Halaman

Februari 05, 2011

HAKEKAT KEIMANAN

Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatu......

Keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala itu merupakan hubungan yg semulia2nya antara manusia dengan Zat yang Maha Menciptakan. Sebabnya yg demikian ini ialah karena manusia adalah semulia2 makhluk Tuhan yang menetap diatas permukaan bumi, sedang semulia2 yang ada di dalam tubuh manusia itu ialah hatinya dan semulia2 sifat yg ada di dalam hati itu ialah keimanan.

Allah Ta'ala berfirman:
,,Mereka merasa telah memberi Nikmat kepadamu dengan keislaman mereka, Katakanlah: ,,Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang telah menimpahkan nikmat kepadamu dengan pemimpin kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang2 yg benar. (S. Hujurat: 17)

,,Tetapi Allah telah menimbulkan cintamu kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu perhiasan dalam hatimu dan ditumbuhkan pula oleh Allah itu rasa kebencian dalam hatimu terhadap kekufuran, kejahatan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang2 yg mengikuti jalan yang benar. Demikian itu adalah suatu karunia dan kenikmatan dari Allah." (s.Hujurat: 7-8)

Keimanan itu bukanlah semata2 ucapan yang keluar dari bibir dan lidah saja ataupun hanya semacam keyakinan dlm hati belaka, tetapi keimanan yg sebenar-benarnya adalah merupakan suatu akidah yg memenuhi seluruh isi hati nurani. salah satu pd kesan2 keimanan itu ialah apabila Allah dan rasulnya lebih dicintai dari segala sesuatu yang ada.

Keimanan itu memang tdk mungkin dapat sempurna melainkan dengan rasa cinta yang hakiki, yang senyata-nyatanya dan sebenar-benarnya. Cinta itu ialah yg ditujukan kepada Allah Ta'ala. Kepada RasulNya dan kepada syari'at yg diwahyukan oleh Allah kepada RasulNya itu.

Rasulullah shalalllahu alaihi wa salam bersabda:
,, Belum sempurna keimanan seseorang dari kamu semua sehingga aku lebih dicintai olehnya melebihi kecintaannya kepada orang tuanya, anaknya, juga dirinya sendiri yg ada diantara kedua lambungnya dan seluruh manusia." ( Bukharo dan Muslim)

dan Beliau bersabda kembali:
,,Tidak sempurnalah keimanan seseorang, sehingga ia dapat mengikutkan keinginan hatinya itu sesuai dengan agama yang aku bawa ini (yakni kemauannya disesuaikan dengan hukum-hukum agama)

Sebagaimana keimanan itu dapat membentuk buah yang berupa kecintaan, maka ia harus pula menimbulkan buah lain berupa perjuangan (jihad) dan berkurban untuk meninggikan kalimatullah yakni bahwa agama Allah harus diatas segala-galanya. Juga mengadakan pembelaan untuk mengibarkan setinggi-tingginya bendera kebenaran, berusaha menolak adanya penganiayaan, kezaliman dan kerusakakn yg dibuat oleh manusia yang sewenang2 di atas permukaan bumi ini

Banyak sekali keimanan itu dirangkaikan penguraiannya dengan persoalan jihad, karena memang jihad ini adalah jiwa keimanan dan itu merupakan kenyataan amaliyahnya.

Allah Ta'ala berfirman:
,,Hanyasannya kaum mukminin ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, kemudian tidak pernah bimbang lagi dan berjihad dengan harta dan dirinya untuk mengagungkan agama Allah, maka mereka itulah orang-orang yang sabar." (S. Hujurat: 15)
serta surat yg lainnya (S. Taubah: 111) dan (S. Ahzab: 23)

Adapun kesan keimanan itu tampak nyata sekali dalam ketakutannya kepada Allah Ta'ala. sebab org yg sudah mengetahui benar-benar kedudukan Allah Ta'ala, menyadari KeMaha AgunganNya, Kebesaran, Kekuasaan dan KemulyaanNya, kemudian mengerti keadaan dirinya yg sangat lalai, gegabah dan kurang banyak menaruh perhatian kepada hak-hak Allah Ta'ala ini akan menjadi sangat takut pd Allah Ta'ala.

Allah Ta'lala berfirman:
,,Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hambaNya, hanya para ulama." (S. Fathir: 28)

dan Rasulullah shalallahu alai wa'salam bersabda:
,, Sesungguhnya saya adalah orang yang lebih mengetahui tentang Dzat Allah itu dan sayalah yang paling takut kepadaNya itu."

Berpegang teguh pada wahyu Ialahi itulah yang merupakan perhubungan yg seerat-eratnya dengan Allah Ta'ala. sebab itulah sumber yg paling jernih dan tdk dikotori oleh hawa nafsu atau bahaya2 yg ditimbulkan oleh pemikiran dan persangkaan.
sehingga tdk bercampur baur hal kebenaran dengan berbagai macam kebathilan yg dibikin-bikin oleh manusia.

Allah Ta'ala berfirman:
,,Hanyasannya ucapan-ucapan kaum mukminin itu, apabila mereka dipanggil kepada Allah dan RasulNya, supaya Rasul menghukum (mengadili) diantara mereka, mereka lalu mengatakan: ,,Kami mendengar dan kamipun mentaatinya." mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasulNya, juga takut dan bertaqwa kepadaNya, maka itulah orang-orang yang memperoleh kebahagiaan." S. an-nur: 51-52)

Keimanan itu akan menimbulkan ikatan yg beraneka ragam. Ia akan dpt menjadi tali pengikat antara kaum muslimin dengan Allah, yaitu berupa kecintaan dan kesukaan. Juga menumbuhkan hubungan yg erat sekali antara sesama mukmin itu sendiri atas landasan kasih sayang serta kerahmatan

Allah Ta'ala berfirman:
,,Hai orang-orang yang beriman. Barang siapa yang surut kembali dari agamanya, maka nanti Allah akan mendatangkan kaum yang dicintaiNya dan merekapun mencintainya. Mereka itu bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang yang kafir. Mereka berjuang dijalan Allah dan tidak takut pada celaan dari orang yang mencelanya. Demikian itulah keutamaan Allah yang dikaruniakan kepada siapa yang dikehendakiNya. Allah adalah Maha Luas pemberianNya serta Maha Mengetahui." (S. Mai'dah: 54)

Amal perbuatan yang sholih yang dengannya itu jiwa dapat menjadi suci, hati menjadi bersih dan kehidupan menjadi tenang, sentausa dan makmur adalah merupakan salah satu bekas yang ditimbulkan oleh rasa keimanan yang mendalam. Apabila suatu perbuatan yang tampaknya baik, jikalau tidak disertai dengan rasa keimanan maka amalan itu merupakan perbuatan "riya" atau pamer dan merupakan suatu perilaku kemunafikan. Kemunafikan dan pamer adalah sejahat-jahat sifat yg hinggap dalam hati seseorang.

Subhanaka Allahuma wa bihamdika asyhadu ala ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar