Halaman

Februari 05, 2011

Anugrah yang ternyata musibah, dan musibah yang ternyata anugrah

Sering kita berpikir kenapa kita ibadah susah payah, tapi kenyataannya hidup kita susah, hidup dengan kemiskinan, bahkan cari kerjapun susah.
Dan coba lihat mereka yang hidup dengan kemaksiatan, hidup dengan kekayaan yang berlimpah cari kerja langsung dapat.
Tuhan tidak adil, katanya pengasih dan penyayang, kenapa kami yang ahli ibadah harus hidup dengan tidak keadilan, menderita dan tertindas.
Mungkin itulah sebuah pikiran yang terlintas dalam hidup kita, mengapa kita yang selalu menjalankan perintahNya seolah2 dipersulit dan mengapa orang2 yang menentangNya malah diberi anugrah dengan kekayaan yang berlimpah.
Ketahuilah wahai saudaraku sesungguhnya Allah sangat mencintai kita hamba-Nya, karena bisa jadi jika kita diberi kekayaan yang berlimpah kita akan lupa padaNya, atau dengan hidup yang serba apa adanya kita malah justru bisa beribadah padaNya dengan tenang dan khusyuk.
Untuk menjawab semua ini kita bisa ambil pelajaran tentang kisah karun, yang mana pada waktu miskin dia sangat rajin beribadah, dan disaat dia kaya ia ingkar.
Dan dikisah yang lain menyebutkan pada suatu hari disaat nabi Musa sedang berjalan dipadang pasir, ia melihat seorang pemuda yang membenamkan diri didalam pasir, maka beliau berkata kepada orang itu "apa gerangan yang terjadi padamu? Kenapa kamu membenamkan diri didalam pasir!" orang itupun menjawab: "ya nabi Allah, aku adalah ahli ibadah, tiap malam ku tak pernah lepas dari sholat malamku dan disetiap harinyapun ku tak pernah lepas dari mengingat dan beribadah padaNya, tapi kenapa hidupku seperti ini, hidup dengan kemalangan, mungkin kau berpikir kenapa aku membenamkan diri didalam pasir ini, yang pertama ku tak punya pakaian sehingga kubenamkan tubuh ini agar auratku tak terlihat, dan kedua sesungguhnya perutku ini belum terisi semenjak beberapa hari yang lalu sehinggaku membenamkan tubuh ini untuk menahan rasa lapar ini, ku telah berdoa kepada Allah agar diberi kekayaan agar ku bisa beribadah dengan tenang dan khusyuk tapi tak pernah dikabulkan, sudikah sekiranya kau mau memohon kepada Allah agar ku diberi kekayaan". Melihat orang itu akhirnya nabi Musa merasa iba dan berdoa kepada Allah agar orang itu diberi kekayaan.
Tak lama kemudian Allah mengabulkan doa nabi Musa dan orang itu akhirnya menjadi kaya, yang awalnya masih rajin beribadah berangsur2 absen karena sibuk dengan kekayaannya, dan juga ada urusan mendadak sehingga ia lalai dan meninggalkan ibadah, tak cuma hanya itu iapun mulai berangsur2 menjadi sombong dan menganggap hina orang lain, dan dengan kekayaannya juga ia belanjakan tuk bermabuk2an bermain wanita, bahkan dia tidak segan2 menculik wanita itu jika menolak dengannya, yang dulunya ahli ibadah kinh telah berubah menjadi ahli maksiat, yang pada puncaknya masyarakat sudah mulai gerah hingga iapun diadili/disidang ditengah pengadilan kota, banyak orang2 yang berbondong2 melihat, maka tak kala nabi Musa lewat maka dia penasaran dengan keramaian itu dan alangkah terkejutnya beliau melihat orang itu adalah orang yang telah diselamatkannya waktu digurun pasir dulu, maka iapun bertanya kepada gerombolan orang2 yang ramai menontonnya. "ada apa gerangan yang terjadi" maka salah satu orang itu berkata, "dia dulunya adalah ahli ibadah namun setelah dia kaya ia menjadi sombong, suka mabuk2an dan parahnya lagi dia telah menculik putri kami yang ia senangi." mendengar semua itu akhirnya nabi Musa pun pergi meninggalkan orang itu.
Mungkin dari kisah diatas dapat kita merenungkan dan mengambil hikmahnya, yang mana disaat orang itu susah ia adalah ahli ibadah dan disaat ia kaya malah menjadi ahli maksiat.
Terkadang kita berpikir kalau kemiskinan itu adalah musibah, sekali lagi itu adalah salah selama dengan kemiskinan kita bisa dekat dengan Allah itulah yang disebut dengan "anugrah" hanya saja dia bungkus dengan kesusahan.
Dan kadang kita berpikir kekayaan itu adalah anugrah, sekali lagi itu adalah salah, jika dengan kekayaan yang kita miliki justru membuat kita lalai atau ingkar maka itu adalah "musibah" yang hanya saja dibungkus dengan kenikmatan.
Mari kita renungkan kembali kondisi kita, sesungguhnya Allah tidak akan menguji kita diluar kemampuan kita, dan disaat Allah menguji kita yakinlah sesungguhnya Allah sayang dengan kita.
Semoga bermanfaat dan bisa mengambil hikmahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar