu dalam segala hal, bahkan bila agama mu yang menjadi taruhannya.” Saudariku fillah, hendaklah seseorang berjuang untuk memberikan yang terbaik bagi agamanya. Misalkan seorang laki-laki datang untuk sholat ke masjid, dia pun langsung mengambil tempat di shaf paling belakang, sedangkan di shaf depan masih ada tempat kosong, lalu dia berdalih “Aku memberikan tempat kosong itu bagi saudaraku yang lain. Cukuplah aku di shaf belakang.” Ketahuilah, itu adalah tipu daya syaithon! Hendaklah kita senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan agama kita. Allah Ta’ala berfirman:

“Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqoroh: 148)

Berlomba-lombalah dalam membuat kebaikan agama, bukan dalam urusan dunia. Banyak orang yang berdalih dengan ayat ini untuk menyibukkan diri mereka dengan melulu urusan dunia, sehingga untuk belajar tentang makna syahadat saja mereka sudah tidak lagi memiliki waktu sama sekali. Wal iyadzu billah. Semoga Allah menjaga diri kita agar tidak menjadi orang yang seperti itu.

Koreksilah Dirimu

Bismillaah,

Koreksilah Dirimu

04 Feb 2011 by Abu Amira Khairunnisa

MUHASABAH

Sebuah nasihat yang indah dari ulama tercinta kita :
asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baz -rahimahullah-


Kehidupan dunia ini adalah tempat untuk mengoreksi diri, maka koreksilah dirimu, lihatlah senantiasa amalan-amalanmu siang dan malam sampai kamu meninggal dunia.


Jika seandainya engkau adalah orang yg terus istiqamah, maka panjatkanlah puji kepada Allah dan bersyukurlah kepada-NYA, bersabarlah dan kuatkanlah kesabaranmu, mohonlah taufik dn tsabat kepada RABB-mu.


Adapun jika engkau telah mengurangi dan menghilangkan sebagian amalan ketaatanmu, maka koreksilah dirimu, bertaubatlah kepada ALLAH AZZA WA JALLA dan istiqamahlah di atasnya. Kembalilah kepada amalan2 kebajikan yg dulu kamu menyepelekannya, beristiqamahlah untuk menjalankan perintah2 ALLAAH, jauhilah larangan2 ALLAAH dengan bersumber dari niatan yg jujur, keikhlasan kepada ALLAAH, dan dengan mengharap keutamaan yg ada di sisi ALLAAH JALLA WA A’LAA, serta sikap yg jujur.

♥ ISTRIKU MUTIARAKU, SUAMIKU ADALAH SYURGAKU ♥ (Bag. II)

Sifat-sifat Istri Shaleh

1]. Penuh kasih sayang, selalu kembali kepada suaminya dan mencari maafnya.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِنِسَائِكُمْ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ؟ اَلْوَدُوْدُ الْوَلُوْدُ الْعَؤُوْدُ عَلَى زَوْجِهَا، الَّتِى إِذَا غَضِبَ جَاءَتْ حَتَّى تَضَعَ يَدَهَا فِي يَدِ زَوْجِهَا، وَتَقُوْلُ: لاَ أَذُوقُ غَضْمًا حَتَّى تَرْضَى

“Maukah aku beritahukan kepada kalian, istri-istri kalian yang menjadi penghuni surga yaitu istri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata: “Aku tak dapat tidur sebelum engkau ridha.” (HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa no. 257 ).

2]. Melayani suaminya (berkhidmat kepada suami) seperti menyiapkan makan minumnya, tempat tidur, pakaian, dan yang semacamnya.

3]. Menjaga rahasia-rahasia suami, lebih-lebih yang berkenaan dengan hubungan intim antara dia dan suaminya.

Asma’ bintu Yazid radhiallahu 'anha menceritakan dia pernah berada di sisi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika itu kaum lelaki dan wanita sedang duduk. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya: “Barangkali ada seorang suami yang menceritakan apa yang diperbuatnya dengan istrinya (saat berhubungan intim), dan barangkali ada seorang istri yang mengabarkan apa yang diperbuatnya bersama suaminya?” Maka mereka semua diam tidak ada yang menjawab. Aku (Asma) pun menjawab: “Demi Allah! Wahai Rasulullah, sesungguhnya mereka (para istri) benar-benar melakukannya, demikian pula mereka (para suami).”

Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

فَلاَ تَفْعَلُوا، فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِثْلُ الشَّيْطَانِ لَقِيَ شَيْطَانَةً فِي طَرِيْقٍ فَغَشِيَهَا وَالنَّاسُ يَنْظُرُوْنَ

“Jangan lagi kalian lakukan, karena yang demikian itu seperti syaithan jantan yang bertemu dengan syaitan betina di jalan, kemudian digaulinya sementara manusia menontonnya.” (HR. Ahmad).

4]. Selalu berpenampilan yang bagus dan menarik di hadapan suaminya sehingga bila suaminya memandang akan menyenangkannya.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

أَلاَ أُخْبِرَكَ بِخَيْرِ مَا يَكْنِزُ الْمَرْءُ، اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهَ وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهَ وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهَ

“Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya”. (HR. Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata dalam Al-Jami’ush Shahih 3/57: “Hadits ini shahih di atas syarat Muslim.”)

5]. Ketika suaminya sedang berada di rumah (tidak bepergian/ safar), ia tidak menyibukkan dirinya dengan melakukan ibadah sunnah yang dapat menghalangi suaminya untuk istimta‘ (bernikmat-nikmat) dengannya seperti puasa, terkecuali bila suaminya mengizinkan.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يَحِلُّ لِلْمَرْأَةِ أَنْ تَصُومَ وَزَوْجُهَا شَاهِدٌ إِلاَّ بِإِذْنِهِ

“Tidak halal bagi seorang istri berpuasa (sunnah) sementara suaminya ada (tidak sedang bepergian) kecuali dengan izinnya”. (HR. Al-Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026)

6]. Pandai mensyukuri pemberian dan kebaikan suami, tidak melupakan kebaikannya, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:

“Diperlihatkan neraka kepadaku, ternyata aku dapati kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita yang kufur.” Ada yang bertanya kepada beliau: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab: “Mereka mengkufuri suami dan mengkufuri (tidak mensyukuri) kebaikannya. Seandainya salah seorang dari kalian berbuat baik kepada seorang di antara mereka (istri) setahun penuh, kemudian dia melihat darimu sesuatu (yang tidak berkenan baginya) niscaya dia berkata: “Aku tidak pernah melihat darimu kebaikan sama sekali.” (HR. Al-Bukhari no. 29 dan Muslim no. 907)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah bersabda:

لاَ يَنْظُرُ اللهُ إِلَى امْرَأَةٍ لاَ تَشْكُرُ لِزَوْجِهَا وَهِيَ لاَ تَسْتَغْنِي عَنْهُ

“Allah tidak akan melihat kepada seorang istri yang tidak bersyukur kepada suaminya padahal dia membutuhkannya.” (HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa. Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 289)

7]. Bersegera memenuhi ajakan suami untuk memenuhi hasratnya, tidak menolaknya tanpa alasan yang syar‘i, dan tidak menjauhi tempat tidur suaminya, karena ia tahu dan takut terhadap berita Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا مِنْ رَجُلٍ يَدْعُو امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَتَأْبَى عَلَيْهِ إِلاَّ كَانَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ سَاخِطًا عَلَيْهَا حَتَّى يَرْضَى عَنْهَا

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya lalu si istri menolak (enggan) melainkan yang di langit murka terhadapnya hingga sang suami ridha padanya.” (HR. Muslim no.1436)


إِذَا بَاتَتِ الْمَرْأَةُ مُهَاجِرَةً فِرَاشَ زَوْجِهَا لَعَنَتْهَا الْمَلاَئِكَةُ حَتَّى تَرْجِعَ

“Apabila seorang istri bermalam dalam keadaan meninggalkan tempat tidur suaminya, niscaya para malaikat melaknatnya sampai ia kembali (ke suaminya).” (HR. Al-Bukhari no. 5194 dan Muslim no. 1436).

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Referensi: Dari berbagai sumber

ISTRIKU MUTIARAKU, SUAMIKU ADALAH SYURGAKU ♥ (Bag. I)

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Mutiara 1

Hushain bin Muhshan menuturkan bahwa bibinya pernah datang kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk suatu keperluan. Setelah selesai dari keperluannya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepadanya "Apakah engkau bersuami?" Ia menjawab "Ya", "Bagaimana engkau bersuami ? Ia menjawab "Aku berusaha sekuat tenaga untuk melayaninya dan mentaatinya, kecuali dalam hal-hal yang aku tidak sanggup. "Beliau berkomentar," "Perhatikan baik-baik sikapmu kepadanya karena sesungguhnya ia adalah Syurga dan Nerakamu." (HR. Hakim)

Mutiara 2

Apabila seorang wanita telah menunaikan shalat lima waktu dan berpuasa di bulan Ramadhan, senantiasa mentaati suaminya dan menjaga kemaluannya, niscaya akan dikatakan kepadanya, masuklah kamu ke dalam syurga dari pintu mana saja yang kamu kehendaki. (HR. Ahmad)

Mutiara 3

Ada tiga golongan yang shalatnya tidak diterima dan kebaikannya tidak diangkat ke langit: Pertama, hamba sahaya yang kabur dari majikannya sampai ia kembali dan meminta maaf kepada majikannya. Kedua, seorang istri yang dimurkai suaminya sampai suaminya meridhainya dan ketiga seorang pemabuk sampai ia sadar. (HR. Thabrani dan Ibnu Hibban).

Mutiara memang indah, mahal dan tidak semua wanita mampu memilikinya. Begitu pula dengan mutiara ajaran Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam di atas, tidak semua wanita memahami, menghayati, apalagi mengaplikasikannya dalam kehidupan rumah tangga mereka.

Arus globalisasi sekarang ini telah menyerbu kaum muslimin dalam dan membentuk paradigma mereka segala hal, termasuk gaya hidup dalam berumah tangga. Saat ini untuk menjadi istri yang setia dan konsisten untuk mengaplikasikan mutiara ajaran Rasullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ternyata tidak popular. Sehingga sebagian wanita beranggapan, sudah bukan zamannya lagi memperlakukan suami sebagai junjungan yang harus ditaati, atau istri harus senantiasa meminta izin terlebih dahulu kepada suami untuk melakukan apa yang mau dilakukannya.

Di sisi lain, bukan hal aneh jika sekarang ini kita banyak mendengar rumah tangga muslim mengalami guncangan, keretakan bahkan perceraian. Tentu saja semua orang tidak menginginkan semua ini terjadi pada rumah tangga mereka. Terdapat sejumlah cara untuk mencegahnya yaitu suami istri harus melakukan evaluasi perjalanan rumah tangganya secara berkala, terutama evaluasi tentang orientasi menikah dan membangun rumah tangga. Misalnya, apa sesungguhnya tujuan saya menikah? Apa yang saya harapkan dari pernikahan ini? Model rumah tangga apa yang akan saya bangun? Dan jawaban atas pertanyaan tersebut dapat dijadikan renungan dan penguat dalam menghadapi gelombang dalam rumah tangga. Kemudian setelah itu berusaha memantapkan hati untuk menjalankan rumah tangga dengan mengedepankan ridha dan qona'ah (menerima dan puas dengan pemberian Allah Subahana Wa Ta'ala).

Sebagai seorang muslimah sudah sepatutnya kita ridha atas ketentuan Allah Subhana Wa Ta'ala, dan perlu disadari bahwa ridha atas kepemimpinan suami dalam rumah tangga itu, konsekuensinya adalah taat. Artinya ketaatan seorang istri pada suaminya, pada hakikatnya merupakan satu bentuk ketaatannya kepada ketentuan Allah Subhana Wa Ta'ala. Dalam konteks ketaatan ini tentunya suami berada di jalan yang benar. Untuk melaksanakannya tidak semudah yang dibayangkan, karena ketaatan istri pada suami tidak bisa disesuaikan dengan keinginan kita, misalnya, 'Saya akan taat pada abang dalam hal-hal yang sesuai dengan keinginan saya, tapi kalau tidak, kita masing-masing saja ya bang?'

Mungkin tidak akan menjadi masalah jika keinginan atau perintah suami selaras dengan keinginan kita, tapi kalau tidak diperlukan kelapangan dada, keikhlasan dan pengorbanan untuk dapat mentaati dan melaksanakan perintahnya. Harus kita sadari bahwa kita suami istri mempunyai latar belakang yang berbeda, jadi tidak semuanya harus serba cocok dan klop, ketika memasuki gerbang pernikahan. Oleh karena itu di sinilah pentingnya untuk saling mengenal antara suami dan istri.

Ganjaran ketaatan seorang istri pada suaminya disetarakan dengan ganjaran jihadnya kaum laki-laki, sebagaimana disebutkan dalam hadist Asma bin Yazid yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a. Sekalipun demikian Islam menganjurkan para suami untuk melazimkan musyawarah pada istrinya dalam berbagai persoalan. (QS Al-Baqarah: 233), memperlakukan istri dengan baik sebagai indikator utama akhlak seorang laki-laki. Begitulah Islam tidak menjadikan ketaatan seorang istri sebagai peluang bagi suami untuk menjadi diktator dalam rumah tangganya. Jadi tunggu apalagi, mari taati suami kita dan miliki mutiara-mutiara yang nyaris hilang itu.

HAKEKAT KEIMANAN

Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatu......

Keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala itu merupakan hubungan yg semulia2nya antara manusia dengan Zat yang Maha Menciptakan. Sebabnya yg demikian ini ialah karena manusia adalah semulia2 makhluk Tuhan yang menetap diatas permukaan bumi, sedang semulia2 yang ada di dalam tubuh manusia itu ialah hatinya dan semulia2 sifat yg ada di dalam hati itu ialah keimanan.

Allah Ta'ala berfirman:
,,Mereka merasa telah memberi Nikmat kepadamu dengan keislaman mereka, Katakanlah: ,,Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang telah menimpahkan nikmat kepadamu dengan pemimpin kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang2 yg benar. (S. Hujurat: 17)

,,Tetapi Allah telah menimbulkan cintamu kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu perhiasan dalam hatimu dan ditumbuhkan pula oleh Allah itu rasa kebencian dalam hatimu terhadap kekufuran, kejahatan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang2 yg mengikuti jalan yang benar. Demikian itu adalah suatu karunia dan kenikmatan dari Allah." (s.Hujurat: 7-8)

Keimanan itu bukanlah semata2 ucapan yang keluar dari bibir dan lidah saja ataupun hanya semacam keyakinan dlm hati belaka, tetapi keimanan yg sebenar-benarnya adalah merupakan suatu akidah yg memenuhi seluruh isi hati nurani. salah satu pd kesan2 keimanan itu ialah apabila Allah dan rasulnya lebih dicintai dari segala sesuatu yang ada.

Keimanan itu memang tdk mungkin dapat sempurna melainkan dengan rasa cinta yang hakiki, yang senyata-nyatanya dan sebenar-benarnya. Cinta itu ialah yg ditujukan kepada Allah Ta'ala. Kepada RasulNya dan kepada syari'at yg diwahyukan oleh Allah kepada RasulNya itu.

Rasulullah shalalllahu alaihi wa salam bersabda:
,, Belum sempurna keimanan seseorang dari kamu semua sehingga aku lebih dicintai olehnya melebihi kecintaannya kepada orang tuanya, anaknya, juga dirinya sendiri yg ada diantara kedua lambungnya dan seluruh manusia." ( Bukharo dan Muslim)

dan Beliau bersabda kembali:
,,Tidak sempurnalah keimanan seseorang, sehingga ia dapat mengikutkan keinginan hatinya itu sesuai dengan agama yang aku bawa ini (yakni kemauannya disesuaikan dengan hukum-hukum agama)

Sebagaimana keimanan itu dapat membentuk buah yang berupa kecintaan, maka ia harus pula menimbulkan buah lain berupa perjuangan (jihad) dan berkurban untuk meninggikan kalimatullah yakni bahwa agama Allah harus diatas segala-galanya. Juga mengadakan pembelaan untuk mengibarkan setinggi-tingginya bendera kebenaran, berusaha menolak adanya penganiayaan, kezaliman dan kerusakakn yg dibuat oleh manusia yang sewenang2 di atas permukaan bumi ini

Banyak sekali keimanan itu dirangkaikan penguraiannya dengan persoalan jihad, karena memang jihad ini adalah jiwa keimanan dan itu merupakan kenyataan amaliyahnya.

Allah Ta'ala berfirman:
,,Hanyasannya kaum mukminin ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, kemudian tidak pernah bimbang lagi dan berjihad dengan harta dan dirinya untuk mengagungkan agama Allah, maka mereka itulah orang-orang yang sabar." (S. Hujurat: 15)
serta surat yg lainnya (S. Taubah: 111) dan (S. Ahzab: 23)

Adapun kesan keimanan itu tampak nyata sekali dalam ketakutannya kepada Allah Ta'ala. sebab org yg sudah mengetahui benar-benar kedudukan Allah Ta'ala, menyadari KeMaha AgunganNya, Kebesaran, Kekuasaan dan KemulyaanNya, kemudian mengerti keadaan dirinya yg sangat lalai, gegabah dan kurang banyak menaruh perhatian kepada hak-hak Allah Ta'ala ini akan menjadi sangat takut pd Allah Ta'ala.

Allah Ta'lala berfirman:
,,Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hambaNya, hanya para ulama." (S. Fathir: 28)

dan Rasulullah shalallahu alai wa'salam bersabda:
,, Sesungguhnya saya adalah orang yang lebih mengetahui tentang Dzat Allah itu dan sayalah yang paling takut kepadaNya itu."

Berpegang teguh pada wahyu Ialahi itulah yang merupakan perhubungan yg seerat-eratnya dengan Allah Ta'ala. sebab itulah sumber yg paling jernih dan tdk dikotori oleh hawa nafsu atau bahaya2 yg ditimbulkan oleh pemikiran dan persangkaan.
sehingga tdk bercampur baur hal kebenaran dengan berbagai macam kebathilan yg dibikin-bikin oleh manusia.

Allah Ta'ala berfirman:
,,Hanyasannya ucapan-ucapan kaum mukminin itu, apabila mereka dipanggil kepada Allah dan RasulNya, supaya Rasul menghukum (mengadili) diantara mereka, mereka lalu mengatakan: ,,Kami mendengar dan kamipun mentaatinya." mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasulNya, juga takut dan bertaqwa kepadaNya, maka itulah orang-orang yang memperoleh kebahagiaan." S. an-nur: 51-52)

Keimanan itu akan menimbulkan ikatan yg beraneka ragam. Ia akan dpt menjadi tali pengikat antara kaum muslimin dengan Allah, yaitu berupa kecintaan dan kesukaan. Juga menumbuhkan hubungan yg erat sekali antara sesama mukmin itu sendiri atas landasan kasih sayang serta kerahmatan

Allah Ta'ala berfirman:
,,Hai orang-orang yang beriman. Barang siapa yang surut kembali dari agamanya, maka nanti Allah akan mendatangkan kaum yang dicintaiNya dan merekapun mencintainya. Mereka itu bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang yang kafir. Mereka berjuang dijalan Allah dan tidak takut pada celaan dari orang yang mencelanya. Demikian itulah keutamaan Allah yang dikaruniakan kepada siapa yang dikehendakiNya. Allah adalah Maha Luas pemberianNya serta Maha Mengetahui." (S. Mai'dah: 54)

Amal perbuatan yang sholih yang dengannya itu jiwa dapat menjadi suci, hati menjadi bersih dan kehidupan menjadi tenang, sentausa dan makmur adalah merupakan salah satu bekas yang ditimbulkan oleh rasa keimanan yang mendalam. Apabila suatu perbuatan yang tampaknya baik, jikalau tidak disertai dengan rasa keimanan maka amalan itu merupakan perbuatan "riya" atau pamer dan merupakan suatu perilaku kemunafikan. Kemunafikan dan pamer adalah sejahat-jahat sifat yg hinggap dalam hati seseorang.

Subhanaka Allahuma wa bihamdika asyhadu ala ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik....

Kabar Dari Al Muttaqien : Memberi Tanpa Pertimbangan

Assalaamu'alikum..

Mari kita simak sejenak...

Cobalah untuk mengawali suatu hari Sahabat dengan niat untuk memberi.Mulailah dengan sesuat yang kecil yang tak terlalau berharga di mata Sahabat. Mulailah dari uang receh. Kumpulkan beberapa receh yang mungkin tercecer di rumah hanya untuk satu tujuan: diberikan. Apakah Sahabat sdang berada di bis kota yang panas, lalu datang pengamenbernyanyi memekakkan telinga. Atau, Sahabat sedang berada dalam mobil ber-ac yang sejuk, lalu sepasang tangan kecil mengetuk meminta-minta. Tak peduli bagaimana pendapat Sahabat tentang kemalasan, kemiskinan dan lain sebaginya. Tak perlu banyak pikir, segera berikan satu dua keping pada mereka.
Barangkali ada rasa enggan dan kesal. Tekanlah perasaan itu seiring pemberian Sahabat. Bukankah, tak seorangpun ingin memurukkan dirinya menjadi pengemis?. Ingat, kali ini Sahabat hanya sedang "berlatih" memberi; mengulurkan tangan dengan jumlah tiada berarti? Rasakan saja, kini suatu mengalir dari dalam diri melalui telapak tangan Sahabat. Sesuatu bernama kasih sayang.
Memberi tanpa pertimbangan bagai menyingkirkan batu penghambat arus sungai. Arus sungai adalah rasa kasih sayang dari dalam diri. Sedangkanbatu adalah kepentingan yang berpusat pada diri sendiri. sesungguhnya, bukan receh atau berlian yang Sahabat berikan. Kmeurahan itu tidak terletak di tangan, melainkan di hati
_____________________

HAK

Fitrah, manusia menuntut hak-demi-hak-nya. Memang sudah semestinya. Menyepelekan haknya sama saja dengan menyepelekan fitrahnya. Lebih jauh, mengabaikan eksistensinya. Manusia yang terabaikan tetaplah manusia, meski harap maklum: sisi naluri mempertahankan dirinya akan mendorongnya tuk berontak. Ada garis batas abstrak antara kesabaran dan kemurkaan, antara ketundukan dan pemberontakan. Yang sabar, yang murka, yang tunduk, dan yang berontak adalah manusia yang sama memiliki otak, akal, fitrah, kesadaran, kewarasan, dan bahkan keimanan. Dalam artian, mereka adalah manusia benaran, bukan siluman. Manusia yang terabaikan hak-haknya bagaimanapun sabarnya menjalani kehidupan, adalah tipikal sempurna seorang calon pemberontak yang tangguh. Seringkali, kekecewaan atas penyepelean eksistensi bermula dari hal-hal yang dipandang remeh temeh oleh satu pihak, padahal penting bagi pihak lain. Remeh dan Sepele seringkali adalah perkara yang subjektif dan relatif. Tak ada alasan untuk meremehkan dan menyepelekan manusia lain. Betapapun rendahnya posisi seseorang dalam pandanganmu, hormatilah ia sebagai manusia, karena Tuhan mu telah menciptakannya bukan untuk disepelekan. Fa'tabirû yâ ulil albâb... ***Medan, 05 Pebruari 2011***

PERJUANGAN TANPA HENTI

Ritangan, Deru, debu
hamparan Kesulitan dan penghalang
Senantiasa mengiringi langkahmu
Ku tahu itu kewajiban
Ku tahu itu keharusan
menghadapi semua keraguandan keputusasaan

Ingatlah!!
Wahai engkau pejuang tanpa henti
Hidup ini tak lebih dari sebuah perjalanan
Perjalanan menuju kepada-Nya

Engkaukah orang-orang
yang akan melanjutkan kehidupan islam
Di muka bumi ini

Akupun tahu wahai Pejuang tanpa henti
Gerak kita senantiasa diawasi oleh singa-singa Buas
Yang Selalu siap Menerkam dan menerjang Kita
Disaat kita lengah
DIsaat kita guncang

Wahai pejuang tanpa henti
perjuangan kita belum berakhir
Perjuangan kita tidak akan berakhir
Selama islam Belum mencapai kejayaan
Di bawah naungan Daulah Khilafah Islamiyah
Allahu Akbar

Kehinaan Baginya

Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alihi wa sallam bersabda, "Kehinaan baginya, kehinaan baginya, dan kehinaan baginya!!" Dikatakan kepada beliau shallallahu 'alihi wa sallam, “Bagi siapakah kehinaan itu wahai Rasulullah?” Rasulullah shallallahu 'alihi wa sallam berkata, "Orang yang mendapati kedua orangtuanya dalam keadaan tua (jompo), salah satunya atau keduanya kemudian ia tidak masuk surga." HR Muslim 4/1978 no 2551

Larangan Khalwat

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لا يخلون أحدكم بامرأة فإن الشيطان ثالثهما

Janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat dengan seorang wanita karena sesungguhnya syaithan menjadi orang ketiga di antara mereka berdua. [Fathul Bari, karya Ibnu Hajar Al-Asqolani]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فلا يخلون بامرأة ليس معها ذو محرم منها فإن ثالثهما الشيطان

Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia berkhalwat dengan seorang wanita tanpa ada mahram wanita tersebut, karena syaithan menjadi orang ketiga di antara mereka berdua. [Umdatul Qari]

Orang Yang Ususnya Terburai

Usamah bin Zaid radhiyallahu’anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kelak pada hari kiamat didatangkan seorang lelaki lalu dilemparkan ke dalam neraka. Maka usus perutnya pun terburai lalu dia pun berputar-putar dengannya sebagaimana halnya seekor keledai yang mengelilingi alat penggiling. Maka para penduduk neraka pun berkumpul mengerumuninya. Mereka mengatakan, ‘Wahai fulan, apa yang terjadi padamu. Bukankah dulu kamu memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang munkar?’. Dia menjawab, ‘Benar. Aku dulu memang memerintahkan yang ma’ruf tapi aku sendiri tidak melaksanakannya. Dan aku juga melarang dari yang munkar namun aku sendiri justru melakukannya.’.”

Untuk yang pernah sakit, sedang sakit, akan sakit.

Untuk yang pernah sakit, sedang sakit, akan sakit.
Rasakanlah. Perhatikanlah. Pikirkanlah. Renungkanlah. Pahamilah. Syukurilah..

Semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan kebaikan untuk kita semua agar semakin mendekat kepada Allah SWT..

KULTWIT UST. SALIM A.FILLAH TTG SAKIT :

1. #Sakit adalah bagian dari musibah yang telah Allah ukur kadarnya untuk dihadiahkan pada hamba-hamba terpilih yang mampu menanggungnya.

2. #Sakit, sebagaimana tiap ujian, tidaklah menguji kemampuan sebab telah diukur tepat sesuai daya tahan. Ia menguji kemauan memberi makna.

3. Maka dia nan mampu memberi makna terbaik bagi #Sakit, kemuliaannya akan diangkat untuk membuat malaikat yang selalu sehat itu tertakjub.

4. Bersyukurlah Salim diajari Mas @_pepeng yang pernah memaknai #Sakit & musibahnya: “Tugas kita meng-HADAP-i, biar Allah yang meng-ATAS-i!”

5. #Sakit adalah jalan kenabian Ayyub yang menyejarah. Kesabarannya diabadikan jadi teladan semesta. Hari-hari ini kita bercermin padanya.

6. #Sakit orang mulia bersebabkan kemuliaan; Asy Syafi’i wasir sebab banyak duduk menelaah ilmu, Malik lumpuh tangannya dizhalimi penguasa.

7. Nabi kitapun #Sakit oleh racun paha kambing di Khaibar yang menyelusup di gigit pertama melalui celah gigi yang patah dalam perang Uhud.

8. Tetapi bahkan mereka yang penyebab #Sakit-nya tak semenakjubkan para luhur itu, tetap punya peluang mulia dengan memaknai rasa sakitnya.

9. #Sakit itu dzikruLlah. Mereka yang menderitanya hampir pasti lebih sering & syahdu menyebut asma Allah dibanding ketika dalam sehatnya.

10. #Sakit itu istighfar. Mereka yang sedang disapanya lebih mudah untuk teringat dosa-dosa lama, mengakuinya, & bertaubat mohon ampun.

11. #Sakit itu Tauhid. Mereka yang parah dicengkamnya pasti dituntun orang untuk ber-kalimat thayyibat, mengesakanNya dalam lisan & rasa.

12. #Sakit itu Muhasabah. Sebab dia yang sakit punya lebih banyak waktu untuk merenungi diri dalam sepi, menghitung-hitung bekal kembali.

13. #Sakit itu Jihad. Sebab dia yang sakit tak boleh menyerah kalah, dia diwajibkan untuk terus berikhtiar, berjuang bagi kesembuhannya.

14. #Sakit itu ilmu. Dalam menjalani pemeriksaan, berkonsultasi dengan dokter, dirawat, & berobat bertambahlah pengetahuan tentang tubuhnya.

15. #Sakit itu Nasehat. Yang sakit ingatkan nan sehat tuk jaga diri. Yang sehat menghibur si penderita agar bersabar. Allah cinta keduanya.

16. #Sakit itu silaturrahim. Yang jarang datang di saat nan bersangkutan sehat wal afiat, tiba-tiba menjenguk dengan senyum & rindu mesra.

17. #Sakit itu perekat ukhuwah. Kawan lama nan tak bersua bertahun lamanya, tiba-tiba berjumpa di waktu membezuk seorang kolega lainnya.

18. #Sakit itu belajar. Berbaring setengah duduk memungkinkan mencerap ilmu dengan tekun lewat buku, kata-kata terucap, maupun gambar gerak.

19. #Sakit itu membaca, menulis, berkarya. Habiburrahman El Shirazy menggoreskan Ayat-ayat Cinta saat terbaring patah kakinya.

20. #Sakit itu dijamin cinta Allah dalam sabarnya; sabar tetap ibadat, sabar tak bermaksiat, sabar tahan deritanya, sabar menunda capaian..